Monday, July 26, 2010
Biografi dan Karomah Syuhada Jihad Bosnia
Bismillahirrahmaanirrahiim
Saya wakafkan buku elektronik ini bagi kaum muslimin, semoga bermanfaat
dan menjadi pemberat timbangan kebaikan di hari kiamat nanti.
Jakarta, Dzulhijjah 1427 H/Desember 2006
Diperbolehkan untuk memperbanyak buku ini
Masukan, saran dan kritik:
abuhamdi@hutchcity.com
abuhamdi.wordpress.com
Catatan : Untuk penerbit yang akan berminat menerbitkan buku ini silahkan
menghubungi alamat email di atas untuk berkoordinasi. Jika dalam 60 hari
tidak ada respon, silahkan menerbitkan buku ini.
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENERJEMAH 5
JIHAD BOSNIA 1992 - 1995 9
DAFTAR ISI 2
ABDULLAH SHAYBANI 14
ABU ABDULLAH AL-LIBYI 15
ABU ABDULLAH ASH-SHARQI 17
ABU ALI AL-KUWAITI 18
ABU BAKR AL-LIBY 19
ABU HAMMAM AN-NAJDI 20
ABU KHALID AL-QATARI 21
ABU MARYAM AL-AFGHANI 23
ABU MARYAM AL-AFGHANI 23
ABU MUAZ AL-KUWAITI 24
ABU MUSA AL-ALMAANI 28
ABU MUSLIM AL-IMARAATI 30
ABU MUSLIM AL-TURKI 32
ABU SAHAR AL-HAILI 35
ABU SAIF ASH-SHAHRANI AT-TAIFI DAN ABU HAMAD AL-OTAIBI 36
ABU THABIT AL-MUHAJIR 39
ABU UMAR AL-HARBI 41
ABU ZAID AL-QATARI 44
ABU ZUBAIR AL-MADANI 45
ABUL-HARITH AL-BAHRAINI 46
ABUL-MUNDZIR AL-YEMENI 48
AL-BATTAR AL-YAMANI 49
DAWOOD AL-BRITTANY 51
JAMALUDDIN AL-YEMENI 53
MUHAMMAD BADAWI 56
SALMAN AL-FARSI 57
SAYYAD AL-FILISTINI 59
WAHIUDDIN AL-MISRI 64
PENUTUP 65
REFERENSI 67
"Sesungguhnya, Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur`an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
dari Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar."
(at-Taubah: 111)
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: "Barangsiapa yang mati dan
dirinya tidak pernah berjihad dan tidak pernah meletakkan dalam dirinya keinginan
untuk berjihad maka dia mati dalam cabang kemunafikan.“
(Hadist Riwayat Imam Muslim)
Barangsiapa yang meminta syahadah dengan tulus, maka Allah akan memberikan
padanya pahala orang yang mati syahid meskipun ia meninggal di atas tempat tidurnya.“
(Hadits Riwayat Ibnu Hibban dan Al Hakim)
PENGANTAR PENERJEMAH
Segala puji bagi Allah, pencipta alam semesta, yang telah memberi petunjuk pada kita dengan Islam, dan mengeluarkan kita dari kesempitan dunia menuju kelapangan dunia dan akhirat. Salam dan shalawat semoga selalu dilimpahkan pada junjungan kita, Nabi dan Rasul kita, Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga datangnya hari kiamat.
Para mujahidin asing (Foreign Mujahidin), merupakan bagian tak terpisahkan dari kisah jihad di Bosnia dan medan-medan jihad lainnya. Mereka datang dengan hasil keringat mereka sendiri. Mereka datang untuk berperang, terluka, mati syahid dan dikuburkan di negeri asing, yang mungkin namanya tak pernah mereka dengar sebelum terjadinya jihad.
Ratusan pemuda-pemuda ikhlas dari berbagai negara, datang untuk bertempur dan mati membela orang-orang yang tidak pernah dikenalnya. Tidak ada sedikitpun keuntungan dunia yang bisa mereka raih. Mereka datang karena panggilan Allah : membela Islam, dan membela saudara-saudara seiman yang dianiaya. Kehadiran mereka menyentakkan hati bangsa muslim Bosnia yang telah lupa dengan agamanya.
Sebagian dari mereka telah menemui Rabb-Nya sebagaimana yang mereka cita-citakan, dan sebagian lagi masih menunggu dengan setia di berbagai medan jihad hari ini.
„Di antara orang-orang mukmin itu ada laki-laki perwira yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya),“ (Al Ahzab : 23)
Dengan keluasan hikmah-Nya, terkadang Allah memberikan karomah dalam syahadah (mati syahid) para mujahidin, sebagai kabar gembira dan peneguh bagi mereka yang masih berjuang. Allah juga mengabarkan kabar gembira dalam bentuk mimpi yang dialami para mujahidin, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah SAW :
"(setelah aku wafat) tidak ada lagi kenabian selain mubasysyirat (kabar kabar gembira). Para sahabat bertanya: apa yang dimaksud mubasysyirat (kabar-kabar gembira)? Beliau menjawab: mimpi yang baik". (Hadits Riwayat Bukhari)
"Jika saat kiamat semakin dekat, mimpi seorang Muslim nyaris tidak pernah dusta.
Muslim yang paling benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. Mimpi
seorang Mukmin merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian. Mimpi ada tiga macam: mimpi yang baik sebagai berita gembira dari Allah 'azza wa jalla, mimpi seorang Muslim yang dialaminya sendiri, dan mimpi sedih yang berasal dari setan. Jika salah seorang di antara kamu mengalami mimpi yang tidak disukai, janganlah menceritakannya kepada orang lain, bangunlah, kemudian shalatlah." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Kisah-kisah dalam buku ini merupakan kumpulan dari berbagai sumber di internet. Semuanya merupakan kisah nyata para syuhada dalam perang di Bosnia dalam kurun waktu 1992-1995. Bahkan sebagian besar kisah dalam buku ini berasal dari kesaksian orang pertama, yaitu orang yang secara langsung mengenal dan menyaksikan peristiwa syahidnya yang bersangkutan. Kisah-kisah ini berasal dari website www.azzam.com, yang merupakan salah satu situs yang paling banyak memuat mengenai jihad Islam di berbagai penjuru dunia. Setelah kejadian 11 September 2001, sebuah gelombang penutupan situs-situs Islam melanda Internet. Azzam.com termasuk salah satu korbannya. Scotland Yard (FBI-nya Inggris) menutup situs ini dan menangkapi para pengelolanya.
Lewat berbagai cara, dengan izin Allah, sebagian besar informasi teks dapat diselamatkan melalui arsip internet. Namun sebagian besar gambar tidak dapat diselamatkan. Setelah ditambah dengan berbagai sumber lainnya di intenet, kami menerjemahkannya dan menyajikannya kepada Anda dalam bentuk buku, dengan harapan semoga kisah para syuhada ini dapat tersebar dan abadi hingga mencapai generasi sesudah kita. Ceritakanlah kisah para syuhada ini pada anak-anak kita, sebagaimana para sahabat biasa menceritakan kisah perang mereka bersama Rasulullah kepada anak-anak mereka. Semoga mereka dapat mencontoh pengorbanan dan keikhlasan mereka yang telah dipilih Allah SWT sebagai syuhada.
Tiada gading yang tak retak, apabila pembaca menemukan kesalahan ataupun kekurangan pada buku ini, maka silahkan mengirimkan koreksinya pada saya. Saya berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi ummat dan menjadi jalan pahala yang mengalir terus hingga hari kiamat untuk menambah timbangan kebaikan saya. Amin ya Allah.
Ya Allah, berikanlah pertolonganMu pada para mujahidin di Palestina, Iraq, Chechnya, Afghanistan, Kashmir, Moro, Guantanamo dan di seluruh dunia. Ya Allah, kuatkanlah kaum muslimin di manapun mereka berada. Amin ya Allah.
Jakarta, akhir Maret 2006
Abu Hamdi
Ceritakanlah kisah-kisah ini kepada anak-anak kita,
semoga mereka tumbuh menjadi pembela agama Allah SWT
JIHAD BOSNIA 1992 - 1995
Bosnia-Herzegovina adalah salah satu negara kecil di Semenanjung Balkan, Eropa bagian Tenggara. Luas wilayahnya hanya 51.233 km persegi (sedikit lebih luas dari Propinsi Jawa Timur). Islam masuk ke kawasan Balkan (termasuk Bosnia) sekitar tahun 1389, ketika wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Utsmani antara abad XII hingga akhir abad XIX.
Pada tahun 1918, Bosnia menjadi wilayah Yugoslavia. Akhir Perang Dunia ke II menempatkan rezim komunis di puncak kekuasaan Yugoslavia. Mulai saat itulah umat Islam Bosnia mengalami sekularisasi yang kuat, hingga sebagian besar kaum muslimin Bosnia melupakan agamanya meskipun masih mengaku beragama Islam.
Keruntuhan komunis di Uni Soviet membawa efek yang serupa pada Yugoslavia yang merupakan negara satelit Uni Soviet. Runtuhnya sistem komunis pada akhir 1988 menyebabkan Yugoslavia terpecah menjadi enam negara, yaitu Serbia, Kroasia, Bosnia, Macedonia, Slovenia dan Montenegro.
Awalnya, Slovenia dan Kroasia menyatakan memisahkan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat. Selepas itu, Yugoslavia menjadi negara yang senantiasa berubah, baik wilayahnya maupun populasinya. Menyusul Slovenia dan Kroasia, Bosnia melalui referendum tahun 1992 pun menyatakan pemisahan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat dipimpin Presiden Alija Izatbigovic. Inilah yang memicu pembantaian rakyat Muslim Bosnia oleh bangsa Serbia pimpinan Slobodan Milosevic pada 1992.
Serbia berupaya mempertahankan kesatuan Yugoslavia. Etnis Serbia yang umumnya bergama Kristen Ortodox ini ingin mendominasi pemerintahan, militer dan administrasi negara. Di Serbia terdapat sekitar 6 juta etnis Serbia, sedangkan di Bosnia 1,36 juta jiwa dan di Kroasia 0,5 juta jiwa. Milosevic berobsesi mewujudkan Negara Serbia Raya yang bersifat monoetnis, maka ia menentang habis-habisan berdirinya Bosnia Herzegovina yang mayoritas Muslim dengan melakukan pembersihan etnis non-Serbia dan merebut wilayah dari Bosnia dan Kroasia.
Negara Bosnia yang dideklarasikan pada tahun 1992 merupakan negara multietnis berpenduduk 4,3 juta jiwa, dengan komposisi 43,7% etnis Bosnia (90% muslim), 31,3% etnis Serbia/Serbia¬Bosnia (93% beragama Kristen Ortodox), 17,3% etnis Kroasia/Kroasia¬Bosnia (88% beragama Katolik Roma) dan etnis lainnya 5,5%.
Pada awal terjadinya perang di tahun 1992, warga negara Bosnia yang terdiri atas etnis Bosnia dan etnis Kroasia bersama-sama menghadapi serangan tentara Serbia. Namun ketika keadaan Bosnia mencapai titik kritis, dimana sekitar 70% wilayah Bosnia direbut oleh Serbia, etnis Kroasia di Bosnia dibantu Negara Kroasia berkhianat dan berusaha merebut wilayah Bosnia yang tersisa (3 0%). Akibatnya Kroasia berhasil menguasai 20% wilayah Bosnia, sementara warga muslim Bosnia hanya menguasai 10% wilayahnya.
Tindakan ini menjadikan muslim Bosnia terjepit oleh serangan dua musuh sekaligus. Ironisnya, dalam keadaan seperti ini PBB dan negara-negara Barat bersikeras mempertahankan embargo senjata pada muslim Bosnia. Mereka menutup mata terhadap pembantaian besar-besaran yang terjadi di depan mata mereka.
Dalam langkah majunya menguasai wilayah Bosnia, pasukan Serbia melakukan pembantaian massal pada muslim Bosnia. Mereka yang beruntung masih hidup dipaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Sejarah mencatat perang ini ditandai dengan pemerkosaan terhadap para wanita Islam dilakukan secara massal dan sistematis. Bayi-bayi hasil perkosaan tentara Serbia akan dianggap warga etnis Serbia. Dengan demikian, kelak Serbia dapat mengklaim sebagai etnis mayoritas di wilayah-wilayah yang didudukinya. Serangan Serbia (yang kemudian dibantu oleh Kroasia) terhadap muslim Bosnia telah menyebabkan tragedi kemanusiaan yang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia kedua.
Pecahnya perang di Bosnia tidak luput dari perhatian para mujahidin yang baru saja berhasil menjatuhkan pemerintahan komunis di Kabul. Lima orang mujahidin dari Afghanistan segera bertolak ke Bosnia mengecek kondisi yang sebenarnya. Salah satu dari mereka adalah Syeikh Abu Abdul Aziz. Beliau adalah salah satu pemuda yang sejak awal bergabung dalam jihad Afghan karena seruan Syeikh Abdullah Azzam, semoga Allah menerima syahid
beliau. Temuan para utusan tersebut di lapangan membenarkan terjadinya pembantaian terhadap kaum muslimin di Bosnia.
