Manhaj Tadabbur (Metode Merenungkan Kandungan) Al-Qur’an yang Benar Sesuai Pemahaman Salafus-Shalih (bagian ke-1)
Abi AbduLLAAH
MUQADDIMMAH
-
QS 47/24: Hati manusia tertutup jika tidak merenungkan kandungan/menganalisa al-Qur’an -
QS 37/29: Al-Qur’an diturunkan agar dianalisa isinya, dan agar para ulil-albab selalu ingat. -
QS 41/53: Allah akan membuktikan bahwa semua ucapan-NYA benar secara ilmiyyah pada suatu waktu.
Semua ayat yang ada dalam al-Qur’an adalah hidayah yang terbaik, kata-kata yang paling mulia, kisah yang paling tinggi, teman yang paling jujur dan da’i yang paling alim dan sempurna. Oleh karena itu Ibnu Mas’ud ra berkata: “Jika kalian mendengar Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang yang beriman ., maka dengarkanlah dengan sebaik-baiknya, karena perintahnya adalah sebaik-baik perbuatan yang harus kalian lakukan, dan larangannya adalah seburuk-buruk bahaya bagi kalian semua!”
URGENSI TADABBUR DALAM KEHIDUPAN MUSLIM
Kenyataan ummat Islam saat ini banyak yang menjauhi al-Qur’an akibat mengikuti kebiasaan-kebiasaan ummat non muslim, sebagaimana hadits:
“Dari Abu Hurairah ra: Bersabda Nabi SAW: Sungguh kalian akan mengikuti sunnah-sunnah ummat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai-sampai seandainya mereka masuk kedalam lubang Biawak, maka kalianpun akan mengikuti juga.” (HR Ibnu Majah, hadits no. 3994)
Wujud-wujud Penyakit Ummat Terdahulu:
1. UMMI (tidak dapat membaca dan memahami kitab mereka)
Penyakit inilah yang pernah menimpa para ahli Kitab (QS 2:78).
- Kata Ibnu Katsir: Arti ayat ini adalah tidak mengetahui tentang Kitab dan isinya.
- Kata Mujahid ra: Yaitu orang ahli Kitab yang sama sekali buta dan tidak memahami Kitab mereka dan mereka bicara tentang Kitab mereka hanya sangkaan dan kira-kira tanpa didasari hukum-hukum ALLAH. Lalu mereka katakan bahwa pikiran-pikiran mereka itu dari al-Kitab.
- Kata Ibnu Abbas ra: Mereka yang membaca tanpa mengetahui apa arti yang dibaca.
2. BERIMAN SECARA PARSIAL (QS 2:84-86)
- Sebagaimana orang Yahudi yang beriman pada sebagian isi al-Kitab tetapi menolak sebagian yang lain (QS 2:85), atau juga orang Nasrani (QS 15:90-91).
- Kata Ibnu Katsir: Dalam ayat ini ALLAH menolak orang Yahudi Madinah yang saling membunuh diantara kelompok mereka jika terjadi peperangan.
- Kata Ibnu Abbas ra (tentang QS 15:90-91): Mereka adalah orang Yahudi ahli Kitab yang hanya mau beriman pada sebagian saja isi Kitab tetapi menolak yang lain.
3. BANGGA PADA SELAIN MANHAJ ALLAH
a) Pada warisan-warisan Jahiliyyah (QS 2:170-171).
- Berkata Ibnu Katsir: maksudnya adalah sifat-sifat orang-orang kafir musyrikin Mekkah.
- Kata Ibnu Abbas ra: Ayat ini turun tentang sebagian orang Yahudi yang saat diajak beriman oleh Nabi SAW, mereka menjawab: Kami hanya akan mengikuti nenek-nenek moyang kami.
b) Pada manhaj/sistem buatan manusia (QS 17:73-77)
- Seperti dimasa Fir’aun dan para Thaghut dimasa kini.
4. TIDAK MENGETAHUI KITAB DAN MENYAMAKANNYA DENGAN CERITA-CERITA KUNO (QS 25; 4-6)
- Sebagaimana yang dilakukan oleh An-Nadhar bin Harits saat menyanggah dakwah Nabi SAW (QS 8:31).
5. MENINGGALKAN AL-QUR’AN (QS 25:30-31 dan 41:26-28)
- Orang-orang musyrik tidak mengacuhkan bacaan al-Qur’an dan jika mereka mendengarnya maka mereka bermain-main dan berbicara, lebih tertarik pada lagu-lagu, sya’ir-sya’ir dan pendapat-pendapat, sehingga mereka tidak mendengarnya. (QS 41:26-28)
6. CINTA DUNIA DAN SENANG DI DALAMNYA (75:17-21 dan 14:1- )
7. SALAH MENERAPKANNYA
- Misalnya banyak dibaca untuk mendapat uang, untuk simbol-simbol seremonial semata, untuk orang yang sudah mati saja, dan sebagainya. (h)
FAKTOR-FAKTOR YANG MENUNJANG KEBERHASILAN TADABBUR
1. BAHASA ARAB: Karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab (QS 12/2), al-Hadits pun demikian pula, begitupun kitab Tafsir dan berbagai ilmu syari’ah.
