Thursday, February 14, 2013
Wednesday, September 12, 2012
Keluarga Islami
Agar Buah Hati Menjadi Penyejuk Hati
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, M.A
بسم الله الرحمن الرحيم
Kehadiran sang buah hati dalam sebuah rumah tangga bisa diibaratkan
seperti keberadaan bintang di malam hari, yang merupakan hiasan bagi
langit. Demikian pula arti keberadaan seorang anak bagi pasutri, sebagai
perhiasan dalam kehidupan dunia. Ini berarti, kehidupan rumah tangga
tanpa anak, akan terasa hampa dan suram.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi
amalan-amalan yang kekal dan shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Qs. al-Kahfi: 46).
Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan anak ini sekaligus juga
merupakan ujian yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (Qs. at-Taghaabun: 14).
Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan kamu dari melakuakan amal shalih dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala[1].
Ketika menafsirkan ayat di atas, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata,
“…Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan
anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah Ta’ala memperingatkan
hamba-hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka
menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang
dilarang dalam syariat. Dan Dia memotivasi hamba-hamba-Nya untuk
(selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan
keridhaan-Nya…”[2].
Kewajiban mendidik anak
Agama Islam sangat menekankan kewajiban mendidik anak dengan pendidikan yang bersumber dari petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (Qs. at-Tahriim: 6).
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “(Maknanya) ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu.”[3]
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Memelihara diri (dari api
neraka) adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta bertobat dari semua
perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara
istri dan anak-anak (dari api neraka) adalah dengan mendidik dan
mengajarkan kepada mereka (syariat Islam), serta memaksa mereka untuk
(melaksanakan) perintah Allah. Maka, seorang hamba tidak akan selamat
(dari siksaan neraka), kecuali jika dia (benar-benar) melaksanakan
perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada
orang-orang yang dibawa kekuasaan dan tanggung jawabnya.”[4]
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang Hasan bin ‘Ali radhiallahu ‘anhuma memakan kurma sedekah, padahal waktu itu Hasan radhiallahu ‘anhu masih kecil, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hekh hekh” agar Hasan membuang kurma tersebut, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa kita (Rasulullah r dan keturunannya) tidak boleh memakan sedekah?”[5]
Imam Ibnu Hajar menyebutkan di antara kandungan hadits ini adalah
bolehnya membawa anak kecil ke masjid dan mendidik mereka dengan adab
yang bermanfaat (bagi mereka), serta melarang mereka melakukan sesuatu
yang membahayakan mereka sendiri, (yaitu dengan) melakukan hal-hal yang
diharamkan (dalam agama), meskipun anak kecil belum dibebani kewajiban
syariat, agar mereka terlatih melakukan kebaikan tersebut.[6]
Metode pendidikan anak yang benar
Agama Islam yang sempurna telah mengajarkan adab-adab yang mulia
untuk tujuan penjagaan anak dari upaya setan yang ingin memalingkannya
dari jalan yang lurus sejak dia dilahirkan ke dunia ini.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
Aku menciptakan hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan hanif (suci dan
cenderung kepada kebenaran), kemudian setan mendatangi mereka dan
memalingkan mereka dari agama mereka (Islam).“[7]
Dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tangisan seorang bayi ketika (baru) dilahirkan adalah tusukan (godaan untuk menyesatkan) dari setan.”[8]
Perhatikanlah hadits yang agung ini, bagaimana setan berupaya keras
untuk memalingkan manusia dari jalan Allah sejak mereka dilahirkan ke
dunia, padahal bayi yang baru lahir tentu belum mengenal nafsu, indahnya
dunia dan godaan-godaan duniawi lainnya, maka bagaimana keadaannya
kalau dia telah mengenal semua godaan tersebut?[9]
Maka, di sini terlihat jelas fungsi utama syariat Islam dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjaga anak yang baru lahir dari godaan setan, melalui adab-adab yang diajarkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berhubungan dengan kelahiran seorang anak.[10]
Sebagai contoh misalnya, anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi seorang suami yang akan mengumpuli istrinya, untuk membaca doa:
بسم الله اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki[11] yang Engkau anugerahkan kepada kami.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika
seorang suami yang ingin mengumpuli istrinya membaca doa tersebut,
kemudian Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan tersebut, maka
setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya“[12].
Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa syariat Islam
merupakan satu-satunya metode yang benar dalam pendidikan anak, yang ini
berarti bahwa hanya dengan menerapkan syariat Islamlah pendidikan dan
pembinaan anak akan membuahkan hasil yang baik.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin berkata, “Yang menentukan
(keberhasilan) pembinaan anak, susah atau mudahnya, adalah kemudahan
(taufik) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan jika seorang hamba
bertakwa kepada Allah, serta (berusaha) menempuh metode (pembinaan)
yang sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan memudahkan urusannya
(dalam mendidik anak), Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya.” (Qs. ath-Thalaaq: 4)[13].
Pembinaan rohani dan jasmani
Cinta yang sejati kepada anak tidaklah diwujudkan hanya dengan
mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi,
yang lebih penting dari semua itu pemenuhan kebutuhan
rohani mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang bersumber
dari petunjuk al-Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Inilah bukti cinta dan kasih sayang yang sebenarnya, karena diwujudkan
dengan sesuatu yang bermanfaat dan kekal di dunia dan di akhirat nanti.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi-Nya Ya’qub ‘alaihissalam
yang sangat mengutamakan pembinaan iman bagi anak-anaknya, sehingga
pada saat-saat terakhir dari hidup beliau, nasehat inilah yang beliau
tekankan kepada mereka. Allah berfirman,
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda)
kematian, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb
nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa
dan kami hanya tunduk kepada-Nya.’” (Qs. al-Baqarah: 133).
Renungkanlah teladan agung dari Nabi Allah yang mulia ini, bagaimana
beliau menyampaikan nasihat terakhir kepada anak-anaknya untuk berpegang
teguh dengan agama Allah[14], yang landasannya adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
semata-semata (tauhid) dan menjauhi perbuatan syirik (menyekutukan-Nya
dengan makhluk). Di mana kebanyakan orang pada saat-saat seperti ini
justru yang mereka utamakan adalah kebutuhan duniawi semata-mata; apa
yang kamu makan sepeninggalku nanti? Bagaimana kamu mencukupi kebutuhan
hidupmu? Dari mana kamu akan mendapat penghasilan yang cukup?
Dalam ayat lain Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi nasehat kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar.” (Qs. Luqmaan: 13).
Lihatlah bagaimana hamba Allah yang shalih ini memberikan nasihat
kepada buah hati yang paling dicintai dan disayanginya, orang yang
paling pantas mendapatkan hadiah terbaik yang dimilikinya, yang oleh
karena itulah, nasehat yang pertama kali disampaikannya untuk buah
hatinya ini adalah perintah untuk menyembah (mentauhidkan) Allah
semata-mata dan menjauhi perbuatan syirik.[15]
Manfaat dan pentingnya pendidikan anak
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya– berkata, “Salah seorang ulama berkata, ‘Sesugguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala
pada hari Kiamat (nanti) akan meminta pertanggungjawaban dari orang tua
tentang anaknya sebelum meminta pertanggungjawaban dari anak tentang
orang tuanya. Karena sebagaimana orang tua mempunyai hak (yang harus
dipenuhi) anaknya, (demikian pula) anak mempunyai hak (yang harus
dipenuhi) orang tuanya. Maka, sebagaimana Allah berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْأِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْناً
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.” (Qs. al-’Ankabuut: 8).
(Demikian juga) Allah berfirman,
قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (Qs. at-Tahriim: 6).
…Maka, barangsiapa yang tidak mendidik anaknya (dengan pendidikan)
yang bermanfaat baginya dan membiarkannya tanpa bimbingan, maka sungguh
dia telah melakukan keburukan yang besar terhadap anaknya tersebut.