Maka mulailah para mujahidin dari seluruh dunia mengalir masuk ke Bosnia. Mereka ditempatkan dalam satu batalion yang khusus terdiri atas mujahidin non Bosnia. Mereka datang dari seluruh dunia, bahkan sebenarnya para mujahid Arab adalah minoritas, menurut Syeikh Abu Abdul Aziz. Batalion itu dinamai Katibat al-Mujahidin (Batalion Mujahidin), atau Odred El-Mudzahidin dalam bahasa Bosnia. Batalion tersebut merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Bosnia, yaitu Batalion ke-Tujuh (SEDMI KORPUS, ARMIJA REP UBLIKE BH) Angkatan Darat Bosnia.
(a) Syeikh Abu Abdul Aziz, dari Saudi Arabia. (b) Pawai Brigade Muslim Bosnia di Zenica, 1995. (c) Brigade Muslim Bosnia menggunakan pakaian kamuflase salju dan ikat kepala bertuliskan Laa Ilaaha Illallah.
Krisis yang terjadi akibat serangan Serbia dan Kroasia, ditambah kehadiran para mujahidin asing yang ikhlas mengingatkan rakyat Bosnia akan agama yang telah mereka tinggalkan selama ini. Semangat muslim Bosnia untuk kembali pada Islam semakin besar. Masjid¬masjid mulai dipenuhi jamaah. Jilbab semakin banyak dikenakan para muslimah Bosnia. Majelis-majelis ilmu dan tahfiz Qur’an mulai bermunculan kembali.
Dengan pertolongan Allah, melalui perjuangan rakyat Bosnia dan mujahidin asing, lambat laun keadaan mulai berubah. Kepada tentara muslim Bosnia, mujahidin asing berbagi taktik dan strategi untuk mengalahkan musuh yang memiliki persenjataan yang lebih kuat, hasil pengalaman perang sebelas tahun di Afghanistan. Angkatan Bersenjata Bosnia dan mujahidin asing tidak lagi bertahan. Mereka melancarkan berbagai operasi penyerangan untuk merebut daerah-daerah strategis di Bosnia. Daerah-daerah yang dikuasai oleh pasukan Serbia, satu per satu berhasil direbut kembali.
Khawatir dengan tekanan balik dari pasukan muslim, negara-negara Barat segera mensponsori perundingan damai. Berbagai bentuk tekanan diberikan kepada ketiga pihak yang bertikai, agar mereka dapat menghentikan perang dan berunding. Pada tahun 1994 Kroasia menandatangani perjanjian damai dengan Bosnia dan bersama-sama mendirikan Federasi Bosnia.
Saat muslim Bosnia berhasil menguasai kembali 51% wilayahnya, di bawah tekanan politik negara-negara Barat dan krisis ekonomi yang mencekik, pemerintah Bosnia terpaksa menandatangani Perjanjian Dayton di Paris pada Desember 1995. Wilayah Bosnia dipecah menjadi dua negara bagian, yaitu Federasi Bosnia (berisikan warga etnis Bosnia dan Kroasia) dengan luas wilayah 51% dan Republik Serbska (berisikan warga etnis Serbia) dengan luas wilayah 49%.
Maka berakhirlah perang yang telah membawa begitu banyak korban : diperkirakan antara 100.000 hingga 200.000 ribu orang telah tewas (sekitar 69% korban tewas adalah muslim Bosnia), lebih dari 40.000 wanita diperkosa, dan 1,8 juta orang terpaksa mengungsi.
Sudah menjadi kebiasaan para mujahidin untuk menggunakan nama julukan selama melakukan jihad. Hal ini diperlukan untuk melindungi identitas mereka (juga keluarga mereka) dari rezim-rezim thaghut yang menguasai negeri-negeri Islam saat ini, dan untuk menghindari penangkapan ketika melakukan perjalanan keluar masuk medan jihad. Oleh karena itu, banyak dari syuhada pada buku ini dipanggil berdasarkan nama julukan mereka (Abu Ali, Abu Bakar, dll).
ABDULLAH SHAYBANI
Syahid dalam operasi Black Lion, Mei 1995 pada umur 19 tahun
Mujahid ini begitu muda, ia baru berusia 19 tahun. Ia seorang yang periang dan berakhlak baik. Saat operasi berlangsung, Abdullah Shaybani dan seorang mujahid lainnya, Abu Muslim al-Yamani, berlari menyerang bersama dengan terpisah beberapa meter. Kemudian keduanya terkena tembakan dan terkapar dalam keadaan luka. Abu Muslim merasakan kesakitan, namun ia tidak berteriak dan hanya mengerang. Abdullah Shaybani yang terkapar tidak jauh darinya menoleh ke arahnya dan berkata, “Harapkan pahala dari Allah, lupakan rasa sakitmu.”
Para mujahidin lainnya kemudian membawa mereka ke rumah sakit, dan alhamdulillah Abu-Muslim pulih dengan cepat. Namun Abdullah Shaybani menderita luka yang lebih parah dan setelah beberapa hari Allah mengangkatnya sebagai seorang syahid. Saat kematiannya, muncul aroma harum yang memenuhi ruangan tersebut. Hal ini disaksikan oleh orang-orang di sana. Inilah bukti Allah menerimanya sebagai seorang syahid, dan inilah tanda dari Allah bagi para mujahidin lainnya, bahwa mereka melangkah di atas jalan kebenaran.
Berkata Rasulullah SAW : Demi Dia yang memegang jiwaku, tidak ada seorang pun yang terluka di jalan Allah, dan Allah paling tahu siapa yang terluka di jalanNya, kecuali dia akan datang pada hari Kiamat dengan luka-lukanya, darahnya akan mengalir keluar dan berwarna merah dan mengeluarkan wangi seperti wanginya misk (kesturi). (HR Muslim).
ABU ABDULLAH AL-LIBYI
Abu Abdullah al-Libyi, dari Libya. Komandan regu Black Lion. Syahid pada Mei 1995
Komandan operasi Black Lion adalah Abu-Abdullah al-Libyi. Ia datang dari Libya tidak lama setelah perang Bosnia pecah. Sebelumnya ia adalah seorang pengemudi tank di Angkatan Darat Libya. Abu Abdullah menghabiskan tiga tahun berjihad di Bosnia, sebagian besar waktunya dihabiskan di garis depan.
Jika engkau melihatnya, engkau akan tahu bahwa dia begitu pemalu. Bahkan jika engkau duduk berhadapan dengannya, ia tidak berani menatap wajahmu. Jika engkau duduk bersamanya untuk makan, ia tidak mau menjamah makanannya sebelum ada orang lain yang memulai, bahkan meskipun ia sangat lapar. Namun ia begitu berani menghadapi orang-orang kafir. Ia biasa menjadi orang yang pertama mencapai bunker musuh.
Kami melihatnya sebagai perwujudan salah satu ayat dalam al-Qur’an, ketika Allah menjelaskan ciri-ciri orang-orang beriman ‘asyidda ’u alal kuffar ruhamaau bainahum’, keras dan berani menghadapi orang-orang kafir, lemah lembut dan penyayang kepada sesama orang beriman.
Abu Abdullah tidak bersuara keras, tidak banyak bicara namun selalu melakukan tugasnya. Karena itu para mujahidin mencintainya, meskipun ia seorang yang pendiam. Saya teringat pada sebuah Hadits :
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: „Apabila Allah mencintai seorang hamba-Nya, Ia memberi tahu Jibril bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai Fulan, dan menyuruh Jibril untuk mencintainya, maka Jibrilpun mencintainya. Jibril lalu memberi tahu penghuni langit bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai Fulan dan menyuruh mereka juga untuk mencintainya, maka penghuni langitpun men cintainya. Kemudian ia diterima di atas bumi." (Hadits Riwayat Bukhari)
Semua mujahid mencintainya. Mujahid ini, ia melakukan misi reconnaissance (pengintaian) yang memakan waktu selama tujuh bulan. Ia melakukan pemetaan dan pengintaian pada sebuah daerah bergunung-gunung sepanjang tiga kilometer. Daerah ini benar-benar sangat strategis, terlebih lagi bagi para tentara Serbia.
(Catatan : Daerah yang dimaksud adalah pegunungan Vlasic di Bosnia bagian utara. Pada perang dunia ke II, pasukan Hitler berupaya untuk merebut gunung ini dari tangan Serbia selama lima tahun lamanya, namun selalu gagal. Begitu pula dalam perang Bosnia, upaya pasukan Angkatan Bersenjata Bosnia selama tiga tahun untuk merebut daerah ini selalu gagal. Pada tanggal 10 September 1995, mujahidin asing dan pasukan Angkatan Bersenjata Bosnia melakukan operasi militer bersama untuk merebut daerah ini dengan nama sandi Operation Badr.)
Abu Abdullah menghabiskan tujuh bulan mengintai dan memetakan daerah ini. Ia melakukannya pada malam dan siang hari, dalam cuaca seperti apapun. Ia selalu pergi sendirian, dan mematikan radionya. Ia mendekati bunker Serbia, kadang-kadang begitu dekat hingga para tentara Serbia membuang sampah pada Abu Abdullah tanpa menyadari nya.
Karena itu Abu Abdullah mengenal tiga kilometer tersebut seperti telapak tangannya sendiri. Maka setelah pengintaian selama tujuh bulan, misi penyerangan dilakukan. Alhamdulillah, Allah memberikan kami kemenangan dan ketiga gunung itu jatuh dalam waktu hanya enam menit (!). Banyak tentara Serbia tewas dan kami mendapatkan banyak senjata.
Setelah misi ini selesai dan kemenangan telah jelas berada di tangan mujahidin, tiba-tiba sebuah peluru sniper (penembak jitu) Serbia mengenai Abu Abdullah al-Libyi, dan ia pun syahid.
ABU ABDULLAH ASH-SHARQI
Abu Abdullah ash-Sharqi, syahid di pegunungan Vlasic, Bosnia, pada hari Jumat pagi
setelah malam Lailatul Qadr, tanggal 25 Ramadhan, 1995.
Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang syahid di Afghanistan. Abu Abdullah datang ke Bosnia pada tahun 1994. Ikut ambil bagian dalam operasi untuk merebut gunung tertinggi di Bosnia, pegunungan Vlasic, pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Selama sembilan jam ia berjalan bersama para mujahidin lainnya menempuh jalan yang ditutupi salju tebal dalam keadaan berpuasa. Para mujahidin menawarkannya makanan dan ia mengambilnya, hanya untuk dimasukkan ke dalam sakunya. Hal ini ia lakukan agar tidak ada yang mengetahui bahwa ia sebenarnya sedang berpuasa, karena ia kuatir Amir (komandan) akan menyuruhnya berbuka. Banyak mujahidin yang hadir pada malam itu meyakini bahwa malam itu adalah malam Lailatul Qadr.
Malam itu Abu Abdullah bermimpi melihat dirinya syahid akibat sebuah peluru di tenggorokannya setelah ia menewaskan dua tentara Serbia. Dalam operasi keesokan harinya, mujahidin memperoleh kemenangan dan berpikir semua bunker musuh telah direbut. Tiba-tiba mereka menemukan sebuah bunker musuh yang selama ini menembaki mereka. Saat mereka mendekati bunker tersebut, para mujahidin menemukan dua orang Serbia tergeletak mati di lantai.
Di samping mereka terbaring Abu-Abdullah ash-Sharqi, dalam keadaan syahid dengan satu buah peluru menembus tenggorokannya. Saat itu Abu Abdullah mengenakan sorban yang ia lilitkan pada lehernya. Rupanya peluru tersebut menembus sorban dan leher Abu Abdullah, dan membawa kain sorban di bagian depan hingga menembus leher Abu Abdullah, namun jenazah Abu Abdullah tidak berdarah sama sekali.
Abu Abdullah adalah satu-satunya mujahidin yang syahid dalam operasi tersebut.
ABU ALI AL-KUWAITI
Abu Ali, dari Kuwait. Syahid dalam operasi melawan Kroasia di Travnik, Bosnia, pada
tahun 1993.
Seorang letnan satu pada Angkatan Udara Kuwait, namun ia adalah seorang yang berakhlak baik dan sering melakukan dakwah. Ia dicintai oleh para mujahidin Arab dan Bosnia. Suatu hari ia ditangkap oleh tentara Kroasia bersama Abu Sahar al-Ha’illi (juga telah syahid) di Travnik, namun ia tetap bersabar dalam penyiksaan. Salah satu mujahidin yang ditangkap bersamanya menyarankan bahwa jika ia menangis atau menunjukkan kesakitan, maka para penyiksa akan mengakhiri siksaannya. Abu Ali menjawab,
"Tidak, Insya Allah saya tidak akan menangis."
Saat ia tertangkap oleh musuh, Angkatan Udara Kuwait memecatnya. Saat Abu Ali mendengar berita ini, ia hanya mengucapkan,
"Alhamdulillah ".
Beberapa bulan kemudian, ia dibebaskan dalam pertukaran tawanan dan kemudian ia ikut dalam sebuah operasi melawan tentara Kroasia. Saat itu ia melintasi sebuah tanah yang ditanami ranjau, dimana salah satu ranjau meledak hingga menghancurkan kakinya, hingga Abu Ali syahid sambil berteriak, "Allahu Akbar, Allahu Akbar!"
ABU BAKR AL-LIBY
Abu Bakr Al-Liby, dari Libya. Syahid pada tahun 1995. Seorang mujahid menuturkan :
”Seorang saudara yang dicintai oleh para mujahidin, ia bertugas dengan ikhlas tanpa ganjalan di hatinya. Suatu hari ia melakukan tugas jaga. Allah mentakdirkan, pada saat itu sebuah roket musuh menghantam tanah di sampingnya dan meledak. Beberapa serpihan roket tersebut menembus lehernya dan ia syahid sekitar sepuluh atau lima belas menit kemudian. Para mujahidin kemudian menguburkannya. Namun pada saat itu mereka tidak mengetahui arah kiblat, sehingga mereka menguburkan Abu Bakr ke arah yang salah. Setelah berlalu satu bulan, syeikh kami berkata, ’Kita harus menggali kuburnya dan menguburkannya ke arah yang benar.’
