Sesungguhnya,
belum ada kesepakatan final di antara para sejarawantentang apa yang
sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine.Yang
paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup
pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14
Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi.
Yang jelas
dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih
jauh lagi kedalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu
yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.Menurut
pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah
dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalenderAthena
kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari
disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan
suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno,15 Februari dikenal
sebagai hari raya Lupercalia, yangmerujuk kepada nama salah satu dewa
bernama Lupercus, sang dewake suburan. Dewa ini digambarkan sebagai
laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.Di zaman
Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual
penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa
kambing kepada sang dewa.Setelah itu mereka minum anggur dan akan
lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa
potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka
jumpai. Para perempuan muda akan berebut untukdisentuh kulit kambing itu
karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa
mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di
Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara
pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18
Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari
pertama (13-14 Februari),dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of
Feverish Love) bernama Juno Februata.Pada hari ini, para pemuda
berkumpul dan mengundi nama-nama gadis didalam sebuah kotak. Lalu setiap
pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke
luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk
bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta
perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini,
para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para
perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap
bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan
subur.Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi
upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani.
Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau
Pastor.Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus
Gregory I.Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M
Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan
Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo
Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.Tentang
siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di
muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada
tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari.Seorang di antaranya
dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi.Namun ini pun tidak
pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya“St. Valentine”
termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang
berbeda.Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan
Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan
Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa
Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang
Romawi.Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis
surat dan menaruhnya di terali penjaranya.Versi kedua menceritakan,
Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat
di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar
lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan
kaisar ini diam-diam mendapat tentangandari Santo Valentine dan ia
secara diam-diam pula menikahkan banyakpemuda hingga ia ketahuan dan
ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo
Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14Februari 269 M.
TRADISI KIRIM KARTU
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada
kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke
ofOrleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja
mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada
isterinya di Perancis.Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa
itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang
masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung
oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata
“Valentine”berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan
arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata
ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan
Lupercus, tuhan orang Romawi.Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika
seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my
Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan
melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena
meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan
upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan
setengahtelanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the
hunter”dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan
sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya
sendiripun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya
itu!Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga
terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti
yangditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo
Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci)
yangberbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna
(modernTerni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi
antaraketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.Bahkan
Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada
yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian
Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai
hari raya peringatan Santo Valentinus.Ada yang mengatakan, Paus Gelasius
II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia
yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.Sisa-sisa kerangka yang digali
dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma,
diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus.Jenazah itu kemudian
ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke GerejaWhitefriar Street
Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada
mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan
sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti
emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar
tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan
dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yangsedang menjalin
hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi
pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja
yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yangasal-muasalnya tidak
bisa dipertanggung jawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau
legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan
oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari
Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno
di mana masih berlaku kepercayaan paganisme(penyembahan berhala). Gereja
Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo
Valentine yang dianggap menjadi martir padatanggal 14 Februari. Walau
demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar
Street Carmelite Church di Dublin,Irlandia dan dilarang secara resmi
pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan
peringatan ini tiap tahunnya.
Sebagai seorang muslim
tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu
saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
Tujuan
mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah
baik. Tetapi bukan semenit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan
bukan pula berarti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah
meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya
dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan
persaudaraan yang abadi di bawah naungan Alloh Yang Rahmaan dan
Rahiim. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang
di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya
kepada diri sendiri”.
Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan
langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya
kita menyadari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih
jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan
bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Alloh itu Ar Rahman dan Ar
Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus
dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih
luas dari semua itu.