Mayoritas kerusakan (moral) pada anak-anak timbulnya (justru) karena
(kesalahan) orang tua sendiri, (dengan) tidak memberikan (pengarahan
terhadap) mereka, dan tidak mengajarkan kepada mereka
kewajiban-kewajiban serta anjuran-anjuran (dalam) agama. Sehingga karena
mereka tidak memperhatikan (pendidikan) anak-anak mereka sewaktu kecil,
maka anak-anak tersebut tidak bisa melakukan kebaikan untuk diri mereka
sendiri, dan (akhirnya) merekapun tidak bisa melakukan kebaikan untuk
orang tua mereka ketika mereka telah lanjut usia. Sebagaimana (yang
terjadi) ketika salah seorang ayah mencela anaknya yang durhaka
(kepadanya), maka anak itu menjawab, ‘Wahai ayahku, sesungguhnya engkau
telah berbuat durhaka kepadaku (tidak mendidikku) sewaktu aku kecil,
maka akupun mendurhakaimu setelah engkau tua, karena engkau
menyia-nyiakanku di waktu kecil maka akupun menyia-nyiakanmu di waktu
engkau tua.’”[16]
Cukuplah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan mendidik anak,
“إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول: أنى هذا ؟ فيقال: باستغفار ولدك لك”
“Sungguh, seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga
(kelak), maka dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua ini?’
Maka, dikatakan padanya, ‘(Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan
ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu.’“[17]
Sebagian dari para ulama ada yang menerangkan makna hadits ini yaitu,
bahwa seorang anak jika dia menempati kedudukan yang lebih tinggi dari
pada ayahnya di surga (nanti), maka dia akan meminta (berdoa) kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kedudukan ayahnya ditinggikan (seperti kedudukannya), sehingga Allah pun meninggikan (kedudukan) ayahnya.[18]
Dalam hadits shahih lainnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jika seorang manusia mati, maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali
dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir (pahalanya karena
diwakafkan), ilmu yang terus diambil manfaatnya (diamalkan
sepeninggalnya), dan anak shalih yang selalu mendoakannya.”[19]
Hadits ini menunjukkan bahwa semua amal kebaikan yang dilakukan oleh
anak yang shalih pahalanya akan sampai kepada orang tuanya, secara
otomatis dan tanpa perlu diniatkan, karena anak termasuk bagian dari
usaha orang tuanya[20]. Adapun penyebutan “doa” dalam hadits tidaklah menunjukkan pembatasan bahwa hanya doa yang akan sampai kepada orangtuanya[21], tapi tujuannya adalah untuk memotivasi anak yang shalih agar selalu mendoakan orang tuanya[22].
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
merahmatinya– berkata, “(Semua pahala) amal kebaikan yang dilakukan
oleh anak yang shalih, juga akan diperuntukkan kepada kedua orang
tuanya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala anak tersebut, karena
anak adalah bagian dari usaha dan upaya kedua orang tuanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (Qs. an-Najm: 39).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh,
sebaik-baik (rezeki) yang dimakan oleh seorang manusia adalah dari
usahanya sendiri, dan sungguh anaknya termasuk (bagian) dari usahanya.”[23]
Kandungan ayat dan hadits di atas juga disebutkan dalam hadits-hadist
(lain) yang secara khusus menunjukkan sampainya manfaat (pahala) amal
kebaikan (yang dilakukan) oleh anak yang shaleh kepada orang tuanya,
seperti sedekah, puasa, memerdekakan budak dan yang semisalnya.…”[24]
Penutup
Tulisan ringkas ini semoga menjadi motivasi bagi kita untuk lebih
memperhatikan pendidikan anak kita, utamanya pendidikan agama mereka,
karena pada gilirannya semua itu manfaatnya untuk kebaikan diri kita
sendiri di dunia dan akhirat nanti.
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan
keturunan kami sebagai penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah
kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 20 Jumadal akhir 1430 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, M.A
Artikel www.ManisnyaIman.com
[1] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (4/482).
[2] Taisiirul Kariimir Rahmaan (hal. 637).
[3] Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam “al-Mustadrak” (2/535), dishahihkan oleh al-Hakim sendiri dan disepakati oleh adz-Dzahabi.
[4] Taisiirul Kariimir Rahmaan (hal. 640).
[5] HSR. al-Bukhari (no. 1420) dan Muslim (no. 1069).
[6] Fathul Baari (3/355).
[7] HSR. Muslim (no. 2865).
[8] HSR. Muslim (no. 2367).
[9] Lihat kitab “Ahkaamul Mauluud Fis Sunnatil Muthahharah” (hal. 23).
[10] Ibid (hal. 24).
[11] Termasuk anak dan yang lainnya, lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/306).
[12] HSR. al-Bukhari (no. 6025) dan Muslim (no. 1434).
[13] Kutubu Wa Rasaa-ilu Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimiin (4/14).
[14] Lihat keterangan Ibnu Hajar dalam “Fathul Baari” (6/414).
[15] Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (3/586).
[16] Kitab “Tuhfatul Mauduud Biahkaamil Mauluud” (hal. 229).
[17]
HR Ibnu Majah (no. 3660), Ahmad (2/509) dan lain-lain, dishahihkan oleh
al-Buushiri dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam “Silsilatul Ahaaditsish Shahiihah” (no. 1598). Ketika mengomentari hadits ini al-Munawi dalam “Faidhul Qadiir”
(2/339) berkata, “Seandainya tidak ada keutamaan menikah, kecuali
hadits ini saja maka cukuplah (menunjukkan besarnya keutamaannya)”.
[18] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/339).
[19] HSR. Muslim (no. 1631).
[20] Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang akan kami sebutkan nanti.
[21] Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan, “doa anak yang shalih”, tapi yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, “… anak shaleh yang selalu mendoakannya“, artinya: semua amal kebaikan anak yang shalih pahalanya akan sampai kepada orang tuanya.
[22] Lihat kitab “Ahakaamul Janaaiz” (hal. 223).
[23]
HR Abu Dawud (no. 3528), an-Nasa’i (no. 4451), at-Tirmidzi (2/287) dan
Ibnu Majah (no. 2137), dihasankan oleh Imam at-Tirmidzi dan dinyatakan
shahih oleh Syaikh al-Albani.
[24] Kitab “Ahakaamul Janaaiz” (hal. 216-217).
Label:
ebook
Wednesday, May 30, 2012
(Rahasia Waktu-Waktu Sholat Fardhu)
Sholat dan Perubahan Warna Alam
" Manusia zaman kini telah sadar akan kepentingan tenaga alam,Hingga banyak membuat kiat-kiat untuk meditasi,Senam Tai-chi ,Gi gong,Yoga dll.Semua Di cipta untuk menyerap tenaga alam ke dalam tubuh ".
"Kita sebagai Ummat Islam sepatutnya bersyukur karena telah dikaruniai Syari'at Sholat,Tanpa perlu MEMIKIRKAN BAGAIMANA MENYERAP TENAGA ALAM INI "
"Sholat Selain Syari'at juga Rahmat Alloh bagi Orang-Orang yang Mau berfikir dan Bersyukur"
Mungkin sebagian dari Anda pernah bertanya-tanya, mengapa shalat harus dikerjakan sebanyak lima kali dalam sehari semalam dan kenapa sebaiknya dilakukan di awal waktu?
Jawaban pertanyaan itu sangat terkait dengan rahasia di balik waktu-waktu di mana kita diperintahkan untuk mengerjakan shalat-shalat tersebut. Rahasia itu terungkap berdasarkan beberapa penelitian dan pengamatan para pakar di bidangnya.