Kemudian kami menggali kuburannya kembali. Tanah di Bosnia keadaannya sama dengan keadaan tanah di Inggris, bahkan lebih becek. Saat kami mendapatkan jenazahnya, kami dapati jenazahnya masih utuh, tidak membusuk, tidak mengeluarkan bau dan bahkan darah masih mengalir dari luka yang ada di lehernya.
Ini adalah sebuah hal yang mengherankan karena saya sudah pernah melihat mayat-mayat orang-orang Serbia, yang baru satu jam mati sudah mengeluarkan bau hingga kami menjauhinya. Setelah satu hari mayat-mayat itu berubah warna menjadi hitam. Seorang kulit putih berubah menjadi hitam! Seminggu kemudian bau busuknya semakin keras ... itu keadaan mayat-mayat yang berada di atas tanah, sedangkan saudaraku ini berada dalam tanah selama satu bulan dan jenazahnya tetap utuh.”
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan ribath di jalan Allah, maka akan dialirkan kepadanya amal-amal shalehnya yang dulu ia kerjakan, dan dialirkan pula rezeki kepadanya, dan diamankan dari pertanyaan kubur, serta akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dalam keadaan aman selamat dari ketakutan yang amat dahsyat.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Thabrani)
ABU HAMMAM AN-NAJDI
Abu Hammam An-Najdi, berasal dari Saudi Arabia. Komandan Base Camp ‘Lion’s Den’
(Sarang Singa) di garis depan. Syahid di Zepce, 14 Desember 1995 dalam penyerangan
oleh militer Kroasia ketika gencatan senjata, saat dalam perjalanan dari markas
mujahidin di Zenica menuju Camp Lion's Den di Zavidovic. Berumur 24 tahun. Kisah
dari orang pertama.
Abu Hammam adalah seorang lulusan universitas di Saudi Arabia, seorang yang terpelajar dan mampu berbahasa Inggris dengan baik. Ia masuk ke Bosnia pada musim panas 1994 bersama Abu Ziyaad An-Najdi (semoga Allah meridhainya). Ia bergaul dengan baik dengan semua mujahid yang ada, membuat setiap mujahidin merasa dihargai, sehingga tidak lama kemudian ia diangkat menjadi Amir (komandan) base camp yang berada di garis depan.
Ia bekerja sangat keras untuk melayani saudara-saudaranya di jalan Allah dan berusaha untuk memudahkan segala hal bagi mereka. Jika para mujahid bertemu dengannya, mereka tidak melihat sosok seorang komandan atau amir, namun seorang teman yang enak diajak berbicara dan berbagi, bahkan tentang masalah sehari-hari sekalipun. Inilah sifatnya yang membuatnya dicintai para mujahidin. Ialah komandan yang memerintahkan misi rescue untuk mencari Abu Mujahid Al-Brittani, mujahid asal Inggris yang syahid dalam operasi Badar di Bosnia.
Pada hari itu, 14 Desember 1995, ia bersama empat mujahidin lainnya disergap oleh militer Kroasia di Zepce. Abu Hammam syahid karena tembakan jarak dekat (point-blank) di kepalanya, bersama empat mujahidin yang bersamanya. Abu Hammam dan temannya, Abu Ziyaad, tiba di negeri Bosnia bersama-sama dan meninggalkannya bersama-sama. Kami memohon pada Allah (SWT) agar mereka berkumpul bersama pula di jannah yang abadi di sisi Rabb Yang Maha Agung.
ABU KHALID AL-QATARI
Abu Khalid Al-Qatari, dari Qatar. Syahid ketika diserang pasukan Kroasia di Bosnia
pada tahun 1993. Berumur pertengahan dua puluhan. Kisah dari orang pertama.
Seorang pemain bola tangan, ia adalah anggota tim nasional bola tangan Qatar. Ia datang ke Bosnia pada akhir 1992. Abu Khalid menyukai tugas jaga (ribath), ia biasa mengambil tugas jaga double shift selama empat jam di tengah cuaca yang dingin.
Abu Khalid seorang mujahid yang sangat tawadhu dan shalih. Kulitnya hitam karena ia keturunan negro, namun para mujahidin melihat nur (cahaya) pada wajahnya. Ada dua buah tanda bekas sujud di keningnya akibat lamanya ia bersujud dalam shalat malamnya yang panjang.
Suatu hari ia pernah ditanya, "Kapan engkau akan kembali ke negaramu, Abu Khalid?" Abu Khalid menjawab, "Saya ingin syahid di sini."
Abu Khalid pernah berkata pada seorang mujahid, "Dulu ketika di Qatar, saya telah membeli pakaian tempur untuk pergi dan berperang di Afghanistan, tetapi ibu saya mencegah kepergian saya. Tetapi insya-Allah, kali ini, dengan pakaian tempur yang sama, saya akan syahid di Bosnia."
Sebelum sebuah operasi melawan Kroasia, saat menerima pembagian kelompok oleh Amir, ia berbisik pada seorang mujahid di sampingnya, "Insya-Alllah, kali ini ALLAH akan mengambil saya menjadi seorang syahid."
Kemudian ia melakukan perjalanan dengan mobil bersama lima orang mujahidin lainnya,
salah satunya adalah Wahiuddin al-Misri, Amir Mujahidin (semoga Allah meridhainya).
Mereka tersesat dan masuk sejauh 7 kilometer ke dalam wilayah musuh. Pasukan Kroasia
menembaki mereka dengan senjata anti pesawat hingga mobil mereka terpental 6 meter ke udara. Semua mujahidin di dalamnya keluar dan bertempur hingga syahid.
Dua bulan kemudian, saat jenazah mereka dikembalikan, para mujahidin dapat mengenali mereka, kecuali jenazah Abu Khalid Al-Qatari. Jenderal Bosnia yang mengantarkan para jenazah mengeluarkan jenazah yang terakhir, jenazah itu berkulit putih dan wajahnya juga berwarna putih. "Ini saudara kalian yang terakhir.”
Para mujahidin mengatakan, "Ini bukan saudara kami, saudara kami punya kulit yang hitam.”
Kemudian para mujahidin memeriksa lebih lanjut jenazah itu. Mereka membuka bajunya dan menemukan bahwa dari bagian leher ke bawah, kulit jenazah itu berwarna hitam. Kemudian mereka membuka lengan bajunya dan menemukan bahwa dari siku ke atas, kulit jenazah itu berwarna hitam, sedangkan pada bagian lengan dan tangannya berwarna putih. Kemudian mereka menggulung celana panjangnya, dan menemukan bahwa kakinya berkulit putih, namun dari tumit ke atas berwarna hitam.
Salah satu mujahid yang menyaksikan berkomentar, bahwa sesuai dengan hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri orang beriman pada hari kiamat ialah bahwa anggota tubuh mereka yang dibasuh air wudhu akan bercahaya. Demikianlah yang terjadi pada jenazah Abu Khalid al-Qatari, semoga Allah SWT menerimanya di antara para syuhada.
"Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada Hari Kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya oleh sebab bekas-bekas wudhu. Oleh itu, barang siapa di antara kamu hendak memperpanjangkannya (menambah cahaya), maka baiklah dia melakukannya dengan sempurna." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
ABU MARYAM AL-AFGHANI
Abu Maryam al-Afghani, dari Afghanistan. Syahid di Illyash, 1992
Seorang mujahid sejak jihad Afghanistan, ia datang ke Bosnia pada tahun 1992. Semua mujahidin Arab dan Bosnia yang melihat Abu Maryam berkata, "Inilah seorang (yang akan) syahid...”
Suatu hari ia duduk bersama Abu Qutayfah al-Afghani, Abul Harith al-Bahraini, Abu Muassa alKassoori dan Abu Maidh al-Muhajir. Abu Maidh bertanya pada Abu Maryam: "Siapa yang akan mengurus anak perempuanmu bila engkau mati?"
Abu Maryam menjawab dengan yakin, "Allah yang akan mengurusnya.” Kemudian ia menunjuk ke arah langit, dan berkata, "Allah, Allah," kemudian ia menangis. Kemudian keempat mujahidin lainnya ikut menangis bersamanya.
Ia bertawakkal pada Allah SWT. Ia dikenal berakhlak baik, sering berpuasa dan tidak banyak berbicara. Abu Maryam syahid dalam operasi Illyash pada tahun 1992.
Istrinya, Ummi Maryam yang berasal dari Jerman gembira mendengar kabar tersebut. Ia seorang wanita mujahid, dengan sabar menerima kematian suaminya. Suatu hari saudara laki-laki Abu Maryam berniat untuk menikahinya. Ummi Maryam berkata, "Siapapun yang menikahi aku harus memenuhi satu syarat, yaitu ia akan tinggal bersamaku selama lima belas hari kemudian ia pergi melakukan Jihad."
Saudara Abu Maryam kemudian mengurungkan niatnya. Saudara perempuan Ummi Maryam, yang masih non muslim, terketuk melihat kesabaran saudaranya hingga kemudian ia memutuskan menjadi seorang muslimah. Saat ini alhamdulillah, ia telah menikah dan suaminya pun pergi berjihad.
ABU MUAZ AL-KUWAITI
Abu Muaz Al-Kuwaiti (Adil Al-Ghanim), berasal dari Kuwait. Komandan Mujahidin
Asing. Syahid dalam operasi Miracle pada tanggal 21 Juli 1995, sebuah operasi militer
yang dilakukan untuk merebut kembali wilayah Muslim yang dirampas tentara Serbia.
Berumur akhir dua puluh. Kisah dari orang pertama.
Abu Muaz adalah anak seorang gubernur di Kuwait. Ia juga seorang atlet nasional Kuwait. Ia memegang rekor nasional Kuwait dan pernah mengikuti Olimpiade. Abu Muaz mengikuti jihad di Afghanistan selama enam tahun. Dalam masa itu, setiap beberapa bulan ia kembali ke Kuwait untuk menggalang dana dan kesadaran kaum muslimin tentang Jihad di Afghanistan. Ia berkeliling ke masjid-masjid di Kuwait, dan berdiri memberikan ceramah seusai shalat berjamaah, untuk mengingatkan mereka tentang kewajiban membantu saudara¬saudara seiman di Afghanistan.
Abu Muaz tiba di Bosnia pada 04 Mei 1994 dan segera dipercaya menjadi komandan mujahidin asing, karena pengalaman militer dan organisasinya selama jihad di Afghanistan. Ia seorang mujahid yang sangat tawadhu. Dalam Operation Miracle di bulan Juli 1995, karena posisinya yang senior, Abu Muaz tidak ditempatkan dalam regu penyerbu. Hal ini membuatnya sangat sedih.
Setelah operasi ini selesai, Abu Muaz pergi ke puncak gunung dan mengkonsolidasi pasukannya. Ia kemudian terkena tembakan di kakinya dan gugur sebagai syuhada. Empat hari kemudian, seorang mujahid yang berasal dari Madinah Al-Munawarrah yang juga berjihad di Bosnia melihatnya di dalam mimpi. Ia melihat Abu-Muaz kembali ke masjid di dalam kamp mujahidin di garis depan.
Mujahid itu menuturkan,
"Saya melihat Abu-Muaz bertemu dengan para mujahidin, semua orang tampak gembira bertemu kembali dengannya. Tampak kaki bagian atasnya dibalut, tepat dimana ia tertembak. Saya merasa kesal, bagaimana mungkin ia berada di sini jika ia seharusnya syahid? Maka saya dekati dia, kemudian saya bersalaman dengannya dan bertanya,
'Abu-Muaz, mengapa engkau di sini? Apakah engkau syahid atau tidak?’
Ia berpaling dan tidak mengatakan apa-apa. Kemudian, saat tidak ada yang melihatnya, ia segera menuju ke pintu keluar masjid. Saya tahu dia akan keluar dan pergi, jadi saya menunggunya di pintu keluar masjid. Ia meninggalkan masjid dan pergi keluar. Kemudian saya melihat sebuah lempengan di bawahnya yang mengangkatnya naik ke arah langit. Saya kemudian mengejarnya, menangkap kakinya dan berkata,
'Abu-Muaz! Saya mohon beritahu saya apa yang terjadi! mengapa engkau di sini? Apakah engkau syahid atau tidak?’
Ia menjawab, 'Ya, saya syahid.'
Saya bertanya padanya, 'Seperti apa mati syahid itu?’
Ia menjawab, 'Pada hari operasi itu, sebuah jendela terbuka di langit menuju surga dan semua mujahidin yang akan syahid pada hari itu pergi melalui jendela itu langsung men uju surga.’
Saya kemudian bertanya, 'Bagaimana rasanya mati syahid?'
Ia menjawab, ’Engkau tidak merasakan apapun. Begitu engkau mati, muncul dua gadis cantik berambut pirang yang mengantar engkau ke surga.’
Aku bertanya, 'Seperti apa surga itu?'
Abu-Muaz menjawab, 'Bukan cuma satu surga, tapi banyak surga! ' Saya bertanya lagi, 'Bagaimana dengan kenikmatan dan kesenangannya?’
Ia menjawab, 'Setiap hari dan di setiap temp at.'
Abu-Muaz kemudian berkata, ‘Sekarang lepaskanlah aku.'