2. NAHWU dan SHARAF: Karena makna kata berubah dan berbeda tergantung pada i’rab-nya, maka seorang da’i harus memahaminya. E.g: Innamaa yakhsyallaha min ‘ibaadihil ulamaa artinya sangat berbeda dengan Innamaa yakhsyallahu min ‘ibaadihil ulamaa.
3. BALAGHAH: Ma’aaniy, Bayaan, Badii’ Sebab dengan inilah kita bisa merasakan mu’jizat Qur’an, semakin diperdalam maka semakin dahsyat I’jaz-nya.
4. QIRA’AAT: Tentang bagaimana melafazhkan al-Qur’an, dan sebagian qira’aat menafsirkan qira’aat yang lainnya. Yang mutawattir ada 7 riwayat, yang lain menyebutkan 14 riwayat.
5. USHUL FIQH: Untuk mengenal bagaimana meng-istinbath dalil dan hukum-hukumnya. E.g: al-Ibrotu bi’umuumil lafzhi, laa bikhushuushi as-sabaab.
6. ASBAB NUZUL: Sehingga kita dapat melihat secara jelas konteks ayat tersebut. Imam Ibnu Taimiyyah menyatakan: Fahmus sabab yuuritsu fahmil musabbab. E.g: Bagaimana shalat sunnah dikendaraan: Fa aina tuwalluu fatsamma wajhullah.
7. NASIKH - MANSUKH: Yang menolak Nasikh & Mansukh hanyalah Yahudi, Syi’ah dan Mu’tazilah (As-Suyuthi). Yahudi menolak karena takut agamanya dinasakh oleh Islam, padahal mereka mengakui bahwa agama mereka menasakh syari’at Adam as (boleh nikah dengan saudara sekandung). E.g: QL = wajib (qum) tetapi dinasakh dengan ayat setelahnya (faqra`uu maa tayassara).
METODOLOGI TADABBUR YANG BENAR
METODOLOGI TADABBUR YANG BENAR
1. AL-QUR’AN dengan AL-QUR’AN: Karena al-Qur’an saling membenarkan ayat-ayatnya, dan saling menafsirkan satu sama lain. Hal-hal yang disebutkan secara umum dalam suatu ayat, maka rinciannya ada dalam ayat yang lain, sesuatu yang muthlaq dalam sebuah ayat menjadi muqayyad dalam ayat yang lain, ayat yang umum dikhususkan dalam ayat lainnya. E.g: Nabi SAW menafsirkan ayat 6/82 dengan 31/13.
2. AL-QUR’AN dengan AS-SUNNAH: Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Jika tidak kamu temui tafsirnya dalam ayat yang lain, maka tafsirkan dengan sunnah, karena ia merupakan syarah dari al-Qur’an dan penjelasannya (taudhiihah)”. E.g: 10/26 ditafsirkan oleh Nabi SAW az-Ziyaadah yaitu melihat Allah SWT.
3. Memperhatikan pendapat SHAHABAT R.A.: Jika shahih dari mereka maka hendaklah kita ambil, karena al-Qur’an turun ditengah-tengah mereka, mereka adalah orang-orang yang lebih mengetahui sebab-sebab turunnya, bahasa Arab merekapun lebih asli, kefahaman merekapun lebih bersih, keimanan merekapun lebih sempurna, kejujuran merekapun lebih teruji. Dengarlah perkataan Ibnu Mas’ud ra tentang kefahamannya atas al-Qur’an: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangannya tidak satupun ayat yang turun kecuali aku mengetahui tentang apa ayat itu turun dan kapan ayat itu turun apakah dimusim panas atau dimusim dingin, pada pagi hari atau sore hari, dan jika aku mengetahui ada orang yang lebih tahu dariku tentang suatu ayat maka akan kupacu kudaku kepadanya (untuk belajar).”
4. Merujuk kepada BAHASA ARAB FUSHAH: Asy-Syu’araa’/195, maka wajib bagi kita (dengan tidak melupakan item diatas) merujuk artinya kepada bahasa Arab, kesesuaian dengan qawaa’id-nya, dan sesuai dengan balaghah dan I’jaz-nya.
Sungguh tak akan kembali jaya ummat ini, kecuali jika mereka kembali mengikuti salafus-sholihin yang pernah berjaya dahulunya .
In uriidu illal Ishlaaha mas ta’tho’tu .
MARAJI’:
1. Mabaahits fii uluumil Qur’an, DR. Manna’ Khalil al-Qaththan.
2. Mauqiiful Muslim min Mashdaaril Awwal, DR. Yusuf al-Qardhawi.
3. Fal natazawwad minal Qur’aan, Sayyid Quthb.
4. Nazharaat fii Kitaabillah, Hassan al-Banna.
5. Min Baghiyyah al-Quraan fii Wazhaaif Ramadhaan, Ibnu Rajab al-Hanbali.
6. Manhaaj Tafsiir al-Qur’aan (Taujih Internal).
Unquestionably believe that which you stated. Your favorite justification seemed to be on the net the easiest thing to be aware of. I say to you, I definitely get annoyed while people think about worries that they plainly don't know about. You managed to hit the nail upon the top and also defined out the whole thing without having side effect , people could take a signal. Will probably be back to get more. Thanks
ReplyDelete