Setiap peralihan waktu shalat, sebenarnya bersamaan dengan terjadinya perubahan energi alam yang dapat diukur dan dirasakan melalui perubahan warna alam. Fenomena perubahan warna alam adalah sesuatu yang tidak asing bagi mereka yang akrab dengan dunia fotografi.
Shubuh
Pada waktu subuh, alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersesuaian dengan frekuensi tiroid (kelenjar gondok). Dalam fisiologi, tiroid memiliki pengaruh terhadap sistem metabolisme tubuh manusia. Warna biru muda juga memunyai rahasia tersendiri berkaitan dengan rezeki dan cara berkomunikasi. Mereka yang masih tertidur pulas pada waktu subuh akan menghadapi masalah rezeki dan komunikasi. Hal ini terjadi karena tiroid tidak dapat menyerap tenaga biru muda di alam ketika ruh dan jasad masih tertidur. Pada saat adzan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkat optimum. Tenaga inilah yang kemudian diserap oleh tubuh kita terutama pada waktu rukuk dan sujud.
Zhuhur
Ketika memasuki waktu zhuhur, warna alam menguning dan berpengaruh terhadap perut dan sistem pencernaan manusia secara keseluruhan. Warna ini juga memiliki pengaruh terhadap hati. Di samping itu, warna kuning juga memunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan seseorang. Jadi, mereka yang selalu ketinggalan atau melewatkan shalat zhuhur berulang-ulang kali akan menghadapi masalah dalam sistem pencernaannya serta berkurang keceriaannya.
Ashar
Saat ashar, warna alam berubah menjadi oranye. Hal ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kondisi prostat, uterus, ovary, testis, dan sistem reproduksi secara keseluruhan. Warna oranye di alam juga bisa memengaruhi kreativitas seseorang. Orang yang kerap tertinggal waktu ashar akan menurun daya kreativitasnya. Di samping itu, organ-organ reproduksi juga akan kehilangan energi positif dari warna alam tersebut.
Maghrib
Menjelang maghrib, warna alam berubah menjadi merah. Pada waktu itu, kita kerap mendengar nasihat orang-orang tua agar kita tidak berada di luar rumah. Nasihat tersebut ada benarnya karena saat maghrib tiba, spektrum warna alam selaras dengan frekuensi jin dan iblis. Pada waktu ini, jin dan iblis amat bertenaga karena mereka beresonansi atau ikut bergetar dengan warna alam. Mereka yang sedang berada dalam perjalanan sebainya berhenti sejenak dan mengerjakan shalat maghrib. Hal itu lebih baik dan lebih aman karena pada waktu ini banyak interferens atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama atau hampir sama dan dapat menimbulkan fatamorgana yang dapat merusak penglihatan kita.
Isya
Sedangkan ketika waktu isya’, alam berubah menjadi nila dan selanjutnya menjadi gelap. Waktu isya’ menyimpan rahasia ketenteraman dan kedamaian yang frekuensinya sesuai dengan sistem kontrol otak. Mereka yang kerap ketinggalan waktu isya’ akan sering merasa gelisah. Ketika alam diselimuti kegelapan, kita dianjurkan untuk mengistirahatkan jiwa dan raga. Dengan tidur waktu itu, kondisi jiwa kita berada pada gelombang delta dengan frekuensi di bawah 4 Hz dan seluruh sistem tubuh memasuki waktu istirahat.
Qiyamul Lail
Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan warna putih, merah jambu, dan kemudian ungu. Perubahan warna ini selaras dengan frekuensi kelenjar pineal (otak kecil), kelenjar pituitary (bawah otak), thalamus, dan hypothalamus. Maka, kita sepatutnya bangun dari tidur pada waktu ini dan mengerjakan shalat malam.
Demikian sebagian kecil dari penjelasan Prof. Riset. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS. dalam bukunya, “The Science of Shalat”. Ia menguraikannya secara luas tentang lautan hikmah shalat menurut ilmu pengetahuan atau sains. Bahkan, lebih jauh lagi ia mengupas shalat laksana sebagai suatu kesatuan utuh antara kesehatan, ibadah, rezeki, psikologi, dan lain sebagainya. Tentu nilai manfaat yang terkandung di dalam shalat ini jika diaplikasikan, tidak hanya akan mengantarkan seseorang menuju ketakwaan, tapi juga bisa menggapai hidup yang paripurna dan bahagia.
Buku terbitan QultumMedia ini dibuka dengan penjelasan untuk apa kita shalat, mukjizat shalat dari segi waktu dan jumlah rakaat, korelasi ajaib antara waktu shalat dan energi alam, mukjizat shalat subuh, shalat tahajud sebagai antistres, dan antinyeri sendi dengan shalat dhuha.
Lebih lanjut lagi, penulis menjelaskan tentang rahasia dan hikmah wudhu menurut aspek kesehatan, filosofi kiblat dan cara menentukannya secara mudah dengan garis matahari. Kemudian, dilanjutkan dengan aplikasi gerakan shalat sebagai terapi kesehatan yang dimulai dari berdiri, rukuk,hingga salam yang dilengkapi dengan keutamaan khusyuk dan menggapainya dalam shalat.
Pada tiga bagian akhir, dijelaskan tentang keagungan Allah pada ruang tanpa batas dari takbir hingga big bang theory, aspek keutamaan, hukum, zikir, dan merengkuh kesempurnaan shalat berjamaah, serta merambah jalan menuju shalat yang dititi dengan memelihara shalat.
Moga Bermanfaat
Sumber Tambahan:
- M.Syukron Maksum,Dahsyatnya Adzan, Hal 129-132
- Ahmad As Shouwy Mukjizat Al-Qur'an dan As-Sunnah tentang IPTEK, Volume 1, Hal 99-120
Label:
ebook
Tuesday, October 11, 2011
Tadabbur Sholat khusyu
بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
"Kaifa Naksya'u fi Ash-Shalah"
Fauzan Ahmadaz-Zumari-
cetakan
Darul Basyairal-Islamiyah -Beirut-Libanon.
Kiat Khusyu' Dalam Shalat
Vitalitas shalat diantara sekian banyak ragam ibadah adalah aksioma yang
Sudah mengakar dalam aqidah dan keyakinan seorang mukmin. Betapa tidak ?
Allah berfirman tentang shalat duakali, dalam deretan syarat keberuntungan
Mukmin dihadapan Allah yaitu pada awalnya:
بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
قَد أَفلَحَ المُؤمِنونَ ﴿١﴾(1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,الَّذينَ هُم فى صَلاتِهِم خٰشِعونَ ﴿٢﴾(2) (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,وَالَّذينَ هُم عَنِ اللَّغوِ مُعرِضونَ ﴿٣﴾(3) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,وَالَّذينَ هُم لِلزَّكوٰةِ فٰعِلونَ ﴿٤﴾(4) dan orang-orang yang menunaikan zakat,وَالَّذينَ هُم لِفُروجِهِم حٰفِظونَ ﴿٥﴾(5) dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,إِلّا عَلىٰ أَزوٰجِهِم أَو ما مَلَكَت أَيمٰنُهُم فَإِنَّهُم غَيرُ مَلومينَ ﴿٦﴾(6) "kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela."فَمَنِ ابتَغىٰ وَراءَ ذٰلِكَ فَأُولٰئِكَ هُمُ العادونَ ﴿٧﴾(7) Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.وَالَّذينَ هُم لِأَمٰنٰتِهِم وَعَهدِهِم رٰعونَ ﴿٨﴾(8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,وَالَّذينَ هُم عَلىٰ صَلَوٰتِهِم يُحافِظونَ ﴿٩﴾(9) dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman; Yaitu orang-orangYang khusu'dalam shalatnya..."sampai akhir ayat:"...Yaitu
Orang orang yang selalu memelihara shalat – shalat mereka...'