Maka saya kemudian bertanya pada Abu-Muaz, ‘Satu pertanyaan terakhir, dapatkah engkau memberitahu saya, apakah saya akan mati syahid?’
Abu-Muaz mengatakan, 'Saya tidak dapat mengatakannya padamu'
Maka saya kemudian bertanya, ‘Dapatkah engkau memberitahu saya, dengan datang dalam mimpiku beberapa hari sebelum saya mati?' dan Abu-Muaz menjawab,
'Saya akan mencoba. Sekarang lepaskanlah saya.'
Seorang mujahid lainnya yang mengenal Abu Muaz dengan dekat menceritakan:
"Ia seorang yang sangat kaya di Kuwait, namun masih mengingat kewajibannya terhadap Jihad. Ia menghabiskan enam tahun di Afghanistan dan setelah perang Afghanistan selesai, ia datang ke Bosnia. Saudaraku ini berbicara sangat singkat, namun jika ia bicara, ia akan memberikan pelajaran tentang Islam dan berita akan apa yang terjadi di Bosnia. Dan bila ia berbicara, ia membuatmu merasa senang. Bahkan jika berita itu berita yang paling buruk sekalipun, ia membuatmu merasa senang mendengarnya. Karena akhlak baiknya dan pengalaman organisasionalnya, para ikhwan mujahidin memilihnya menjadi komandan seksi mujahidin asing.
Sebuah nikmat yang Allah berikan padanya adalah tafsir mimpi. Para mujahidin biasa bertanya tentang mimpi mereka padanya dan ia akan menjelaskan artinya, dan sangat sering penjelasannya sesuai dengan kenyataan. Saudaraku ini bekerja siang dan malam untuk Islam dan saudara-saudara mujahidin lainnya. Dan pada operasi Miracle Allah mengambilnya sebagai seorang syahid. "
Ketika masih hidup, Abu Muaz pernah bercanda, ‘Jika saya mati, jika Allah menerima saya sebagai syuhada, ambillah gambar wajah saya dari kiri ke kanan, agar orang-orang dapat melihat apakah ini wajah seorang Arab atau bukan!’ Ia mengatakan ini untuk menjawab orang-orang yang membantah adanya kehadiran mujahidin asing di Bosnia. Nyawanya meninggalkan tubuhnya dengan sebuah senyum khas di wajahnya dan video kamera mengambil gambar wajahnya dari berbagai sudut, sebagai bukti akan dua hal: (i) bahwa ini adalah seorang mujahid asing yang bukan berasal dari Bosnia dan (ii) untuk menunjukkan bahwa sebagian mujahidin syahid dengan senyum di wajah mereka.
Semoga Allah menjadikan engkau tetap tersenyum, wahai Abu Muaz, dan mengangkatmu bersama barisan para Nabi dan para mujahidin yang syahid sebelummu. Amin.
“Sesungguhnya tetesan darah yang pertama kali tercucur dari salah seorang di antara kalian, menjadi sebab dihapuskannya dosa-dosanya oleh Allah, sebagaimana Dia merontokkan dedaunan dari dahan pepohonan, dan dua orang bidadari bergegas menyongsongnya, serta mengusap debu yang menempel di wajahnya, keduanya berkata, ’Selamat datang bagimu. ’ Dan dia pun menjawab, ’Selamat datang bagi kalian berdua.“ (Hadits Riwayat al-B azzar dan Thabrani)
„Dari Abu Hurairah ra, dia berkata : disebutkan perihal orang yang mati syahid dari Nabi SAW, beliau berkata : Bumi tidak Bumi tidak akan kering dari darah syahid sehingga dua orang istri bergegas menyongsongnya, seolah-olah mereka seperti dua ekor burung yang baru disapih dalam sarangnya di suatu bumi, dan di tangan mereka masing-masing daripadanya ada pakaian yang nilainya lebih baik daripada dunia dan seisinya.“ (Hadits Riwayat Ibnu Majah)
ABU MUSA AL-ALMAANI
Abu Musa Al-Almaani, dari Jerman. Kameramen mujahidin Bosnia. Syahid pada operasi
Miracle, Bosnia, 21 Juli 1995. Kisah dari orang pertama.
"Saya berpikir apakah lebih baik melempar granat ke dalam atau menaruh kamera di dalam
bunker... "
Abu Musa dilahirkan dari keluarga asal Turki di Jerman, namun keluarganya tidak memiliki uang sehingga menjualnya ke sebuah keluarga Jerman, yang mengasuhnya sebagai seorang non-Muslim. Di masa kecilnya, ia menjadi seorang siswa teladan dan bertingkah laku sangat baik. Tidak seorangpun merasa bahwa ia berbeda karena warna kulitnya tidak berbeda.
Namun tiba-tiba pada umur 15 tahun keadaannya mulai berubah. Ia mulai membuat masalah di sekolah dan ragu akan identitasnya. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya dan ia bukan seorang Jerman.
Suatu kali ia pernah bertengkar dengan ibu angkatnya yang mengatakan pada Abu Musa, "Kamu bukan anakku.” Abu Musa menuturkan, "Kalimat itu terpatri dalam benak saya, lalu saya kembali dan bertanya pada ibu saya apa maksudnya. Ia menolak memberitahu, namun setelah saya berusaha membujuknya, ibu saya mengungkapkan semuanya. Ia masih menjalin komunikasi dengan orang tua kandung saya, lalu saya pergi untuk menemui mereka dan kemudian tinggal bersama mereka. " Demikianlah Abu Musa tinggal bersama orang tua aslinya selama beberapa tahun, hingga pada saat berusia 21 tahun ia memutuskan untuk pergi ke Bosnia.
Abu Musa mempunyai pengalaman dengan video film dan editing, sehingga di Bosnia ia menjadi kameramen para mujahidin. Dengan demikian, selain membawa senapan Kalashnikov, ia selalu membawa kameranya dalam setiap pertempuran. Ia mendokumentasikan pertempuran di garis depan sambil ikut bertempur bahkan mencapai bunker tentara Serbia sebelum mujahidin lainnya. Ia berdiri di atas bunker-bunker itu, dengan orang-orang Serbia di dalamnya masih terus menembak.
Ia berkata pada seorang mujahidin, bahwa pada saat ia sampai di sebuah bunker, “Saya berpikir apakah lebih baik melempar granat ke dalam atau menaruh kamera di dalam bunker...” dan akhirnya ia memilih menaruh kamera di dalam untuk mendapatkan gambar terbaik, mengeditnya dan mengirimkannya kembali pada kaum muslimin yang tidak tahu sedikitpun tentang Jihad. Dengan demikian, mereka dapat melihat Jihad dalam pesawat televisi mereka dan mengetahui tentang kewajiban yang telah dilupakan Dunia Islam ini.
Itulah cita-citanya, ia ingin membuat rekaman yang terbaik dan karena itu ia selalu berada di garis depan bersama kameranya. Dalam operasi Miracle, ia berada dalam kelompok yang terdiri dari empat mujahid asal Turki yang bersumpah akan bertempur sampai mati. Mereka menepati janji mereka pada Allah, maka Allah menepati janjiNya pada mereka.
Banyak orang yang mengenal Abu Musa akan menggambarkannya sebagai orang yang kocak. Orang lainnya mungkin menilainya sebagai orang yang kurang cerdas namun sebenarnya ia sangat cerdas dan insya Allah, telah mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah (SWT).
ABU MUSLIM AL-IMARAATI
Abu Muslim Al-Imaraati, dari Uni Emirat Arab (UAE). Komandan lapangan mujahidin
asing di Bosnia. Syahid dalam Operation Miracle, Bosnia Utara, pada 21 Juli 1995. Kisah
dari orang pertama.
"Ia tidak pernah sempat melihat anak lelakinya, namun Allah akan mengumpulkannya bersama keluarganya di Surga, Insya Allah..."
Abu Muslim adalah saudara kami yang sangat lemah lembut. Namun pada musim panas, sifatnya berubah. Ia menjadi sangat berani di medan pertempuran. Bahkan ia mulai melakukan misi pengintaian seorang diri, dan pulang membawa tas yang penuh berisikan ranjau musuh yang berhasil digalinya seorang diri.
Saat Abu Muslim mendengar tentang Jihad di Bosnia, istrinya baru saja hamil. Namun ia memilih membela muslim Bosnia dan berangkat berjihad, dengan membawa kenangan akan keluarganya dan harapan untuk dapat bertemu mereka kembali jika masih ia hidup.
"Harta dan anak-anakmu adalah perhiasan dan cobaan dunia, dan di sisi Allah-lah balasan yang agung, " [Quran 64:15]
Anak lelakinya lahir saat ia berada di Bosnia. Setelah beberapa bulan berjalan, ia belum juga melihat anaknya. Akhirnya Abu Muslim berniat untuk pulang dan menemui keluarganya untuk sementara setelah operasi ini (Operation Miracle) dilakukan. Dalam operasi ini, Abu Muslim dan kelompoknya, Alhamdulillah, berhasil merebut sebuah tank dari tentara Serbia. Setelah merebut tank itu mereka terus bergerak maju dan Allah (SWT) mentakdirkan Abu Muslim syahid dalam operasi itu.
"Ia tidak pernah sempat melihat anak lelakinya, namun Allah akan mengumpulkannya bersama keluarganya di Surga, Insya Allah..."
"Orang yang mati syahid itu dapat memberikan syafaat kepada 70 orang di kalangan keluarganya." (Hadits Riwayat Abu Dawud)
ABU MUSLIM AL-TURKI
Abu Muslim Al-Turki, berasal dari Inggris. Syahid dalam sebuah pertempuran melawan
tentara Kroasia di Bosnia pada tahun 1993, pada umur 51 tahun. Kisah dari orang
pertama.
Abu Muslim adalah seorang muslim keturunan Turki yang dibesarkan di Inggris. Sebelumnya ia menjalani hidupnya bagaikan seorang kafir. Ia menikahi seorang wanita non muslim, begitu pula ia tidak mengerjakan shalat dan menjalankan ibadah lainnya, sampai suatu hari Allah SWT memberikan petunjukNya untuk kembali ke jalan yang benar.
Tak lama kemudian, Abu Muslim mendengar tentang situasi di Bosnia, dan berkata pada dirinya bahwa saya harus berangkat ke Bosnia, saya harus bertaubat pada Allah dan bertempur melawan pasukan Serbia, semoga dengan demikian Allah mengampuni semua yang telah saya lakukan di masa lampau.
Ia tiba di Bosnia pada musim gugur 1992 dan mengikuti training pada sebuah kamp di Mehorich. Abu Muslim adalah orang yang paling tua di antara para mujahidin. Saat mujahidin melakukan lari pagi, mereka semua harus menggenggam sebuah senapan, kecuali Abu Muslim, karena usianya yang tua dan kepayahan fisiknya. Orang yang melihat matanya akan mendapatkan mata seorang yang benar dan jujur kepada Allah.
Dalam sebuah operasi melawan pasukan Kroasia, Amir pasukan tidak memilihnya untuk ikut dalam operasi tersebut karena usianya yang tua. Namun Abu Muslim mulai menangis, meraung-meraung bagaikan seorang bayi hingga Amir pasukan terpaksa memasukkannya untuk ambil bagian dalam operasi tersebut.
Dalam operasi tersebut Abu Muslim tertembak di lengannya hingga menghancurkan tulangnya dan sebatang logam harus ditanamkan di lengannya selama enam bulan. Abu Muslim rajin melatih lengannya, dan setelah 45 hari dokter mengatakan bahwa logam tersebut sudah dapat diambil dari tangannya. Semua orang terkejut mendengar kabar tersebut.
Sebelum dilakukan sebuah operasi besar terhadap pasukan Kroasia, Abu Muslim mendapat mimpi, di mana ia melihat Rasulullah SAW dan mencium kakinya. Kemudian Rasulullah SAW berkata padanya, ”Janganlah kau cium kakiku.” Kemudian Abu Muslim mencium tangan Rasulullah SAW, hingga Rasulullah berkata padanya, ”Jangan kau cium tanganku.” Kemudian Rasulullah SAW bertanya padanya, ”Apa yang kamu inginkan hai Abu Muslim?” Abu Muslim menjawab,” Ya Rasulullah, berdoalah pada Allah untukku, agar dalam operasi besok saya mati syahid.”
Sebelum operasi tersebut dijalankan, Amir pasukan, yaitu Komandan Abul Haris memilih personil yang akan ambil bagian dalam operasi tersebut. Ia menolak Abu Muslim untuk ikut, karena masih terluka dan belum pulih.
Seorang mujahid yang hadir saat itu berkata,” Aku bersumpah pada Allah bahwa Abu Muslim mulai menangis seperti bayi dan berkata pada Amir, ‘Takutlah pada Allah! Abul Haris, saya akan menuntutmu di hari Kiamat jika engkau tidak mengikutkanku dalam operasi ini.”
Saat komandan Abul Haris menyuruhnya untuk tidak berteriak karena kuatir didengar musuh, Abu Muslim menjawab, ”Demi Allah, jika engkau tidak memilih saya dalam operasi ini Abul Haris, saya akan menangis keras hingga terdengar ke seluruh negeri. ” Lalu ia berkata, ”Ikutkan saya dalam operasi ini di mana saja, meskipun sebagai orang yang paling belakang, ikutkanlah saya dalam operasi ini.”
Akhirnya Abu Muslim diikutkan dalam operasi ini di posisi belakang. Namun jalannya pertempuran berubah, hingga barisan belakang menjadi barisan depan (berhadapan dengan musuh – penerjemah) dan barisan depan menjadi barisan belakang. Abu Muslim menjadi mujahid kedua yang syahid dalam operasi itu oleh sebuah peluru yang mengenai dadanya.
Tubuhnya baru dikembalikan oleh pasukan Kroasia setelah tiga bulan, bersama tubuh saudara senegaranya Daud al-Britany. Sebuah aroma wangi tercium dari tubuhnya yang tampak tidak berubah meskpun tiga bulan telah berlalu. Semua orang yang menyaksikannya mengatakan bahwa tubuhnya menjadi lebih tampan dan tampak lebih putih daripada ketika terakhir kalinya mereka melihat Abu Muslim.
Seorang mujahid bertutur bahwa dari semua jenazah para syuhada yang pernah diihatnya di Bosnia, tidak ada yang lebih tampan daripada jenazah Abu Muslim at-Turki.
„Barangsiapa yang menderita suatu luka dalam jihad fi sabiilah, kelak ia akan datang pada hari kiamat, baunya seperti bau harum minyak kesturi, dan warnanya seperti warna za ’faron, ada ada cap syuhada’ padanya. Barangsiapa yang meminta syahadah dengan tulus, maka Allah akan memberikan padanya pahala orang yang mati syahid meskipun ia meninggal di atas tempat tidurnya.“ (Hadits Riwayat Ibnu Hibban dan Al Hakim)
ABU SAHAR AL-HAILI
Abu Sahar Al-Haili dari from Hail, Jazirah Arab. Syahid oleh pasukan Kroasia di
Travnik, Bosnia Utara tahun 1993. Kisah dari orang pertama.
Seorang mujahid yang sangat berani dan sabar. Suatu hari ia melakukan perjalanan di Travnik, Bosnia utara, bersama sekelompok Mujahideen. Mereka dihentikan oleh pasukan Kroasia yang memblokir jalan. Abu Sahar mengajak para mujahidin untuk bertempur dan tidak menyerah. Namun para mujahidin yang lain mengusulkan agar mereka menyerah karena mungkin mereka akan dilepaskan di kemudian hari.
Saat hendak menahan mereka, pasukan Kroasia melihat senapan Kalashnikov milik Abu Sahar tidak dikunci dan siap ditembakkan. Mereka menembaknya lima kali saat ia berteriak “Laa ilaaha illallah, muhammadun rasuulullah!”. Kami memohon Allah agar menerimanya sebagai syuhada.
ABU SAIF ASH-SHAH RANI AT-TAIFI DAN ABU HAMAD
AL-OTAI BI
Abu Saif Ash-Shahrani dan Abu Hamad Al-Otaibi, keduanya berasal dari Arab Saudi.
Syahid dalam operasi untuk mempertahankan Byala-Bucha, sebuah desa muslim di dekat
Travnik, Bosnia Tengah, melawan tentara Serbia pada tahun 1993. Mereka berumur dua
puluh tahunan. Kisah dari orang pertama.
" Mereka saling mencintai di dunia ini, dan mereka saling mencintai di akhirat nanti."
Abu Saif adalah seorang tentara di Angkatan Darat Arab Saudi. Suatu hari ibunya melihat berita di televisi mengenai genocide (pembantaian) yang dilakukan terhadap muslim Bosnia. Saat melihat berita itu ia berkata pada anaknya, Abu Saif, “Anakku! Bangun dan pergilah! Lihat apa yang mereka lakukan, mereka memperkosa dan membunuh saudara-saudara kita. Bangun dan pergilah! Aku tidak mau melihatmu lagi!”
Abu Saif pergi ke Riyadh, dimana mereka bertemu dengan Abu Hamad Al-Otaibi. Keduanya berangkat bersama ke Bosnia. Setelah perjalanan yang panjang dan menyulitkan, akhirnya mereka tiba di sebuah kamp mujahidin pada hari Rabu. Saat itu mereka telah menjadi teman baik. Dan seluruh mujahidin mengetahui betapa dalamnya cinta di antara mereka. Mereka menyelesaikan training dan akhirnya sampai di garis depan di desa Biala¬Bucha pada hari rabu.
Abu Khalid Al-Qatari, seorang mujahidin dari Qatar menuturkan, pada malam pertama mereka garis depan, "Abu Hamad mendekatiku pada pukul satu tengah malam, lalu membangunkanku dan berkata, ’ Abu Khalid, bangunlah! Shalat di waktu ini lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya!’ Kemudian aku bangun dan pergi untuk mengambil wudhu. Saat aku kembali, aku tidak mencari Abu Hamad tapi aku tidak berhasil menemukannya. Kemudian aku memasuki sebuah ruangan kecil di sudut rumah dimana senjata-senjata disimpan dan saya melihat Abu Hamad berdoa sambil menangis, 'Allahumar - zuqni - Syahadah, Allahumar - zuqni - Syahadah, (Ya Allah, berilah aku rizqi berupa mati syahid).
Abu Hamad pergi ke Bosnia meskipun ia menderita penyakit yang serius, yang menyebabkannya kesakitan dan membuatnya terjaga di malam hari. Sebagian mujahidin bahkan mendengarnya menangis dan memukul-mukul tembok di tengah malam karena menahan rasa sakit. Namun Abu Hamad selalu menyempatkan membawakan air dari sumur bagi saudaranya para mujahidin, meskipun saat itu bukan gilirannya.
Suatu hari orang-orang Serbia melancarkan serangan pada desa itu, sehingga mujahidin keluar untuk menghadapi mereka. Abu Saif di berada di depan grup, sedangkan Abu Hamad ada di belakang. Sebuah mortir 120 mm tiba-tiba datang dan meledak di dekat Abu Hamad. Pecahannya menghancurkan mulut dan tenggorokannya. Abu Hamad jatuh ke tanah, ia mengangkat jari telunjuk kanannya tiga kali, hingga Allah mengangkat ruhnya dari tubuhnya. Seluruh mujahidin sepakat untuk tidak memberitahukan kematian Abu Hamad pada Abu Saif, karena hal ini pasti akan membuatnya sangat sedih dan terpukul.
Saat Abu Saif bertemu para mujahidin lainnya setelah ledakan tersebut, ia mencari-cari Abu Hamad. Para mujahidin mengatakan bahwa Abu Hamad telah kembali ke desa itu, namun ia menitipkan senapan mesin PK-nya untuk Abu Saif. Abu Saif sangat gembira dan mengambil senapan itu. Dalam jalannya operasi, Abu Saif berada di garis depan, ia menewaskan banyak tentara Serbia dengan senapan PK tersebut hingga tertembak di dadanya.
Para mujahidin menjelaskan bahwa setelah tertembak Abu Saif masih tetap berjalan sejauh kira-kira dua puluh meter, ia memegang senapan mesinnya sambil melihat ke langit, dan berkata pada para mujahidin di sekitarnya, "Lihat, lihatlah ke langit! Lihatlah apa yang saya lihat!” (Maksudnya ia dapat melihat surga sesaat sebelum syahid, sebagaimana terjadi terhadap banyak syuhada sepanjang sejarah Islam).
Para mujahidin menjawab, “Kami tidak dapat melihat apa-apa.” Para mujahidin terheran¬heran melihat hal itu, kemudian tiba-tiba tembakan kedua mengenai kepalanya, setengah otaknya jatuh ke tanah, kemudian Abu Saif bersujud dengan masih memegang senapan PK milik Abu Hamad, sambil mengatakan "ALLAHU AKBAR! ALLAHU AKBAR!" Salah satu mujahidin berusaha untuk mengambil senapan PK yang dipegangnya, namun Abu Saif memegang senapan itu dengan erat, tidak mau melepaskannya hingga nyawanya meninggalkan tubuhnya.
Abu Saif dan Abu Hamad dikuburkan bersama dalam liang lahat yang sama pada hari Rabu. Mereka seperti dua orang sahabat Nabi yang syahid dan dikuburkan bersama-sama hingga Rasulullah SAW bersabda, " Mereka saling mencintai di dunia ini, dan mereka saling mencintai di akhirat nanti."
„Sesungguhnya orang yang mati syahid akan memperoleh tujuh hal di sisi Allah: Diampuni dosa-dosanya pada saat pertama kali menetes darahnya, melihat tempat tinggalnya di surga, dikenakan padanya pakaian iman, diberi perlindungan dari siksa kubur, aman dari ketakutan besar pada hari kiamat, diletakkan di atas kepalanya mahkota keagungan, yang satu permata yaqut dari mahkota itu lebih baik daripada
dunia dan seisinya, serta dikawinkan dengan tujuh puluh dua orang istri dari bidadari, dan dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang karib kerabatnya.“ (Hadits Riwayat Ahmad dan Thabrani)
ABU THABIT AL-MUHAJIR
Abu Thabit Al Muhajir, dari Mesir. Komandan dan amir di garis depan. Syahid dalam
operasi Badar di Bosnia pada 10 September 1995. Berusia awal tiga puluhan. Kisah dari
orang pertama.
Abu Thabit adalah seorang tentara yang sangat berpengalaman di tentara Mesir. Ia menghabiskan enam tahun di Afghanistan, untuk bertempur dan melatih para mujahidin. Ia datang ke Bosnia di awal perang pada tahun 1992 dan dipercaya sebagai Amir di garis depan.
Mujahid ini begitu berani sehingga ketika bertempur, ia tidak pernah merunduk untuk menghindari peluru. Meskipun ia seorang komandan, ia mempunyai karakter yang membuatnya disukai sebagai seorang teman. Ia membuat setiap orang merasa menjadi sahabatnya, dan bila melihatnya, kita akan teringat pada para sahabat Nabi SAW.
Dalam beberapa menit pertama operasi Badr, ia tertembak dua kali namun tidak mengeluarkan suara apa pun. Ia tetap bertempur, hingga peluru yang ketiga menembus jantungnya. Tanpa ada ekspresi rasa sakit, ia menoleh para mujahidin di belakangnya, lalu tersenyum dan berkata, ”Saudaraku, saya terkena tembakan.” Kemudian ia menutup matanya dan berakhirlah kisah hidupnya.
“Orang yang mati syahid tiada merasakan sentuhan kem atian melainkan hanya seperti salah seorang di antara kalian merasakan dicubit.” (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa ’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
ABU UMAR AL-HARBI
Abu Umar Al-Harbi, berasal dari kota Madinah Al-Munawarrah, Saudi Arabia.
Komandan unit. Syahid dalam operasi Miracle di Bosnia pada 21 Juli 1995. Berumur
awal dua puluhan. Kisah dari orang pertama.
Abu Umar Al Harbi datang dari Madinah Al-Munawarrah ke tanah jihad Bosnia dan meninggalkan kehidupan yang mewah dan berlimpah di belakangnya. Begitu sampai di kamp yang berada di garis depan, ia tidak pernah lagi kembali ke kota. Selama dua tahun ia berada di kamp, ia tidak pernah ingin kembali ke kota di mana terdapat kehidupan dunia yang menarik dengan toko-toko dan restaurannya. Ia menghabiskan waktunya di kamp atau di bunker-bunker yang berada di pegunungan. Bahkan jika ia membutuhkan sesuatu dari kota ataupun dari markas besar, ia meminta bantuan para mujahidin untuk mengambilkan atau membelinya dari kota.
Al-Harbi selalu berusaha untuk membuat para mujahidin tertawa dan terhibur. Di manapun ia berada, ia selalu membawa suasana yang riang, sehingga ia dicintai dan sangat populer di mata semua mujahidin. Jika seseorang melihatnya, ia tampak seperti seorang yang sering bercanda, namun ia seperti singa di tengah pertempuran. Meskipun rasa humornya tinggi, kecintaannya terhadap sesama muslim sangat tinggi. Saat pembantaian kaum Muslimin di Srebrenica terjadi pada tahun 1995 (dimana sekitar delapan ribu kaum muslimin tewas dibantai oleh tentara Serbia dalam waktu satu minggu, padahal Srebrenica dijaga oleh pasukan UNPROFOR PBB), Abu Umar Al-Harbi tampak sangat sedih dan terpukul, melebihi mujahidin lainnya.
Dalam operasi Miracle, Harbi dipercaya menjadi komandan unit khusus yang terdiri atas
enam mujahidin. Tugas yang diberikan pada mereka adalah untuk merebut tiga buah bunker
Serbia yang terletak di medan yang paling berbahaya. Bunker yang pertama berada di tengah lapangan terbuka yang ditanami ranjau. Tidak ada pohon ataupun semak-semak yang dapat dipakai berlindung, dan hanya ada satu jalan akses keluar masuk yang langsung mengarah ke bunker tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan bunker lainnya yang biasanya tersembunyi oleh pohon-pohon ataupun gundukan tanah.
Rencana penyerangannya adalah sebagai berikut : Salah satu mujahidin akan membuka serangan terhadap bunker tersebut dari salah satu sisi dengan RPG (granat berpeluncur roket), kemudian mujahidin lainnya akan berlari maju melalui jalan akses yang ada. Saat mujahidin mengambil posisi dan menunggu saat-saat untuk menyerang, orang-orang Serbia di bunker itu mulai menembak, seakan-akan mereka tahu bahwa mujahidin akan menyerang. Para mujahidin di unit tersebut panik, dan saat mereka semua berpikir apa yang harus dilakukan, Al-Harbi segera berlari cepat mendekati bunker tersebut, melintasi lapangan terbuka di tengah-tengah tembakan yang mengarah pada para mujahidin. Para mujahidin lainnya ragu-ragu untuk mengikutinya dan berteriak padanya, “Apakah ada ranjau?’. Al-Harbi hanya menjawab,”ALLAHU-AKBAR!", sambil terus berlari.