(al-Mukminun:1-9)
Firman Allah yang artinya:
"Kemudian, Allah menganugerahkan bagi mereka Jannah Firdaus nan abadi."
أُولٰئِكَ هُمُ الوٰرِثونَ ﴿١٠﴾(10) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
أُولٰئِكَ هُمُ الوٰرِثونَ ﴿١٠﴾(10) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(al-Mukminun:10)
Dengan shalat, pribadi mukmin dapat menggapai puncak kebahagian tertinggi,
Sebagaimana tersebut diatas; dan jika serampangan menunaikannya,seorang
Mukmin juga bias terperosok ke jurang Wail di Narr Jahannam
.Allah befirman:
Disalin dari majalah As-Sunnah 07/III/1424H hal 38-44.
فَوَيلٌ لِلمُصَلّينَ ﴿٤﴾(4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,الَّذينَ هُم عَن صَلاتِهِم ساهونَ ﴿٥﴾(5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
"Maka Narr Wail bagi mereka yang shalat ; yaitu orang-orang yang Melalaikan shalatnya itu.."
(al-Ma'un:3-4)
Melalui shalat,seorang mukmin dapat mengentaskan tabi'at buruk manusia yang Tak mau susah, tapi juga tak tahu di untung. Allah berfirman:
"Sesunguhnya manusia diciptakan dalam keadaan keluh kesah lagi
kikir; apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluhkesah; dan apabila
ia mendapat kebaikan ia amat kikir; melainkan orang-orang yang
shalat.'
إِنَّ الإِنسٰنَ خُلِقَ هَلوعًا ﴿١٩﴾(19) Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.إِذا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزوعًا ﴿٢٠﴾(20) Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,وَإِذا مَسَّهُ الخَيرُ مَنوعًا ﴿٢١﴾(21) dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
إِنَّ الإِنسٰنَ خُلِقَ هَلوعًا ﴿١٩﴾(19) Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.إِذا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزوعًا ﴿٢٠﴾(20) Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,وَإِذا مَسَّهُ الخَيرُ مَنوعًا ﴿٢١﴾(21) dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,
(al-Ma'arij:19-21)
Shalat adalah media efektif untuk mengerem manusia dari berbagai perbuatan
Maksiat dan kemungkaran:
Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu (dapat) mencegah
Perbuatan keji dan mungkar.
اتلُ ما أوحِىَ إِلَيكَ مِنَ الكِتٰبِ وَأَقِمِ الصَّلوٰةَ ۖ إِنَّ الصَّلوٰةَ تَنهىٰ عَنِ الفَحشاءِ وَالمُنكَرِ ۗ وَلَذِكرُ اللَّهِ أَكبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعلَمُ ما تَصنَعونَ ﴿٤٥﴾(45) Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
اتلُ ما أوحِىَ إِلَيكَ مِنَ الكِتٰبِ وَأَقِمِ الصَّلوٰةَ ۖ إِنَّ الصَّلوٰةَ تَنهىٰ عَنِ الفَحشاءِ وَالمُنكَرِ ۗ وَلَذِكرُ اللَّهِ أَكبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعلَمُ ما تَصنَعونَ ﴿٤٥﴾(45) Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(al-Ankabut:45)
Sebagai makhluk sosial, manusia juga pasti dilingkungi oleh komunitas hidup
Yang akrab dengan beragam problematika. Ketabahan jiwa menghadapi berbagai
Persoalan menjadi senjata ampuh menuju kebahagiaan hidup; pamungkasnya?
Bagi seorang mukmin, tentu saja hubungan yang menyeluruh dan berkwalitas
Dengan Sang Maha pencipta,yang tak lain adalah shalat:
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنُوا استَعينوا بِالصَّبرِ وَالصَّلوٰةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصّٰبِرينَ﴿١٥٣﴾(153) Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنُوا استَعينوا بِالصَّبرِ وَالصَّلوٰةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصّٰبِرينَ﴿١٥٣﴾(153) Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(al-Baqarah:153)
Gelombang kehidupan yang terkadang bergolak amat keras juga seringkali
Mengombang ambingkan seorang mukmin antara ketaatan dan kemaksiatan.
Kitabullah sebagai pegangan, haruslah kita pelihara dengan sekuat tenaga.
Salah satu diantara kiat jitu melanggengkan sikap konsistensi kita berpegang
Kapada hukum ilahi adalah dengan memperbaiki kualitas shalat:
وَالَّذينَ يُمَسِّكونَ بِالكِتٰبِ وَأَقامُوا الصَّلوٰةَ إِنّا لا نُضيعُ أَجرَ المُصلِحينَ ﴿١٧٠﴾(170) Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.
وَالَّذينَ يُمَسِّكونَ بِالكِتٰبِ وَأَقامُوا الصَّلوٰةَ إِنّا لا نُضيعُ أَجرَ المُصلِحينَ ﴿١٧٠﴾(170) Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.
(al-A'raf:170)
Oleh sebab itu,diantara hal paling penting dari perintah Allah yang harus Di sosialisakan dalam keluarga adalah juga,shalat. Melalaikan shalat adalah malapetaka. Sebaliknya, menyibukkan diri dengan ibadah takakan membikin manusia celaka,sengsara ataupun merana.
وَأمُر أَهلَكَ بِالصَّلوٰةِ وَاصطَبِر عَلَيها ۖ لا نَسـَٔلُكَ رِزقًا ۖ نَحنُ نَرزُقُكَ ۗ وَالعٰقِبَةُ لِلتَّقوىٰ ﴿١٣٢﴾(132) Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
(ath-Thaha:132)
Hanya saja,tak sembarang orang mukmin mampu dengan mudah mengabadikan Amalan shalat, apalagi dalam sujud yang sempurna rukun dan syaratnya, Ditambah sejumlah sunnah sunnah yang juga terdapat dalam shalat.Kemudahan Itu hanya milik mereka yang mampu tampil khusyu' dalam shalatnya. Dalam
Hal itu, Allah sudah menegaskan:
وَاستَعينوا بِالصَّبرِ وَالصَّلوٰةِ ۚ وَإِنَّها لَكَبيرَةٌ إِلّا عَلَى الخٰشِعينَ﴿٤٥﴾(45) Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
وَاستَعينوا بِالصَّبرِ وَالصَّلوٰةِ ۚ وَإِنَّها لَكَبيرَةٌ إِلّا عَلَى الخٰشِعينَ﴿٤٥﴾(45) Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
"Dan sesungguhnya yang demikian itu (shalat) amatlah berat,kecuali Bagi orang-orang yang khusyu'"
(al-Baqarah:45)
Celakanya, kebanyakan kaum Muslimin sering menjadi pelanggan shalat yang Kerap alpa, dan lalai melakukannya. Itu sudah menjadi ketentuan ilahi yang Akan berlaku, dan akan diperbuat oleh satu generasi diakhir jaman.
فَخَلَفَ مِن بَعدِهِم خَلفٌ أَضاعُوا الصَّلوٰةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ ۖ فَسَوفَ يَلقَونَ غَيًّا ﴿٥٩﴾(59) Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
(Maryam:59)
Padahal, shalat adalah amalan yang paling utama, yang pertama kali Akan dihisab dari seorang hamba dihari akhir nanti. Bahkan Rasulullah Menjadikannya sebagai wasiat akhir sebelum kematian beliau. Beliau bersabda:
"Allah, Allah, (Wahai kaum Muslimin) peliharalah shalat,
Peliharalah shalat dan bertakwalah kepada Allah,serta peliharalah Para hamba sahaya yang menjadi milikmu."1
------------------------------
1 Diriwayatkan oleh AbuDawud :5156 IbnuMajah :2689, Ahmad :1/78 dan al-Baihaqi :
VIII/11,dari hadits Ali 414.