Melihat pemimpin mereka berlari, akhirnya mujahidin lainnya ikut berlari menyerbu bunker tersebut. Al-Harbi akhirnya berhasil mendekati pintu masuk bunker Serbia dan hanya berjarak dua meter dari dua orang Serbia di dalamnya. Mereka menembaki Al-Harbi dan ia pun menembaki mereka. Saat ia berhasil menewaskan salah satu tentara Serbia, seorang tentara lainnya menembak Al-Harbi di keningnya dan ia pun gugur syahid.
Keesokan harinya, salah satu mujahidin melihat Al-Harbi dalam sebuah mimpi. Wajahnya tampak sangat putih dan bercahaya. Mujahid itu bertanya padanya :
"Apa yang terjadi padamu?"
Al-Harbi menjawab, "Pada malam sebelum penyerangan, kami semua berada di sebuah bunker di gunung. Saat itu saya tertidur dan kemudian saya berada dalam keadaan junub. Saat saya bangun, saya sadar bahwa tidak mungkin saya mandi wajib saat itu, jadi saya melakukan operasi tersebut dalam keadaan junub. "
Al-Harbi tahu bahwa dalam situasi ini, ia dapat melakukan tayammum, dan kemudian melakukan shalat, karena jihad lebih penting daripada turun gunung untuk mandi wajib. Bahkan ia adalah komandan (amir) kelompok itu, tidak mungkin ia menunda operasi itu hanya agar ia dapat melakukan mandi wajib.
"Saat saya mendekati bunker Serbia itu dan menembaki orang-orang di dalamnya, saya merasa ada sesuatu yang menempel pada kening saya, kemudian tiba-tiba saya merasa ada dua sosok yang
memegang ketiakku dan mengangkatku dengan cepat sekali naik ke langit, kemudian para malaikat memandikan saya.”
Kejadian ini serupa dengan kejadian yang terjadi pada sahabat Rasulullah SAW, Hanzhalah ra, yang syahid dalam pertempuran sebelum ia dapat melakukan mandi wajib satu hari setelah malam pengantin. Rasululllah SAW mengatakan bahwa para malaikatlah yang memandikan Hanzhalah.
ABU ZAID AL-QATARI
Abu Zaid al-Qatari, dari Qatar. Syahid dalam operasi Black Lion, Mei 1995, umur 17
tahun
Al-akh mujahid ini begitu muda, namun hatinya begitu bersih, hingga ia melihat Huur¬al’Iin, bidadari surga, bukan dalam mimpi, namun ketika ia menjalankan tugas jaga (ribath) di posisinya di tengah pegunungan. Setiap malam ketika ia memandangi langit, ia biasa melihat seorang wanita cantik yang mendatanginya. Namun ia tidak pernah memberitahukan hal ini kepada orang lain, kecuali pada seorang mujahid sahabatnya. Dari dialah kami mengetahui hal ini.
Abu Zaid Al-Qatari syahid dalam operasi Singa Hitam setelah ia berhasil membunuh empat tentara Serbia. Banyak kejadian yang dialami kaum Salaf (pendahulu) kita, dan bahkan pada masa hidup Rasulullah SAW, dimana bidadari surga turun dan menunjukkan dirinya pada kaum muslimin, sebagai kabar gembira agar mereka tetap bersabar di jalanNya.
ABU ZUBAIR AL-MADANI
Abu Zubair Al-Madani, dari Madinah Al-Munawarrah. Syahid dalam operasi militer
untuk mempertahankan bandara Sarajevo, Oktober 1992. Umur 24 tahun. Kisah dari
orang pertama dan kedua.
Lahir dan dibesarkan di Madinah, ia beranjak dewasa dalam kecintaan pada Islam. Bertahun-tahun ia habiskan untuk belajar dan menyebarkan dinullah ini. Ia berangkat ke Afghanistan untuk bergabung dengan saudara seiman yang berperang di jalan Allah. Ia beserta para mujahidin ketika mereka merebut Jaaji, Jalalabad dan Kabul.
Setelah Kabul berhasil dikuasai, ia kembali ke Madinah dan tiinggal selama beberapa bulan. Ia dikaruniai suara yang indah, dan ia memanfaatkannya untuk membuat album kaset audio mengenai para syuhada Afghanistan. Album itu dinamai 'Qawaafilusy-Syuhadaa' (Kafilah para syuhada). Ia selalu berbicara dan berpikir tentang satu hal, yaitu syahadah atau mati syahid.
Suatu kali ia ditanya, "Mengapa engkau memburu syahid, bukankah engkau belum berbuat banyak untuk Islam?" Ia menjawab, "Lihatlah apa yang telah diberikan oleh saudara-saudara yang syahid sebelumnya. Nyawa kita adalah yang paling berharga yang bisa kita berikan."
Pada musim panas 1992 ia mendengar mengenai kekejaman yang dialami saudara seiman di Balkan dan pergi ke sana bersama temannya dari kota yang sama, Abul-Abbas Al-Madani. Selama dua bulan mereka bertempur untuk mempertahankan bandara Sarajevo, dalam pertempuran yang sengit dan membuat banyak orang melarikan diri dari medan pertempuran, kecuali Abu Zubair dan Abul-Abbas. Mereka tetap tinggal dan bertempur melawan tentara Mesir yang berada dalam Pasukan PBB hingga mereka gugur syahid.
Kami memohon pada Allah SWT untuk menerima mereka sebagai syuhada, dan memasukkan mereka ke surga bersama para Nabi, syuhada, muttaqin dan shiddiqiin.
ABUL-HARITH AL-BAHRAINI
Abul-Harith Al-Bahraini, dari Bahrain. Syahid dalam operasi penyerangan terhadap
pasukan Serbia yang mengepung Sarajevo, Bosnia, di dekat kota Visoko pada 29
Desember 1992. Berumur 23 tahun. Kisah dari orang pertama.
Betapa banyak orang yang mencari popularitas dan kekayaan hari ini? Inilah kisah orang yang telah meninggalkan keduanya untuk mengejar keridhaan Allah. Abul-Haarith adalah seorang pemain sepakbola terkenal di Bahrain. Begitu banyak remaja saat ini yang ingin menjadi orang sepertinya. Namun, ia meninggalkan karier sepakbolanya dan pergi ke Afghanistan untuk ambil bagian dalam jihad, demi mencari syahid fi sabilillah.
Ia kemudian pergi Bosnia untuk membantu Jihad di sana. Ia tumpahkan seluruh hati dan jiwanya untuk menyembah Allah. Abul Haarith menjadi teladan dengan akhlak dan keberaniannya. Ia selalu tampak membaca Al-Qur'an, membantu saudara-saudaranya sesama mujahidin atau menjaga garis depan (ribath).
Ia dikenal dengan senyum yang tidak pernah hilang dari wajahnya, juga karena kesabarannya. Ia tidak pernah marah pada sesama mujahidin. Ia melaksanakan sabda Rasulullah SAW, "Senyum pada saudaramu adalah shadaqah” Ia sering tertawa dan membuat para mujahidin tertawa dan merasa terhibur. Abul-Haarith disukai oleh mujahid Arab maupun Bosnia. Ia sering bercanda dengan sesama mujahidin dengan menirukan lagu "yaa habiibi" kepada para mujahidin. Ia selalu tampak riang dan gembira di siang hari bersama saudara-saudaranya dalam jihad. Namun ketika malam tiba para mujahidin mendengarnya menangis dalam shalatnya. Ia biasa menggunakan celak di matanya.
Beberapa hari sebelum operasi dijalankan, Abul-Haarith tampak lebih memperbaiki
penampilannya dan mengenakan pakaiannya yang terbaik, seakan-akan ia bersiap bertemu
dengan bidadari-bidadari penghuni surga. Sebelum operasi Visoko yang kedua melawan
Serbia dimulai, ia memakai celak di matanya dan mengajak para mujahidin melakukan hal yang sama.
Saat pertempuran telah mencapai puncaknya dan para syuhada berguguran, Abul-Haarith menemukan Abu Maryam Al-Afghani terbaring di tanah, nyawanya telah melayang. Abul-Haarith mencium kening mujahidin tersebut dan berkata, "Ya Allah! Kumpulkanlah kami bersamanya ".
Kemudian ia bergerak menuju musuh dan saat ia merayap di tanah, Allah mengabulkan doanya. Sebuah peluru sniper musuh mengenainya hingga ruhnya melayang, menemui Tuhannya.
Para mujahidin tidak dapat menguburkannya karena pertempuran yang hebat dan tebalnya salju, sehingga mereka memasukkan jenazahnya ke dalam lubang yang ada pada batang pohon.
„Dua waktu yang mana pintu-pintu langit akan dibuka pada kedua waktu tersebut, dan jarang orang yang berdoa tertolak permohonannya, yakni ketika datangnya seruan shalat dan saat berada di barisan perang di jalan Allah.“ Dan dalam lafazh yang lain disebutkan, “Dua hal yang tidak akan tertolak, yakni : Doa ketika datang seruan shalat, dan doa ketika tengah berlangsung peperangan tatkala sebagian membunuh sebagian yang lain.“ (Hadits Riwayat Abu Daud dan Ibnu Hibban)
ABUL-MUNDZIR AL-YEMENI
Abul-Mundzir dari Yaman. Syahid dalam operasi Miracle, Bosnia, pada tanggal 21 Juli
1995. Kisah dari orang pertama.
"... dan pada menit berikutnya saya mendapati diri saya sedang mengendap-endap di surga."
Abul-Mundzir menjadi anggota salah satu tim penyerbu dan ia syahid akibat sebuah tembakan yang mengenai kepalanya. Sehari setelah ia syahid, seorang mujahid bermimpi melihatnya dan bertanya pada Abul-Mundzir, “Apa yang terjadi denganmu?"
Abul-Mundzir menjawab, "Kami sedang berada di tengah hutan dan waktu itu kami sedang ditembaki. Kami mengendap-endap untuk menghindar. Kemudian saya mengangkat kepala untuk melihat dari mana tembakan itu berasal dan dimana bunker tersebut. Saya melihat ke sekelilingku dan pada menit berikutnya saya mendapati diri saya sedang mengendap-endap di surga.”
AL-BATTAR AL-YAMAN I
Al-Battaar, dari Yaman. Spesialis tank. Syahid dalam operasi Miracle pada 21 July 1995.
Berumur pertengahan dua puluh. Kisah dari orang pertama.
Al-Battaar adalah seorang tentara di angkatan darat komunis Yaman. Karena menyukai tank, ia pernah dikirim ke Kuba untuk mempelajari tank ke Kuba. Di sana ia mempelajari tank, luar dan dalam, hingga mengetahui segala hal tentang tank. Saat ia kembali ke Yaman, ia menjadi seorang muslim yang baik. Bukannya kembali ke angkatan darat komunis, ia malah pergi ke Afghanistan dan bertempur selama beberapa lama di sana hingga ia kembali ke Yaman.
Saat ia mendengar mengenai jihad di Bosnia, ia segera pergi begitu mendapat kesempatan. Selama di Bosnia ia memberikan training kepada para mujahidin untuk membagi semua pengetahuannya tentang tank. Ia juga yang mengajarkan para mujahidin bagaimana menyusup di bawah tank yang sedang berjalan, untuk membangun kepecayaan diri para mujahidin bertempur melawan tank-tank Serbia.
Keinginannya yang terbesar adalah menangkap sebuah tank musuh sebagai rampasan perang (ghanimah) dan menggunakannya untuk melawan musuh. Ia ingin menjadi orang pertama yang berhasil merebut tank untuk mujahidin. Dalam operasi Miracle para mujahidin berhasil menangkap sebuah tank dan mereka memanggil al-Battar lewat radio. Saat itu ia sedang menderita luka, namun ia segera menuju garis depan di puncak sebuah gunung dalam keadaan tangannya masih terbalut. Ia masuk ke dalam tank yang tertangkap tersebut dan melarikannya di tengah kejaran tentara Serbia, yang berusaha menghancurkan tank itu agar tidak digunakan oleh para mujahidin.
Battaar berhasil meloloskan diri dan membawa tank itu ke wilayah aman yang dikuasai mujahidin. Setelah memarkir tank tersebut, tanpa beristirahat Al-Battar kembali ke garis depan. Saat mencoba mengevakuasi seorang mujahid yang terluka dari bunker musuh, sebuah mortir meledak di dekatnya dan Allah mengambilnya sebagai seorang syahid.
Salah satu mujahidin yang bersama al-Battar melarikan tank yang tertangkap tersebut menceritakan bahwa ketika mereka berhasil mencapai wilayah mujahidin di kaki gunung, mereka menyadari bahwa mereka berhasil melakukan hal yang hampir mustahil : mereka berhasil merebut sebuah tank Serbia tanpa kehilangan nyawa mereka. Karena itu mujahid tersebut berkata, "Yaa Battaar! Kita tidak layak menjadi syahid, rupanya kita tidak cukup baik untuk mati syahid.”
Karena mujahid ini juga terluka, maka ia memutuskan untuk kembali ke garis belakang untuk mendapatkan perawatan, karena ia mengira bahwa jalannya pertempuran telah selesai. Namun Battaar menjawab,
"Tidak, saya akan kembali ke depan."
dan kemudian ia kembali ke puncak gunung, dimana pertempuran terjadi. Empat jam kemudian, saat Battar dan para mujahidin lainnya memasuki bunker musuh untuk menolong salah satu mujahid yang terluka, sebuah mortir mendarat masuk di dalam bunker itu dan meledak, hingga Battaar syahid di sana.
DAWOOD AL-BRITTANY
Dawood, dari Inggris. Syahid dalam pertempuran melawan pasukan Kroasia di Bosnia
pada tahun 1993, berusia 29 tahun. Kisah dari orang pertama.
Dilahirkan dan dibesarkan sebagai seorang Kristen di Inggris, ia mendapatkan pekerjaannya di sebuah perusahaan komputer. Suatu hari ia datang ke tempat kerja menggunakan pakaian muslim. Saat ditanya teman-teman kerjanya, ia mengatakan bahwa kini ia telah menjadi seorang muslim. Seminggu kemudian ia dipecat dari tempat kerjanya dan kemudian berangkat ke Bosnia bersama dua orang lainnya.
Empat bulan kemudian, kedua temannya akan kembali ke Inggris untuk beberapa bulan dan mereka mengajaknya kembali ke Inggris. Ia menolaknya dan menjawab,” Apa yang bisa aku lakukan di negeri orang-orang kafir?” Dawood seorang yang tenang namun jenaka. Ia suka melakukan tugas jaga, di tengah-tengah salju dan udara dingin pegunungan.
Seorang yang sangat cepat belajar Islam dan bahasa Arab, ia juga mencintai sunnah Rasulullah SAW. Ia biasa berbaring di sisi kanan untuk tidur, mencontoh kebiasaan Rasulullah SAW saat tidur. Ia juga biasa shalat malam dan shaum di siang harinya.
Komandan Abul-Harith bertutur tentangnya, “Kami semua tahu bahwa Dawood akan syahid, karena iman dan takwanya yang meningkat semakin tinggi.”
Pada malam sebelum dilaksanakannya operasi, Dawood mendapat mimpi, dimana ia melihat dirinya berlari di sebuah tempat yang dikelilingi beberapa istana yang besar. Ia bertanya, “Kepunyaan siapa istana-istana ini?” Kemudian dikatakan padanya, “Inilah istana para Syuhada. ” Kemudian ia bertanya, “Dimanakah istana Abu Ibrahim?” Abu Ibrahim adalah seorang mujahid Inggris keturunan Turki yang syahid ditembak oleh tentara Perancis dalam Pasukan PBB dekat bandara Sarajevo. Kemudian sebuah suara berkata, “Istana Abu Ibrahim ada di sebelah sana.” Kemudian Dawood berlari ke arah istana temannya, Abu Ibrahim, namun tiba-tiba ia terjatuh dan terbangun dari mimpinya.
Pagi harinya mujahidin melakukan operasi besar-besaran melawan pasukan Kroasia. Dalam operasi itu, saat sedang berlari, Dawood terkena sebuah peluru di dadanya. Ia gugur syahid, tubuhnya berguling ke arah bunker Kroasia di kaki bukit.
Setelah tiga bulan, tubuhnya dikembalikan kepada pada Mujahidin. Seakan-akan ia baru saja mati, darahnya masih mengalir dan memancarkan aroma wangi misk. Tubuhnya berbaring pada sisi kanan, sebagaimana kebiasaannya saat tidur.
JAMALUDDIN AL-YEMENI
Jamaluddin, dari Yaman. Syahid dalam sebuah pertempuran melawan tentara Kroasia di
Bosnia pada tahun 1993, pada umur 19 tahun. Cerita dari pihak pertama.
Seorang anak muda yang pemberani, Jamaluddin merindukan surga dan bidadari penghuninya sebagai istrinya sejak Jihad di Afghanistan. Ia datang ke Bosnia pada awal terjadinya perang di tahun 1992, dan sangat aktif melayani kebutuhan sehari-hari sesama mujahidin.
Dalam sebuah operasi melawan tentara Kroasia, senapan Kalashnikov milik Jamaluddin mendadak macet. Dengan menggunakan pistolnya ia kemudian menewaskan dua tentara musuh. Dalam operasi yang dimenangkan kaum muslimin itu, sebuah mortir musuh mendarat dan meledak di dekatnya, hingga Jamaluddin syahid dengan separuh tubuhnya hancur.
Setelah operasi tersebut selesai, mujahidin mengumpulkan jenazah personil yang syahid dalam operasi. Mereka menemukan semua jenazah mujahidin, kecuali jenazah Jamaluddin. Tiga hari pencarian telah belalu dan kecemasan melanda seluruh kamp mujahidin, karena kekhawatiran bahwa para tentara Kroasia mungkin mendapatkan jenazah Jamaluddin dan memotong-motongnya.
Hal ini berlangsung selama tiga hari, hingga pada saat menjelang shalat Fajar (shubuh), Amir Mujahidin saat itu, Wahiuddin al-Misri, bermimpi berbicara dengan Jamaluddin. Ia bertanya,
"Jamaluddin! Jamaluddin! Dimanakah tubuhmu, kami telah mencarinya selama tiga hari.”
Jamaluddin menjawab, “ALLAH telah mengurus tubuhku.”
Wahiuddin kemudian bertanya, “Ke mana saja engkau Jamaluddin?”
Jamaluddin menjawab, “Saya telah berbicara dengan ALLAH (SWT)”
“Apa yang Dia katakan padamu?, Wahiuddin bertanya.
Jamaluddin menjawab, “ALLAH (SWT) bertanya padaku, 'Mengapa engkau datang ke Bosnia, Jamaluddin?' dan aku menjawab’Ya ALLAH, aku datang ke sini agar engkau ridha', lalu kemudian ALLAH (SWT) berkata padaku, 'Hari ini Aku ampuni semua dosamu dan engkau boleh tinggal di surga di bagian manapun yang kau sukai. "
Mujahid lainnya, Abu Utsman Al-Kuwaiti berkata tentang Jamaluddin:
Saudara kami Jamaluddin (semoga Allah mengampuninya) pergi ke Afghanistan mencari syahid, namun Allah menakdirkannya menjadi salah seorang syuhada negeri Bosnia. Ia selalu berlaku baik, seorang yang sabar dan selalu taat pada komandan kelompoknya. Ia menjalankan tugasnya dengan rela, baik itu berupa tugas menjaga ataupun mencarikan air untuk para mujahidin.
Beberapa jam sebelum kematiannya ia berkata pada saya, “Abu Utsman, mudah-mudahan kita bisa bertemu kembali di surga. Saya berharap Allah memilih saya menjadi syahid.” Kami pergi menuju medan pertempuran sambil bercanda dan tertawa-tawa. Sebelum pertempuran dimulai, Jamaluddin melakukan shalat dua rakaat dan berdoa pada Allah. Kemudian dia berkata pada saya, ”Jika kita berpisah di dunia ini, kita akan bertemu kembali di akhirat nanti, Insya-Allah ”.
Saya berharap berada dalam grup yang sama dengan Jamaluddin, namun ternyata tidak. Berita kesyahidannya kemudian sampai pada saya dan saya sedih mendengarnya, terlebih karena saya tidak termasuk mereka yang dipilih Allah menjadi syahid.
Saya melihatnya dalam sebuah mimpi, dimana saya melihatnya terbang dengan dua sayap di surga sambil memetik buah-buahan surga. Abu Talib (mujahid lainnya) juga ada dalam mimpi saya dan saya berseru padanya,”Oh saudaraku, lihatlah Jamaluddin. Mari kita meminta pada Allah agar kita dapat bergabung dengannya, karena ia telah mendapatkan apa yang ia idamkan selama ini”.
Rasulullah bersabda : „ Tatkala saudara-saudara kalian tertimpa ajal, Allah menjadikan ruh-ruh mereka dalam jasad burung hijau, mereka mendatangi sungai¬sungai surga, memakan buah-buahannya dan tinggal di lampu-lampu emas yang tergantung di bawah naungan ‚Arsy. Ketika mereka mendapati makanan, minuman dan tempat istirahat yang sangat nyaman, berujarlah mereka: ‚Siapakah yang akan menyampaikan kepada saudara-saudara kita tentang keadaan kita, bahwa kita ini hidup di dalam surga diberi rizki, agar mereka tidak memben ci jihad ataupun merasa lesu dan enggan berperang?’
Maka berkatalah Allah Ta ’ala : ’Aku yang akan menyampaikan kepada mereka tentang keadaan kalian. ’ Kemudian Allah `Azza wa Jalla menurunkan ayat :
„Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki.“ (Ali Imran: 169)
(Hadits Riwayat Abu Daud dan Al-Hakim)
MUHAMMAD BADAWI
Muhammad Badawi, dari Mesir. Syahid dalam operasi Black Lion di Bosnia, pada tahun
1995.
Ia adalah saudara yang kami cintai, ia biasa bekerja keras. Suatu kali ia pernah menyalami dan mencium saya dengan cara yang subhanallah, membuat saya merasa bahagia. Sebelum dilakukannya operasi, tampaknya ia tahu bahwa ia akan mati syahid, ia membagi-bagikan uangnya pada para mujahidin, begitu juga dengan barang-barangnya. Pada hari pelaksanaan operasi, sebuah peluru mengenai dadanya saat pertempuran terjadi. Ia terjatuh dan berkata pada mujahidin di sebelahnya,
"Andai saja terkena di sini ”,
sambil menunjuk keningnya. Beberapa detik kemudian sebuah peluru mengenainya tepat di tempat yang ditunjuknya. Hal ini sebagaimana terjadi dalam sebuah hadits Rasulullah SAW,
Sseorang Baduwi datang kepada Rasulullah SAW dan mereka memberikannya bagian dari Ghanimah (harta rampasan perang). Maka ia mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, ”Apa ini? Aku datang bukan untuk mendapatkan ini, tapi aku datang agar aku terkena di sini, (sambil menunjuk lehernya) oleh sebuah panah.” Dan keesokan harinya, orang itu tewas dengan sebuah panah di tempat yang ditunjuknya.
SALMAN AL-FARSI
Salman Al-Farsi, dari Tunisia. Syahid dalam operasi Miracle di utara Bosnia pada
tanggal 21 Juli 1995. Kisah dari orang pertama.
"Tidak salah lagi, ini adalah aroma wangi yang tidak dapat disamai parfum apapun di dunia
ini..."
Salman Al-Farsi suka berlatih. Ia suka berlatih di jalan Allah, agar ia menjadi mujahid yang kuat dan mengakibatkan kerusakan sebesar mungkin pada musuh-musuh Allah. Ia selalu mendorong dirinya berlatih dengan niat untuk menghancurkan musuh-musuh Allah.
Salman seorang yang bertubuh besar. Ia tampak menarik perhatian dengan sebuah pedang besar, sepanjang lengan, yang diikatkan pada bahunya. Ia biasa mengenakan kain hitam sebagai ikat kepalanya.
Bila ia berbicara, ia hanya berbicara tentang syahadah (mati syahid) dan jannah (surga). Kedua hal ini yang selalu dibicarakannya, tidak ada yang menarik perhatiannya selain mati syahid dan surga.
Seorang mujahidin bercerita,
"...Dalam operasi kedua saya mengenali rompi yang dipakainya, karena hanya dia yang mengenakan rompi yang dlengkapi pedang. Ia telah syahid, namun para mujahidin tidak berhasil menemukan tubuhnya dan hanya menemukan rompi yang dipakainya. Saya bersama empat mujahidin lainnya mengambil rompi itu dan mencium sebuah aroma yang wangi. Aroma itu berasal dari darahnya. Kami berlima saling melihat satu sama lain karena terkejut dengan aroma wangi itu.
Sebelumnya kami mendengar cerita-cerita tentang aroma wangi itu, begitu pula keajaiban-keajaban lainnya yang terjadi, dan kami tidak pernah meragukannya, namun kami tidak pernah menyangka akan menemui hal ini. Kami mencium wangi itu, begitu pula dua orang tentara Bosnia yang bersama kami.
Tidak salah lagi, ini adalah aroma wangi yang tidak dapat disamai parfum apapun di dunia ini.. Aroma wangi itu begitu indah dan membuat kami merasa tenang dan nyaman. Insya Allah, ini adalah tanda bahwa Salman telah syahid, juga tanda bagi para mujahidin yang mencium aroma ini, bahwa jalan ini (jihad –penerjemah) adalah jalan yang benar dan agar tetap bersabar di jalan ini.”
SAYYAD AL-FILISTINI
Sayyad al Filistini, syahid pada 12 Desember 1995 dalam usia 18 tahun, dua hari sebelum
ulang tahunnya yang ke-19.
Sayyad berasal dari sebuah keluarga asal Palestinia yang bermukim di Inggris. Ia lahir di London selatan. Saat ia kecil, keluarganya beremigrasi ke Saudi Arabia. Di sanalah ia menghabiskan masa kecilnya. Ketika menginjak remaja ia kembali ke Inggris. Sayyad seorang remaja yang ceria, ia sering bercanda dan tertawa. Saat berumur enam belas tahun, untuk pertama kalinya ia mendengar mengenai konflik Bosnia dari sebuah khutbah yang diberikan seorang pemuda yang pernah terlibat jihad di Bosnia. Saat itu telah timbul keinginannya untuk berangkat ke Bosnia.