Demikianlah keagungan nilai shalat, dan demikian sebagian diantara ratusan Dalil yang berbicara tentang keutamaan shalat. Dengan itu, kita dapat menilai Realita yang ada dikalangan kita kaum Muslimin: Yaitu realita menganggap Shalat hanyasebagai rutinitas hidup,instrument pelehgkap dalam putaran roda
kehidupan, yang tak lagi memiliki ruh, kualitas dan kemuliaan yang seharusnya melekat pada ibadah shalat tersebut. Shalat sudah dianggap melelahkan, terlalu menguras waktu (entah waktu yang bagaimana), dan terkesan membosankan.Dan satu hal yang lumrah jika persepsi itu memasyarakat, karena kaum Muslimin –kecuali yang mendapat rahmat Allah- sudah kehilangan miliknya yang paling berharga dalam menjalankan shalat, yaitu: kekhusyu'an.Nabi bersabda:
"Sesungguhnya karunia pertama yang dicabut Allah dari para hamba- Nya adalah kekhusyu'an dalam shalat."2
Oleh sebab itu, sedapat mungkin kita berupaya memperoleh kembali (kalau Sungguh telah hilang dari kita) kekhusyu'-an dalam shalat yang menjadi ciri Mereka yang meyakini hari kebangkitan; berusaha membiasakannya dalam diri kita,bahkan mencari cara dalam ajaran As-Sunnah yang dapat menguak jalan
kearah itu.
1. DenisiDanPengertianKhusyu'
1.1 Secara Bahasa
Secara bahasa, kata khusyu' memiliki beberapa arti yang sama:
1. Tunduk, pasrah.merendah atau diam. Artinya mirip dengan kata khudhu' .Hanya saja kata khudhu' lebih sering Digunakan untuk anggota badan, sedangkan khusyu' untuk kondisi dan gerak-gerikhati.3
1. Tunduk, pasrah.merendah atau diam. Artinya mirip dengan kata khudhu' .Hanya saja kata khudhu' lebih sering Digunakan untuk anggota badan, sedangkan khusyu' untuk kondisi dan gerak-gerikhati.3
---------------------------------------
2.Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam"KhalquAf'alial-'Ibad"hal.62, Ath-Thabrani dalam"Al-
Mu'jamAl-Kabir":7183, An-Nasa'I dalam"As-Sunanal-Kubra":5909 dan lain-lain dari
Syaddad,bin`Aus.
Mu'jamAl-Kabir":7183, An-Nasa'I dalam"As-Sunanal-Kubra":5909 dan lain-lain dari
Syaddad,bin`Aus.
3 Lihat Mu'jamu Maqasiyisi al-Lughah :II/152, BashairudzawiAt-Tamyiz :II/541-543,
Tafsiral-Baghwi :III/301, TafsirAbiAs-Su'ud :V1/123 dan Fathul Bari : II/225.
2. Bisa juga berarti rendah perlahan,biasanya digunakan untuk suara.
2. Bisa juga berarti rendah perlahan,biasanya digunakan untuk suara.
Allah berfirman:
"Dan (khusyu') merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah,maka kamu tidak mendengar melainkan bisikan saja." (Ath-Thaha:108)
يَومَئِذٍ يَتَّبِعونَ الدّاعِىَ لا عِوَجَ لَهُ ۖ وَخَشَعَتِ الأَصواتُ لِلرَّحمٰنِ فَلا تَسمَعُ إِلّا هَمسًا ﴿١٠٨﴾
3. Arti khusyu' juga bias diam,tak bergerak. Allah berfirman yang artinya:
"Dan (khusyu') merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah,maka kamu tidak mendengar melainkan bisikan saja." (Ath-Thaha:108)
3. Arti khusyu' juga bias diam,tak bergerak. Allah berfirman yang artinya:
وَمِن ءايٰتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأَرضَ خٰشِعَةً فَإِذا أَنزَلنا عَلَيهَا الماءَ اهتَزَّت وَرَبَت ۚ إِنَّ الَّذى أَحياها لَمُحىِ المَوتىٰ ۚ إِنَّهُ عَلىٰ كُلِّ شَيءٍ قَديرٌ﴿٣٩﴾(39) "Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."
"Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya,kamu lihat bumi itu diam tak bergerak (ada juga yang mengatakan:tandus-Pent), dan apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia bergerak
Dan subur."(Al-Fusshilat:39)
1.2 Menurut Istilah
Khusyu'
artinya:kelembutan hati,ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani,serta kepasrahan dihadapan ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan ,kesombongan dan sikap tinggi hati. Denganitu,seorang hamba akan menghadap Allah dengan sepenuh hati.
Ia hanya bergerak sesuai petunjuk-Nya,dan hanya diam juga sesuai dengan kehendak-Nya.4
Adapun pengertian khusyu'didalam shalat:
Kondisi hati yang penuh dengan ketakutan,mawas diri dan tunduk Pasrah dihadapan keagungan Allah.Kemudian semua itu membekas Dalam gerak-gerik anggota badan yang penuh hikmat dan konsentrasi
Dalam shalat,bila perlu menangis dan memelas kepada Allah Sehingga tak memperdulikan hal lain.5
Pengertian kusyu' tersebut diambil dari firman Allah sebagaimana tersebut sebelumnya:
----------------------------
----------------------------
4 Lihat "Al-Khusyu'Ash-Shalah" oleh Ibnu Rajab al-Hambali.
5 Lihat Al-Khusyu' karyaAl-Hilali.
بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
قَد أَفلَحَ المُؤمِنونَ ﴿١﴾(1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,الَّذينَ هُم فى صَلاتِهِم خٰشِعونَ ﴿٢﴾(2) (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
"..yaitu orang-orang yang khusyu'dalam shalatnya.."(Al- Mukminun:1-2)
Mengenai makna kekhusyu'an itu,
Ibnu Abba's menandaskan: "Artinya penuh Takut dan khidmad."
Al-Mujahid menyatakan: "Tenang dan tunduk." Sementara
Ibnu Abba's menandaskan: "Artinya penuh Takut dan khidmad."
Al-Mujahid menyatakan: "Tenang dan tunduk." Sementara
Ali bin AbiThalib pernah menyatakan: "Yang dimaksud dengan kekhusyu'an di situ adalah kekhusyu'an hati."
Hasan al-Bashri,beliau berkata: "Kekhusyu'an mereka itu berawal dari dalam sanubari, lalu terkilas Balik ke pandangan mata mereka sehingga mereka menundukkan Pandangan mereka dalam shalat."
Imam Atha'pernah berkata: "Khusyu' artinya,tak sedikit pun kita mempermainkan salah satu Anggota tubuh
kita."
kita."
Jadi artinya,kekhusyu'an dalam shalat bukanlah sekedar kemampuan Memaksimal kankonsentrasi sehingga fikiran hanya terfokus dalam shalat. Namun ke kusyu'an lebih merupakan kondisi hati yang penuh rasa takut, pasrah, Tunduk dan sejenisnya; yang membias dalam setiap gerakan shalat menjadi Nampak anggun, khidmat dan tidak serampangan.
2 Kiat Khusyu' Dalam Shalat
Ada beberapakiat khusyu'dalamshalat yang kerap kali disinggung oleh para
Ulama dalam buku-buku mereka khususnya yang berkenaan dengan hokum dan
Tata cara shalat.Diantaranya:
2.1 Mengenal Allah, Menghadirkan, Mengagungkan dan TakutKepada-Nya.
Orang yang paling khusyu'dalam shalat adalah orang yang paling bertakwa.
Karena Allah berrman:
الَّذينَ يَظُنّونَ أَنَّهُم مُلٰقوا رَبِّهِم وَأَنَّهُم إِلَيهِ رٰجِعونَ ﴿٤٦﴾(46) (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya
"(orang-orangyangkhusyu'yaitu)orang-orang yang meyakini bahwa
mereka akan menemui Rabb mereka,dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya." (Al-Baqarah:46)
Dalam hal itu Allah juga berfirman:
وَمِنَ النّاسِ وَالدَّوابِّ وَالأَنعٰمِ مُختَلِفٌ أَلوٰنُهُ كَذٰلِكَ ۗ إِنَّما يَخشَى اللَّهَ مِن عِبادِهِ العُلَمٰؤُا۟ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزيزٌ غَفورٌ ﴿٢٨﴾(28) Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.
وَمِنَ النّاسِ وَالدَّوابِّ وَالأَنعٰمِ مُختَلِفٌ أَلوٰنُهُ كَذٰلِكَ ۗ إِنَّما يَخشَى اللَّهَ مِن عِبادِهِ العُلَمٰؤُا۟ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزيزٌ غَفورٌ ﴿٢٨﴾(28) Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.
"Sesungguhnya yang takut (bertakwa)kepada Allah hanyalah para ulama." (Al-Fathir:28)
Maksudnya,hanya orang-orang yang berilmu yang tergolong bertakwa kepada Allah. Dan tentunya,hanyamerekalah yang digolongkano rang-orang yang khusyu'dalam shalatnya.Yang dimaksud dengan ilmu disini tentunya ilmu yang shahih yang membuahkan amalan shalih.Karena itu Al-Hasanal-Bashri
pernah menyatakan:
"Ilmu itu ada dua macam:. ilmu ungkapan lidah,dan ilmu di sanubari.
Adapun ilmu sanubari ,itulah ilmu yang bermanfaat.Sedangkan ilmu Ungkapan lidah,adalah hujah Allah atas manusia."
Allah berfirman:
أَمَّن هُوَ قٰنِتٌ ءاناءَ الَّيلِ ساجِدًا وَقائِمًا يَحذَرُ الءاخِرَةَ وَيَرجوا رَحمَةَ رَبِّهِ ۗ قُل هَل يَستَوِى الَّذينَ يَعلَمونَ وَالَّذينَ لا يَعلَمونَ ۗ إِنَّما يَتَذَكَّرُ أُولُوا الأَلبٰبِ ﴿٩﴾(9) "(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: ""Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."
أَمَّن هُوَ قٰنِتٌ ءاناءَ الَّيلِ ساجِدًا وَقائِمًا يَحذَرُ الءاخِرَةَ وَيَرجوا رَحمَةَ رَبِّهِ ۗ قُل هَل يَستَوِى الَّذينَ يَعلَمونَ وَالَّذينَ لا يَعلَمونَ ۗ إِنَّما يَتَذَكَّرُ أُولُوا الأَلبٰبِ ﴿٩﴾(9) "(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: ""Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."
"Apakah kamu yang lebih beruntung wahai orang-orang musyrik
Ataukah orang yang beribadat diwaktu-waktu malam,dengan
Sujud dan berdiri, sedangkan ia takutakan (adzab) akhirat dan
Mengharapkan rahmat Rabb-nya..." (Az-Zumar:9)
2.2 Hendaknya Orang Yang Shalat Menyadari Bahwa
Shalat Adalah Perjumpaan,Sekaligus Komunikasi Dirinya Dengan Allah
Hal itu telah diisyaratkan dalam hadits Nabi:
"Apabila seorang diantaramu sedang shalat, sesungguhnya dirinya
Sedang berkomunikasi kepada Allah. Maka janganlah ia membuang
Ludah kehadapan muka,atau kearah kanan; tapi hendaknya ia
Membuangnya ke-sebelah kiri,atau dibawah telapak kakinya."6
-----------------------------------
6 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari :531, Muslim :syarahNawawi:5/40-41, An-Nasa'I :1/163,
11/52-53danlain-lain.
Imam Nawawi berkata:
"Sabda beliau:"..sesungguhnya ia sedang berkomunikasi kepada Rabb-nya...",merupakan isyarat akan pentingnya keiklasan hati, Kehadirannya (dalamshalat) dan pengosongannya dari selain Berdzikir kepada Allah..."7
Jika shalat adalah komunikasi seorang hamba kepada Allah,dan itu sudah Disadari oleh orang yang shalat;maka sudah selayaknya hal itu memacu dirinya Untuk bersikap khusyu'.Karena diapun sadar,bahwa segala gerak hatinya, Apalagi gerak tubuh kasarnya,pasti selalu diperhatikan oleh Allah.
2.3 Ikhlash Dalam Melaksanakannya
Keikhlasanadalahruhaural.Allahberrman:
الَّذى خَلَقَ المَوتَ وَالحَيوٰةَ لِيَبلُوَكُم أَيُّكُم أَحسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ العَزيزُ الغَفورُ ﴿٢﴾(2) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
الَّذى خَلَقَ المَوتَ وَالحَيوٰةَ لِيَبلُوَكُم أَيُّكُم أَحسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ العَزيزُ الغَفورُ ﴿٢﴾(2) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
"Yang menjadikan hidup dan mati,agar Diamenguji kamu siapakah
Diantara kamu sekalian yang terbaik amalannya."
(al-Mulk:2)
Berkenaan dengan ayat ini;Fudhail bin Iyyadh pernah menyatakan:
"Yang di maksudkan dengan yang terbaik amalannya,adalah yang
Paling ikhlas dan paling benar."
Satu amalan yang dianggap pelakunya sudah ikhlas, bila tak mencocoki ajaran
syari'at(benar-pent),tak akan diterima.Demikian juga amalan yang benar
sesuai ketentuan, namun tidak ikhlas karena Allah,juga tak ada gunanya.Ikhlas,
artinya hanya untuk Allah.Benar,artinya menuruti,Sunnah Rasul.8
Satu amalan yang dilakukan dengan ikhlas,dengan sendirinya akan mudah
Meleburkan diri si hamba secara menyeluruh kedalam ibadah itu sendiri.Karena
Tak satupun-menurut keyakinannya-yang pantas menguras perhatian dirinya
Selain Allah.
------------------------------------
7 Lihat Syarhu Shahih Muslim V/40-41.
8 Lihat Al-Hilyah -oleh Abu Nu'aim:V111/59 Tafsiral-Baghwi :1V/369, ZadulMasir : 1V/79.
2.4 Mengkonsentrasikan Diri Hanya Untuk Allah
2.4 Mengkonsentrasikan Diri Hanya Untuk Allah
Dalam shahihMuslim diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
"Seandainya seorang hamba (sesudah berwudhu dengan baik) tegak
Malakukan shalat, memuji Allah, menyanjung-Nya,mensucikan diri-
Nya yang mana itu memang merupakan hak-Nya,mengkonsen-
Trasikan diri hanya mengingat Allah;maka ia akan keluar dari
Shalatnya laksana bayi yang baru dilahirkan."9
Al-Imam IbnuKatsir menyatakan:
"Sesungguhnya kekhusyu'an dalam shalat itu hanya dapatd icapai
Oleh orang yang mengkonsentrasikan hatinya untuk shalat itu,
Disibukkan oleh shalat hingga tak mengurus yang lainnya sehingga
Ia lebih mengutamakan shalat dari amalan yang lain."
2.5 Menghindari Berpalingnya Hati Dan AnggotaTubuh Dari Shalat
Aisyah pernah bertutur:
"Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang berpalingnya wajah
Di kala shalat,ke arah lain.Beliau menjawab:
"Itu adalah hasil curian setan dari shalat seorang hamba."10
Ath-Tayyibi menyatakan: "Dinamakan dengan"hasil curian",menunjukkan betapaburuknya
Perbuatan itu.karena orang yang shalat itu tengah menghadap Allah, Namun setan mengintai dan mencuri kesempatan.Apabila ia lengah, Setan langsung beraksi!
----------------------------------------
9 Diriwayatkan oleh Muslim:832 dan Ahmad :IV/112-385,dari hadits Amru bin Abasah.
10 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari:571, AbuDawud :910, Tirmidzi :589, an-Nasa'I :III/7dan lain-lain.
Imam Ash-Shan'ani menyatakan:
"Sebab dimakruhkannya berpaling tanpa hajat dikala shalat,karena
Itu dapat mengurangi kekhusu'an,dan dapat juga menyebabkan
Sebagian anggotaba dan berpaling dari kiblat.Juga karena shalat itu adalah menghadapAllah.11
2.6 Merenungi Setiap Gerakan Dan Dzikir-Dzikir Dalam Shalat
ImamIbnulQayyimpernahmenyatakan:
"Ada satu hal yang ajaib, yang dapat diperoleh oleh orangyang
Merenungi makna-maknaAl-Qur'an.Yaitu keajaiban-keajaiban
Asma dan Sifat Allah.Itu terjadi,tatkala orang tadi menuangkan
Segala curahan iman dalam hatinya,sehingga ia dapat memahami
Bahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu memiliki tempat(bukan
dibaca)disetiap gerakan shalat.
Artinya bersesuaian.Tatkala ia tegak berdiri,ia dapat menyadari
ke-MahaTerjagaan Allah,dan apabila iabertakbir,ia ingatakan
ke-MahaAgung-anAllah."12
2.7 Memelihara Tuma'ninah (Ketenangan),Dan Tidak Terburu-buru DalamShalat
Allah berfirman:
وَاعتَصِموا بِحَبلِ اللَّهِ جَميعًا وَلا تَفَرَّقوا ۚ وَاذكُروا نِعمَتَ اللَّهِ عَلَيكُم إِذ كُنتُم أَعداءً فَأَلَّفَ بَينَ قُلوبِكُم فَأَصبَحتُم بِنِعمَتِهِ إِخوٰنًا وَكُنتُم عَلىٰ شَفا حُفرَةٍ مِنَ النّارِ فَأَنقَذَكُم مِنها ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُم ءايٰتِهِ لَعَلَّكُم تَهتَدونَ﴿١٠٣﴾(103) "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
وَاعتَصِموا بِحَبلِ اللَّهِ جَميعًا وَلا تَفَرَّقوا ۚ وَاذكُروا نِعمَتَ اللَّهِ عَلَيكُم إِذ كُنتُم أَعداءً فَأَلَّفَ بَينَ قُلوبِكُم فَأَصبَحتُم بِنِعمَتِهِ إِخوٰنًا وَكُنتُم عَلىٰ شَفا حُفرَةٍ مِنَ النّارِ فَأَنقَذَكُم مِنها ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُم ءايٰتِهِ لَعَلَّكُم تَهتَدونَ﴿١٠٣﴾(103) "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
"Dan apabila kamu sudah tenang,maka dirikanlah shalat..." (An Nisa':103)
Ayat diatas jelas mengisyaratkan bahwa ketenangan,adalah factor vital dalam
Shalat yang harus di perhatikan.Sehingga"keharusan"shalat bagi seorang
Mukmin di saat-saat berperang dengan orang-orang kafir,dilakukan kala ia sudah
Kembali tenang.
------------------------------
11Lihat Subuluas-Salam I/309-310.
12 Lihat Ash-Shalah karya IbnulQayyim.
Hal ini juga terpahami jelas dari hadits tentang"Shalat orang yang asal-asalan",yang lalu dikoreksi oleh Nabi.Bahkan orang itu disuruh mengurangi shalatnya dengan sabda beliau,yang artinya:
"...dan ruku'lah sehingga kamu tuma'ninah dalam ruku'itu.lalu Tegaklah berdiri sampai kamu tuma'ninah dalam berdiri...dst"13
2.8 Semangat Dalam Melakukannya
Ini satu hal yang lumrah. Karena tatkala seseorang shalat dengan seenaknya, malas dan tidak bersemangat jelas tak akan dapat diharapkan kehusyu'annya. Oleh sebab itu, dalam hadits yang diceritakan Anas bin Malik disebutkan bahwa Rasulullah pernah memasuki masjid. Tiba-tiba beliau melihat ada tali yang
direntangkan antara dua tiang masjid tersebut. Beliau lantas bertanya: "Untuk apa tali ini ?" Para shahabat
menjawab:"Itu punyanya Zainab. Kalau dia lagi lemas waktu shalat, itu dijadikan tempat berpegangan."maka beliau bersabda, yang artinya:
"Lepaskan tali itu. setiap kamu itu hendaknya shalat dengan bersemangat.Kalau dia memang merasa capek,
ya istirahat dulu." 14
Rasulullah juga pernah bersabda,
Rasulullah juga pernah bersabda,
"Apabila salah seorang diantara kamu mengantuk, sedangkan ia tengah melalukan shalat hendaknya ia tidur terlebih dahulu sehinga hilang rasa mengantuknya. Karena kalau ia shalat terus, jangan
jangan,ia ingin beristighfar malah mencaci dirinya sendiri"15
--------------------------------
--------------------------------
13 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari :757,793,6251dan lain-lain, Muslim :397, Abu Dawud : 956 dan yang
lainnya.
lainnya.
14 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari :1150, Muslim :784 dan lain-lain.
15 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari :212, Muslim :786, Abu Dawud :1310, At-Tirmidzi : 388, an-Nasa'i
:11215-216, Ibnu Majah :1370, Ahmad : VI/56,202,259, ad-Darimi : 1373 dan Malik dalam Al-
Muwattha': 31/118, dari hadits Aisyah.)
15 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari :212, Muslim :786, Abu Dawud :1310, At-Tirmidzi : 388, an-Nasa'i
:11215-216, Ibnu Majah :1370, Ahmad : VI/56,202,259, ad-Darimi : 1373 dan Malik dalam Al-
Muwattha': 31/118, dari hadits Aisyah.)
Berkenaan dengan hal itu,Imam An-Nawawi pernah menyatakan:
"Hadits tersebut mengandung anjuran agar seorang hamba itu shalat dengan konsentrasi penuh, khusyu',terfokus kirannya kepada Allah dan dengan semangat. Hadits tersebut juga menyuruh orang yang
"Hadits tersebut mengandung anjuran agar seorang hamba itu shalat dengan konsentrasi penuh, khusyu',terfokus kirannya kepada Allah dan dengan semangat. Hadits tersebut juga menyuruh orang yang
mengantuk selagi shalat itu untuk tidur dulu, atau melakukan hal lain yang dapat menghilangkan rasa kantuknya."16
Dalam hal ini, nampak sekali kesalahan sebagian kaum Muslimin yang
menganggap shalat yang khusyu' itu cenderung harus dilakukan dengan lemah
gemulai dan tak bertenaga.Kalau kita tilik kembali tata cara shalat yang
diajarkan Nabi akan kita dapati bahwa seluruh gerakan shalat secara kolektif
ternyata harus dilakukan dengan bersemangat, bukan dengan melemas-lemaskan
tubuh.
Ambil contoh misalnya: ruku'.Di saat melakukan ruku',orang yang shalat
diperintahkan untuk meluruskan punggung. Namun disamping itu ia juga
diperintahkan untuk membengkokkan sedikit kedua tangannya. Konsekuensinya,
ia harus melakukan gerakan itu dengan perhatian penuh.
Contoh lain, kala bersujud. Di saat bersujud, seorang mukmin harus
meluruskan punggungnya, meluruskan pahanya, meletakkan dengan tepat tujuh
anggota sujud, menekankan kening kebumi, bertumpu pada kedua belah telapak
tangan, merapatkan kedua telapak kaki, mengarahkan dengan penuh jari-jari kaki
ke arah kiblat, merenggangkan kedua lengan, menjauhkan perut dengan bumi; di
samping juga berdzikir, memanjangkan sujud dan lain-lain.Semuan yaitu,tak
syak lagi, hanya bisa dilakukan dengan penuh perhatian dan semangat yang
tinggi.
2.9 Memilih Tempat Shalat Yang Sesuai
Artinya yang memenuhi syarat agar bisa membuat shalat kita menjadi khusyu'.
Tempat tadi paling tidak harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
1.Tenang,dan jauh dari keributan yang ditimbulkan-mungkin-oleh penuh sesaknya orang-orang yang
shalat,sehingga membikin suara yang mangganggu. Sesungguhnya Nabi pernah marah ketika dalam shalat
beliau mendengar suara ribut dibelakangnnya.16
shalat,sehingga membikin suara yang mangganggu. Sesungguhnya Nabi pernah marah ketika dalam shalat
beliau mendengar suara ribut dibelakangnnya.16
Lihat Syarhuan-Nawawi VI/74.
2.Hadirnya para malaikat.Artinya,kita menghindari hal-hal/sesuatu yang menghalangi malaikat (rahmat) untuk memasuki tempat kita menunaikan shalat. misalnya, lukisan benda bernyawa,atau anjing.Karena Nabi
bersabda:
"Para malaikat tidak akan memasuki satu rumah yang
di dalamnya ada lukisan benda bernyawa,atau anjing."17
Imamal-Khitabi menjelaskan:
"Yang dimaksud disitu adalah para malaikat yang datang membawa rahmat dan berkah, bukan para
malaikat yang mencatat amalan seorang hamba.Karena mereka (yang kedua) itu tak pernah berpisah
malaikat yang mencatat amalan seorang hamba.Karena mereka (yang kedua) itu tak pernah berpisah
denganmanusia."18
Diantaranya lagi, suara-suara musik. Juga termasuk diantaranya suara bell lonceng.Karena
Nabi pernah bersabda:
Diantaranya lagi, suara-suara musik. Juga termasuk diantaranya suara bell lonceng.Karena
Nabi pernah bersabda:
"Sesungguhnya lonceng itu adalah seruling-seruling setan."19
2.10 MenghindariSegalaYangMenyibukkan Dan Mengganggu Shalat
Termasuk dalam lingkaran larangan itu,shalat dikala makanan sudah
dihidangkan;atau shalat dikala sedang menahan buang air kecil atau besar.
Nabi bersabda yang artinya:
Janganlah salah seorang diantara kamu shalat,kala makanan
dihidangkan, atau kala menahan buangair."20
----------------------------------------
----------------------------------------
17 Diriwayatkan oleh al-Bukhari :4225, 3322, 4002, 5949, Muslim: 2106, Tirmidzi :2804, an-Nasa'i
:7/185-186, dan yang lainnya.
:7/185-186, dan yang lainnya.
18 Lihat "Hasyiahas-Sindi`ala Ibnu Majah ":11/386.
19 Diriwayatkan oleh Imam Muslim : 2114, an-Nasa'i dalam as-Sunanal-Kubra: 8812, Abu Dawud :2556,
Ahmad ,dalam Musnadnya:11/366-3720, al-Baihaqi dalam"as-Sunan al-Kubra":5/253.
20 Diriwayatkan oleh Muslim :560, Ibnu Hibban :195dan al-Baghwi dalam"Syarhuas- Sunnah":801.13
Di riwayatkan dalam hadits al-Bukhari dan Muslim :558,
bahwasanya Ibnu Umar pernah dihidangi makanan;saat itu adzan berkumandang,namun beliau
terus saja makan sampai selesai.Padahal beliau sudah mendengar suara bacaan
imam.Diantaranya yang lain:shalat dibawah terik matahari.'Dalam hal ini
Rasulullah pernah bersabda,yang artinya:
"Apabila matahari bersinar terik/panas sekali,tundalah waktu
shalat hingga cuaca dingin.Karena sesungguhnya panas yang terik
itu berasal dari uap Narr Jahannam."
Yang lainnya lagi: memandang (ketika shalat)sesuatu yang merusak konsentrasi.
Dari Anas diceritakan,bahwa Aisyah memiliki kain korden berhias yang menutupi
sebagian tembok rumahnya.Maka Rasulullah bersabda:
"Singkirkan korden itu,Sesungguhnya gambar-gambarnya itu terus
terbayang dalam diriku diwaktu shalat."
21 ImamAsh-Shan'ani berkomentar:
"Sesungguhnya hadits itu mengandung larangan terhadap segala hal
yang dapat mengganggu shalat.Baik itu ukiran-ukiran,hiasan-hiasan
dan lain-lain.
2.11 Memanjangkan Bacaan
Memanjangkan bacaan surat dalam shalat, seringkali membantu proses
kekhusyu'an,terutama bagi yang mengertikandungan makna bacaan itu, atau
bagi orang yang dianugerahi Allah kelembutan jiwa.
Rasulullah pernah ditanya: "Shalat bagaimana yang paling
utama?" Beliau menjawab: "Yang panjang qunut/kekhusu'annya."
----------------------
----------------------
22 ImamIbnul`Arabi menyatakan: "Aku mencoba menyelidiki sumber-sumber kekhusyu'an;lalu kudapati ada
sepuluh perkara:
21 HR. Al-Bukhari :374dan Ahmad :III/151-283.
22 HR. Muslim :756, Tirmidzi :387, IbnuMajah :1421dan al-Baghwi dalam Syarhuas Sunnah: 559-560.
2.12 Hendaknya kita shalat,seperti shalatnya orang yang akan bepergian jauh(meninggalkan alam
fana)
Rasulullah pernah menegaskan:
"Apabila engkau melakukan shalat,maka shalatlah kamu,dengan shalatnya orang yang akan meninggalkan alam fana..."
Yang dimaksud,agar kita shalat dengan shalatnya orang yang rindu untuk berjumpa Allah.Bukan shalatnya orang yang gila dunia,yang menjadikan dunia dan segala kesibukannya sebagai bayangan yang selalu terukir dalam benak.
Masih ada juga beberapa kiat khusyu' lainnya dalam shalat.Cukup dikutip sebagian diantaranya;sekedar untuk memacu diri kita agar memperbaiki kualitas shalat kita Menghiasi dan menyempurnakannya dengan kekhusyu'an sehingga pada akhirnya,akan menjadikan kita sebagai mukmin yang penuh keberuntungan, dunia danakhirat.Lalu,kita berdoa kepada Allah agar kita dijauhkan dari mereka yang disebutkan dalam firman Allah:
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدرَهُ لِلإِسلٰمِ فَهُوَ عَلىٰ نورٍ مِن رَبِّهِ ۚ فَوَيلٌ لِلقٰسِيَةِ قُلوبُهُم مِن ذِكرِ اللَّهِ ۚ أُولٰئِكَ فى ضَلٰلٍ مُبينٍ ﴿٢٢﴾(22) Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدرَهُ لِلإِسلٰمِ فَهُوَ عَلىٰ نورٍ مِن رَبِّهِ ۚ فَوَيلٌ لِلقٰسِيَةِ قُلوبُهُم مِن ذِكرِ اللَّهِ ۚ أُولٰئِكَ فى ضَلٰلٍ مُبينٍ ﴿٢٢﴾(22) Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
"Maka sungguh satu kecelakan yang besar bagi meraka yang telah mambatu hatinya untuk mengingat Allah.Mereka itu dalam kesesatan yang nyata:" (az-Zumar:22)
----------------------
23 Lihat "Al-'Aridhah"
24 Dikeluarkan oleh IbnuMajah :4171, Ahmad :5/412 dan dihasankan oleh al-Albani dalam
"Shahih ljami'ash-Shaghir" :1/265.
"Shahih ljami'ash-Shaghir" :1/265.
Di download dari http://www.vbaitullah.or.id
Label:
ebook
Subscribe to:
Posts (Atom)