Kemudian ia memasuki perguruan tinggi. Di sana ia terpilih menjadi amir organisasi mahasiswa islam. Dengan semakin banyak pengetahuan Islamnya, keinginannya untuk berjihad di Bosnia hidup kembali. Ia mulai bekerja dan memberikan penghasilannya pada ibunya untuk menopang keluarganya. Sisa penghasilannya dikumpulkan untuk persiapan berjihad. Masya Allah, lihatlah kesabarannya. Ia menolak sumbangan orang lain, karena ingin berangkat jihad dengan hasil keringatnya sendiri.
Akhirnya Sayyad memberitahukan keinginannya untuk berjihad ke Bosnia, dan ibunya benar-benar mendukung, ia ingin anaknya berangkat.
Setelah persiapan berbulan-bulan, ia telah benar-benar siap. Dua orang sahabat muslimnya mengantar Sayyad ke stasiun Victoria Coach. Mereka melihat Sayyad tampak sedih, tidak seperti biasanya, dan berupaya menggali penyebabnya. Akhirnya Sayyad mengutarakan bahwa ia merasa sedih berpisah dengan ibunya.
Akhirnya ia tiba di Bosnia, dan memasuki kamp pelatihan. Ia disukai baik oleh para mujahidin asing dan bosnia, karena keramahan dan keceriaannya. Ia dapat berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris, dan cepat akrab dengan mujahidin bangsa Bosnia.
Setelah pelatihannya selesai, ia pergi ke base camp. Sayyad melakukan tugas jaga di pegunungan, juga ikut dalam beberapa operasi. Ia selalu berbicara tentang syahadah... ia berbicara begitu sering tentang syahadah. Saat rencana penyerangan didiskusikan, wajahnya tampak bercahaya, ia selalu memberikan saran dan menyebut-nyebut syahadah.
Akhirnya musim panas 1995 berlalu, beberapa temannya dari Inggris pulang ke negaranya, namun Sayyad tetap berada di Bosnia dan datanglah musim dingin. Di tengah dinginnya musim salju Bosnia, sifat-sifat Sayyad mulai berubah. Ia mulai rajin shalat malam dan selalu membaca al-Qur’an. Suatu hari ketika ia duduk bersama teman-teman yang sedang bercanda dan tertawa, air matanya mengalir dan dengan marah ia menegur mereka. Saat ini orang-orang kafirlah bisa tertawa-tawa, karena mereka yang berkuasa, sedangkan kaum muslimin saat ini tidak berkuasa, namun mereka juga tertawa-tawa, begitu ujarnya. Sayyad juga mulai membaca buku mengenai sunnah Rasulullah SAW, dan segera mempraktekkan apa yang dipelajarinya begitu ada kesempatan.
Suatu hari pada bulan Desember, ia menelpon ibunya dan memintanya mengirimkan uang, karena Sayyad berniat untuk pulang selama beberapa waktu. Namun pada hari minggu 10 Desember 1995, Sayyad menelpon kembali dan mengatakan agar ibunya tidak mengirimkan uang padanya, karena ia membatalkan niatnya. Pada hari selasa siang, tanggal 12 Desember 1995 itu, saat ia berada di dalam basecamp, sebuah mobil van yang berisi bahan peledak meledak, dan Sayyad berada di sebelahnya. Tubuhnya terlontar ke udara dan ia syahid seketika. Selain Sayyad terdapat beberapa orang lainnya di sebelah van tersebut, namun ajaibnya mereka tidak terluka sedikitpun, meskipun timbul kerusakan material pada daerah yang luas.
Rupanya Allah telah memilih Sayyad sebagai syahid.
Subhanallah... pada malam sebelum syahidnya Sayyad, ibunya, Ummu Sayyad bermimpi melihat sebuah rumah yang indah di langit. Sebuah suara berkata padanya, ’Inilah rumahmu, engkau mulai membangunnya sejak 20 tahun lalu, dan hari ini rumah ini telah selesai.’
Apa arti mimpi ini? Sayyad telah syahid dua hari sebelum ulang tahun ke-19 nya. Jika engkau menambahkan sembilan bulan saat ia berada dalam rahim, dan engkau mengeceknya berdasarkan tahun hijriah... maka tepat 20 tahun hijriah hingga syahidnya Sayyad Al Filistini.
Dan dua minggu kemudian, Ummu Sayyad mendapat sebuah mimpi, dimana seekor burung kecil dengan sayap bercorak loreng terbang mengelilinginya. Burung itu kemudian hinggap pada Ummu Sayyad dan mencium pipinya. Subhanallah...
SURAT DARI IBU SEORANG SYAHID, UMM SAYYAD KEPADA KAUM
MUSLIMIN
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, kami memujiNya, kami meminta pertolonganNya, kami memohon ampunanNya, dan kami memohon perlindunganNya dari keburukan diri kami dan kejelekan amal-amal kami. Barangsiapa diberi petunjuk Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah, tidak ada yang dapat memberikannya petunjuk.
Amma ba’du:
Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:
Allah mewakilkan seorang Malaikat untuk menjaga rahim. Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Ini nuthfah, Wahai Rabbku! Ini ‘alaqah (segumpal darah), wahai Rabbku! Ini mudghah (segumpal daging).” Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam perut ibunya. (HR. Bukhari)
Allah berkata dalam Al-Qur’an:
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [Quran 3:145]
Begitu kita lahir, saat itulah perjalanan kita menuju kubur dimulai. Kita mengucapkan keimanan kita pada Islam, kemudian amal-amal kitalah yang membuktikannya. Kita berjuang di dunia ini untuk dapat memasuki Surga, semoga Allah membalas kita dengannya, Ia telah menjanjikannya bagi mereka yang berperang di jalanNya dan mereka yang bersabar.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar?. [Quran 3:142]
Karena kita pasti akan bertemu kematian, bagaimanapun caranya, lalu mengapa harus melalui perang di jalan Allah?
Lihatlah Surat Al-Baqarah (2), Ayat 153-157 dan Surat Ali Imran(3), ayat 169-175.
Kita ingin kematian datang pada kita ketika kita sudah mempunyai amal baik dalam catatan kita, untuk menyelamatkan kita dari Neraka dan Siksa Kubur. Kita berpikir bahwa kematian akan datang pada saat kita siap dan kita masih mempunyai waktu – betapa jauhnya kita dari kebenaran? Kita tidak pernah berpikir bahwa kematian adalah rahmat Allah pada orang¬orang beriman yang rindu untuk bertemu denganNya. Kita tidak pernah berpikir bahwa sebagian orang meninggalkan dunia – dalam arti kata yang sebenarnya- meninggalkan dunia, berpisah dari dunia untuk memulai perjalanan abadi mereka dengan segala keindahan dan kebahagiaan mereka, yang kita idam-idamkan dengan segala usaha kita.
ALLAH SWT telah menyebut mereka dalam ayat-ayat tadi, Surat Al-Baqarah (2), Ayat 153- 157 dan Surat Ali Imran(3), ayat 169-175.
Abdullah bin Mas ’ud (ra) mengatakan dari Rasulullah SAW, bahwa ruh para syuhada hidup dalam tubuh burung-burung hijau yang makanannya adalah buah-buahan surga.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda, Rasulullah bersabda: "Orang yang mati syahid itu dapat memberikan syafaat kepada 70 orang di kalangan keluarganya." (Abu Dawud)
Anas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata, “Tidak ada seorang pun yang yang masuk surga yang ingin kembali ke dunia meskipun ia mempunyai semua yang ada di bumi, kecuali seorang mujahid yang ingin kembali ke dunia agar ia mati syahid sepuluh kali karena kemuliaan yang ia dapatkan (dari Allah).“
Masruq mengatakan bahwa ia bertanya kepada Abdullah bin Mas'ud r.a. tentang ayat tersebut kepada Rasulullah saw. lalu ia menjawab, 'Ruh-ruh mereka berada di dalam perut burung hijau yang mempunyai sangkar tergantung di 'Arasy. Ia dapat terbang kesana kemari di surga sesukanya, kemudian kembali lagi ke sangkar, lalu Tuhan mereka menengok dan berkata, 'Kalian menginginkan sesuatu?' Mereka menjawab, 'Apalagi yang kami inginkan, sedangkan kami dapat terbang kesana kemari di surga sesuka kami?' Allah swt. mengulangi pertanyaan itu 3 kali. Ketika mereka sadar bahwa mereka harus meminta, maka mereka berkata kepada Allah, 'Wahai Tuhan kami, kami ingin Engkau mengembalikan ruh ke jasad kami, hingga kami dapat terbunuh lagi dijalan-Mu.' Karena tidak ada lagi yang mereka butuhkan, maka mereka dibiarkan". (H.R. Muslim)
Ini semua adalah bukti dari Qur’an kita yang mulia dan perkataan Rasulullah SAW, inilah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan selain Jihad.
Dengan sederhana kukatakan – anak-anak kita adalah intan permata kita yang telah diberikan Allah bagi kita. Mereka adalah nikmat yang tak ternilai bagi orang tuanya, dan kita adalah bank dimana Allah menyimpan intan permata – mereka adalah milik Allah dan Ia mempunyai hak untuk mengambilnya kapanpun Ia menginginkanannya. Renungkanlah itu saat kita membaca kata-kataNya dan yakini dengan hati dan jiwamu :
Inna lillahi wa inna ilahi raajiun, kami adalah milik Allah, dan kepadaNya kami akan kembali.
Teriring cinta bagi kaum muslimin dan orang-orang yang beriman pada Allah,
Ummu Syahid Sayyad Al-F alastini
WAHIUDDIN AL-MISRI
Wahiuddin al-Misri, dari Mesir. Syahid pada tahun 1993, di Bosnia pada umur 21 tahun.
Wahiuddin al-Misri adalah veteran jihad Afghan dan ia datang ke Bosnia pada musim panas 1992. Ia adalah Amir (komandan) para mujahidin Bosnia yang kedua. Seorang pejuang yang profesional dan berwawasan militer yang luas, namun sangat saleh dan tawadhu, meskipun ia seorang Amir. Suatu hari ia ditangkap oleh pasukan Kroasia saat di Srebnica dan dilepaskan dalam sebuah pertukaran tawanan. Setelah dibebaskan, saat penengah PBB hendak menyalaminya, ia menolak sambil mengatakan,
"Saya tidak berjabat tangan dengan orang kafir. "
Ia seorang yang sangat berani. Ia berada dalam mobil yang sama dengan Abu Harith al- Qatari saat mereka diserang oleh pasukan Kroasia, kemudian para mujahidin bertempur hingga syahid. Semoga Allah menerimanya sebagai syuhada. Amin.
PENUTUP
"Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan" (Al-Baqarah : 141)
Itulah mereka, para syahid yang dipilih Allah. Mereka telah menepati janji mereka pada Allah, lalu Allah pun memenuhi janjiNya pada mereka dengan syahadah dan jannah.
Akan halnya kita, dimanakah kita?
Hari demi hari berlalu dan ajal semakin mendekat, sementara belum pernah kaki ini berdebu dalam jihad di jalan Allah, belum pernah mata ini berjaga dalam ribath di jalan Allah, belum pernah tubuh ini berdarah-darah di jalan Allah. Ya Allah, kapankah orang yang lemah seperti kami merasakan kemuliaan jihad?
“Dzarwatus-sanam (puncak tertinggi) Islam adalah jihad, tidak akan mencapainya kecuali orang yang paling utama di antara mereka.” (Hadits Riwayat Thabrani)
Jihad dan syahadah sangat mahal harganya, demi Allah begitu mahal! Meskipun demikian, saya memohon kepada Allah untuk memberikannya pada saya, meskipun saya tidak layak untuk itu.
Pembaca yang budiman, dengan segala kerendahan hati penyusun meminta keikhlasan pembaca sekalian untuk mendoakan penyusun :
1. Agar Allah memberikan petunjuk dan menjadikan saya seorang muslim yang lebih baik.
2. Agar Allah memberikan kelapangan dan kebarakahan ilmu dan rizki.
3. Agar Allah memberikan kesempatan untuk menutup lembaran hidup ini dengan jihad dan syahadah fi sabilillah... Amin.
Yakinlah bahwa sesungguhnya ketika pembaca mendoakan, seorang malaikat turut mengamini dan mendoakan pembaca sekalian.
Dari Shafwan bin Abdullah bahwa dia berkata :
Saya tiba di negeri Syam lalu saya menemui Abu Darda' di rumahnya, tetapi saya hanya bertemu dengan Ummu Darda' dan dia berkata :
Apakah kamu ingin menunaikan haji tahun ini ? Saya menjawab : Ya.
Dia berkata : Doakanlah kebaikan untuk kami karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya terkabulkan dan disaksikan oleh malaikat yang ditugaskan kepadanya, tatkala dia berdoa untuk saudaranya, maka malaikat yang di tugaskan kepadanya mengucapkan : Amiin dan bagimu seperti yang kau doakan ".
Shafwan berkata : "Lalu saya keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Dardaç beliau juga mengutarakan sep erti itu dan dia meriwayatkannya dari Nabi. (Hadits Riwayat Muslim)
Marilah kita saling mendoakan, semoga Allah menjadikan kita berkumpul di surganya kelak. Amin Ya Allah.
Abu Hamdi
REFERENSI
1. Al Qur’anul Karim
2. Azzam.com
3. Al-Jihad Sabiluna, Abdul Baqi Ramdhun, Pustaka Al-Alaq Solo, 2001
4. Wikipedia.com
5. Rajulun Shalih (Lelaki Saleh), Ustadz Abu Jibril.
Masukan, saran dan kritik:
abuhamdi@hutchcity.com
abuhamdi.wordpress.com
Label:
jihad
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment