Mengenal
Intelektualitas dan Akhlak
Serdadu Islam Rabbani
(JUNDULLAH Tsaqafatan wa Akhlaqan)
Penulis:
Said Hawwa
Perangkum:
Anugerah Wulandari
Penerjemah:
Muhammad Masnur Hamzah, Lc
Abdul Hayyie Al Kattani
Noorchalis Hamzain
Ahmad Rowie Baihaqi
Rukman R.Said
Jundullah adalah orang-orang yang telah mengkhidmatkan dirinya pada jalan Allah dengan membawa nilai-nilai Rabbani dan menyeru manusia kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang memberikan loyalitas (wala’) hanya kepada Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman.
Dalam memperjuangkan dan menyeru manusia pada nilai-nilai Rabbani, seorang jundullah harus memiliki bekal. Mana mungkin ia dapat mengajak manusia kepada kebenaran, sedangkan ia tidak mengetahui bekal apa yang harus dibawa. Yang disoroti adalah tentang intelektualitas dan akhlak seorang jundullah, suatu aspek yang sangat penting dan mendasar.
Uraian kajian di bawah ini sangat komprehensif sehingga dengannya seseorang siap menjadi jundullah; golongan yang akan dimenangkan Allah dalam medan kehidupan.
Kata Hizbullah disebut dalam Al Qur’an sebanyak dua kali. Pertama di surah Al Mujaadilah dan yang kedua di surah Al Maaidah.
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalam-Nya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al Mujaadilah:22)
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al Maidah : 54-56)
Dengan demikian, hizbullah memiliki arah, yang cirinya adalah sebagai berikut.
1. Membebaskan diri dari musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Secara praktikal dengan tidak memberikan ketaatan kepada mereka, dan secara batin dengan tidak menyimpan kecintaan kepada mereka.
2. Memberikan wala ‘loyalitas’ kepada kaum mu’minin dalam bentuk praktikal dan menumbuhkan kecintaan dalam hati. Kaum mu’minin yang berhak diberikan wala’ ini adalah mereka yang telah melengkapi syarat keimanan, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Sasaran-Sasaran Utama Hizbullah
1. Membentuk kepribadian manusia secara islami
2. Mendirikan negara Islam di setiap daerah
3. Menyatukan umat Islam
4. Menghidupkan kembali kekhalifahan
5. Mendirikan negara Islam Internasional
Intelektualitas Serdadu Islam Rabbani
(JUNDULLAH Tsaqafatan)
A. ILMU USHULUTS-TSALASAH (Ilmu tentang Keimanan)
Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang pada zahirnya membahas tiga pengetahuan dasar Islam, yaitu pengetahuan tentang Allah SWT, pengetahuan tentang Rasulullah SAW dan pengetahuan tentang Islam. Inilah metodologi Rasulullah saw dalam mendidik para sahabat sebaqaimana yang disebukan oleh Ibnu Umar r.a.
“Ketika Rasulullah saw masih hidup, aku menyaksikan bahwa kaum muslimin kala itu lebih menomorsatukan mempelajari masalah keimanan sebelum mempelajari Al Qur’an. Ketika diwahyukan surah-surah Al Qur’an kepada Muhammad saw, maka dari surah-surah itu kami mempelajari hukum halal-haram dan perkara-perkara yang harus kami renungkan dari surah-surah Al Qur’an itu. Namun, belakangan saya mendapati orang-orang lebih menomorsatukan Al Qur’an sebelum mempelajari masalah keimanan. Lalu tatkala orang-orang itu membaca seluruh surah dalam Al Qur’an; dari Al Fatihah sampai An Naas, kala itu mereka tidak mampu memahami mana yang merupakan perintah Al Qur’an dan mana yang merupakan larangannya. Serta mana pula ayat-ayat yang semestinya mereka renungkan dan mereka jabarkan, seperti layaknya mereka menghampar buah kurma yang jelek.”
B. AL KITAB DAN ULUMUL QUR’AN
1. Ilmu Nasikh Mansukh
Dalam Islam, terdapat hukum-hukum yang sifatnya gradual, dan selang beberapa waktu hukum tesebut barulah stabil.
2. Ilmu Asbab Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al Quran) dan Amkinah Nuzul (ilmu tentang tempat di mana suatu ayat diturunkan)
Buku rujukan ilmu bidang ini:
a. Nasikh Mansukh, Ibnu Hazm
b. Lubabun Nuqul Fi Asbabun Nuzul, Imam Suyuthi
3. Ilmu Gharibil Qur’an (ilmu yang membahas hal-hal yang aneh di dalam Al Qur’an)
4. Ilmu Rasm Utsmani (ilmu yang mempelajari teori penulisan Utsmani yang digunakan para sahabat untuk menulis mushhaf Al Qur’an)
5. Ilmu Tafsir Al Qur’an
Berkaitan dengan Kitabullah, setiap insan muslim dihimbau :
Pertama, insan muslim harus membaca Al Qur’an secara kontinu
Kedua, dia harus menghafal sebagian Kitabullah (Al Qur’an)
Ketiga, seorang inividu muslim harus terbiasa merujuk kepada perkataan para mufassir.
Contoh buku tafsir:
a. Tafsir yang ringkas adalah kitab tafsir al-Jalalain
b. Tafsir mazhabi adalah tafsir Ai Au’ud dalam mazhab Imam Abu Hanifah
c. Kitab tafsir yang ma’tsur adalah kitab tafsir karya Ibnu Katsir
d. Kitab tafsir modern adalah tafsir Fi Zhilaalil Qur’an karya Sayyid Quthb
Memahami Kitabullah dapat tercapai bila kita:
a. Mempelajari bahasa Arab
b. As Sunnah
c. Sirah Nabawiyah
d. Ulumul Qur’an
Batas khatam Al Qur’an satu kali dalam sebulan. Atau kalau tidak mampu, satu kali dalam empat puluh hari.
C. AS SUNNAH
As Sunnah adalah semua perkara yang dinukil dari perkataan, perbuatan, dan keputusan Nabi saw. Di bawah ini adalah struktur pembagian hadits Nabi.
Pertama, hadits shahih. Yaitu hadits yang memiliki sanad dan sanadnya ini terus bersambung melalui perawi yang adil dan baik hafalannya. Hadits ini tidak aneh dan cacat.
Kedua, hadits hasan. Hadits ini dibagi 2, yaitu:
a. Hadits yang sanadnya tidak luput dari perawi yang tidak jelas identitas pribadinya dan diriwayatkan melalui sanad hadits yang berbeda.
b. Hadits yang para perawi berasal dari golongan orang-orang yang terkenal jujur, dan dapat dipercaya, namun dari segi hafalan dan kecermatan, hadits hasan tidak sampai dengan perawi hadits sahih.
Ketiga, hadits dhaif. Yaitu hadits yang tidak memiliki kriteria hadits shahih serta hadits hasan sebagaimana yang tadi disebutkan.
Keempat, hadits maudhu’. Adalah hadits yang dibuat-buat serta dinisbatkan oleh pembohong dan pemalsu hadits.
Kitab yang sebaiknya dibaca oleh jundullah:
a. Kitab al Arba’in an-Nawawiyyah
b. Al-Azhar karya Imam Nawawi
c. Riyadhush-Shalihin
d. Kitab Hidayatul Bari fi Tajridi Shahih Bukhari
D. ILMU USHUL FIQIH
Adalah ilmu yang merupakan barometer bagi ilmu fiqih dan asal muasalnya dan berfungsi mengatur seseorang dan melindunginya dari kekeliruan meng-istinbat hukum.
Buku-buku ushul fiqh kontemporer adalah:
a. Buku Ushul Fiqh karya Syekh Abu Zahura
Buku-buku Ushul Fiqh Modern adalah:
a. Buku Karya Khudhari Bek
b. Buku Karya Adib shaleh
Buku-buku klasik di bidang ushul fiqh adalah :
a. Kitab ar Risalah karya Imam Syafi’I
b. Kitab Al-Mustahfa karya Imam Al Ghazali
c. Kitab al Manhul karya imam Al Ghazali
E. ILMU-ILMU YANG SIFATNYA TEORITIS DAN PRAKTIS: ILMU AQAID, ILMU AKHLAK DAN ILMU FIQIH
1. Ilmu Aqaid (Akidah)
2. Ilmu Akhlak
3. Ilmu Fiqih
F. SEJARAH UMAT ISLAM DAN KEKINIANNYA
Membaca sejarah merupakan faktor urgen dalam pembentukan pribadi muslim. Juga dalam menumbuhkan perasan memilki terhadap eksistensi umat. Untuk mengetahui segi-segi ini, disarankan untuk membaca:
1. Kitab Tahzib Sirah Ibnu hisyam atau Nurul yaqin
2. Hayatu Shahabah ‘Kehidupan Para Sahabat’
3. Ad-Da’wah ilal Islam (Arnold)
4. Maadza Khasiral-‘Aalam bin-hitaathil-Muslimin. Buku ini mengajak kita untuk menganalisis sejarah kontemporer dan masa lalu.
5. Min Rawaa’i Hadhaaratina, karya Dr. Musthafa as Siba’i. Buku ini membuka cakrawala pengetahuan kita tentang sejauh mana kecermelangan sejarah kita yang agung.
6. Taqwim al-‘Alam al Islaami. Buku ini membahas tersebarnya kaum muslimin di dunia dan situasi dunia islam.
G. DISIPLIN ILMU BAHASA ARAB
Bahasa Arab adalah ilmu yang sangat penting bagi kita; untuk dapat membaca, memahami, menulis dan berbicara. Yang pada akhirnya, akan mengekalkan agama Islam karena seorang individu muslim harus berda’wah. Permasalahan yang pertama kali muncul adalah matinya bahasa Arab fush-hah (bahasa arab asli), disertai dengan tumbuh berkembangnya bahasa amiyah (dialek local) yang mencapai ratusan macam dialeknya.
Agar kita memiliki pengetahuan bahasa Arab yang baik, ada beberapa bahan bacaan yang harus dikuasai, yakni sbb:
1. Membaca kitab tentang khattul-Arabi’ ‘kaligrafi Arab’
2. Membaca kitab tentang imla (cara penulisan kata-kata dalam bahasa Arab)
3. Membaca kitab tentang nahwu dan sharaf
4. Membaca kitab tentang ilmu balaghah
5. Membaca kitab tentang ilmu ‘arudh
6. Mengkaji kamus-kamus bahasa Arab yang kuno
7. Mengkaji sastra Arab dan sejarahnya
H. BEBERAPA TANTANGAN DAN KONSPIRASI
Mengetahui musuh-musuh, memperhitungkan langkah-langkahnya dan memantaunya, kemudian mengentaskannya adalah suatu kewajiban bagi kita:
1. Freemansonry, Rotary-Lions Club
2. Peranan agen-agen Amerika (CIA), Inggris, Prancis dan Rusia (KGB)
3. Partai-partai yang berdiri atas dasar orientasi mereka yang bermacam-macam, yang
bersifat kapitalis, demokratis, komunis, sosialis, atau nasionalis.
4. Sekolah-sekolah yang mengacu pada organisasi-organisasi asing, baik itu missionaris
maupun sekularis.
5. Peranan publikasi yang mengikut pada organisasi seperti ini, juga koran-koran dan
majalah-majalah yang mempropagandakan misi mereka.
6. Propaganda penghalalan dan kekacauan yang dilakukan oleh para penulis dan pengarang
kisah atau skenario film dan televisi.
7. Propaganda yang berorientasi ide-ide kafir, baik itu yang terdapat pada sekolah-sekolah
asing maupun yang berada pada sekolah setempat yang terpengaruh oleh pemikiran kafir
dan orang kafir.
Buku berikut ini diharapkan dapat menolong dalam memecahkan problem muslim kontemporer dalam menghadapi tantangan zaman.
1. Nahwa al-Mujtama’il-Islami, karya as Syahid Sayyid Quthb.
2. Al-Islam wa Muskilaatul-Hadharah, karya asy-Syahid Sayyid Quthb
3. Nahnu wal-Hadharah al-Gharbiyyah, karya Abul A’la al-Maududi
4. Harakaat wa Madzaahib, karya Fathi Yakan.
5. Ats-Tsaqafatul-Islaamiyah, karya Dr. Abdul Karim Utsman.
I. KAJIAN ISLAM KONTEMPORER
Kajian modern ini merupakan bekal bagi individu muslim modern dalam memasuki kancah pergulatan pemikiran kontemporer. Perpustakaan Islam menjadi penuh dengan buku-buku yang berindikasikan pemikiran ini dan kita selalu membutuhkan kreativitas mereka sebagai tambahan.
Berikut gambaran dari sebagian buku-buku yang harus dibaca oleh seorang individu muslim.
1. Mabadiul-Islam, karya Abul A’la al-Maududi
2. Khashaisut-Tashawwur al-Islaami, karya Sayyid Quthb.
3. Hadzad-Dien, karya Sayyid Quthb.
4. Al-Mustaqbal li Hadzad-Din, karya Sayyid Quthb.
Buku-buku berikut memberi gambaran tentang Islam secara umum. Keistimewaannya, ciri-cirinya serta kebutuhan manusia akan Islam.
1. Ar-Risalatul-Muhammadiyah, karya Sulaiman an-Nadawi
2. Al-Hadharatul-Islaamiyah, Ususuha wa Mabadiuha, karya Abul A’la al Maududi.
3. Al-Arkanul-Arba’ah, karya Abul Hasan an-Nadawi.
Buku-buku berikut ini akan memberikan gambaran tentang rukun-rukun Islam.
1. Isytirakiyatul-Islam wa Nazharaat fi Isytirakiyyat al-Islam, karya Dr. Mushthafa as-Siba’I
dan al Ha-mid.
2. Malakiyatul-Ardhi fil-Islam, karya Sayyid Quthb.
3. Al-‘Adaalatul-Ijtima’iyah fil-Islam, karya Sayyid Quthb.
4. Ususul-Iqtishadil-Islami, karya Abul A’la al-Maududi.
5. Ar Riba, karya Abul A’la al-Maududi
6. At-Takaaful al Ijtima’I fil-Islam, karya Abdullah Ulwani
Buku-buku berikut ini akan memberikan kita gambaran tentang sistem ekonomi Islam.
1. Al Mar’ah bainal-Fiqh wa Qanun, karya Dr. Musthafa as-Siba’i.
2. Al Hijab, karya Abdul A’la al-Maududi.
3. Tafsir Surah An-Nuur, karya Abul A’la al Maududi.
Buku-buku berikut ini akan memberikan kita gambaran tentang sistem tatanan sosial dalam Islam.
1. As-Silmu wal Harb, karya Dr. Musthafa-as Siba’i.
2. Al Jihad, karya Abul A’la al-Maududi.
3. Nazhariyatul-Islam wa Hadhuyu fid-Dustuur wal-Qanun dan Nahwa Dustur Islami, karya Abul A’la al-Maududi.
4. Risalatul Jihad, karya asy-Syahid Hasan al-Banna.
Buku Manhajut-Tarbiyah al-Islamiyah karya Muhammad Quthb akan memberikan gambaran kepada kita tentang sistem politik dan militer.
Buku-buku berikut ini akan memberikan gambaran tentang metode pendidikan Islam.
1. Syubuhat Haulal-Islam, karya Muhammad Quthb.
2. Jahiliyatul-Qarnil-‘Isyriin, karya Muhammad Quthb.
3. Ats-Tsaqafatul-Islamiyah, karya Dr. Abdul Karim Utsman.
Hendaknya seorang individu muslim saat ini selalu memperhatikan pemikiran Islam dalam buku-buku, koran-koran, atau majalah-majalahnya, dan selalu sadar dalam mencernanya serta tidak disibukkan oleh satu masalah sehingga melupakan masalah yang lain.
J. PEMAHAMAN DA’WAH DAN PRAKTIKNYA
Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah pengajaran dariku, meskipun hanya satu ayat.”
Imam Ali berkata, “Dunia tidak akan sepi dari orang-orang yang membela Allah SWT dengan argumennya.”
Sudah selayaknya bagi kaum muslimin untuk mempelajari seluruh praktik da’wah kepada Allah SWT yang ada di depannya, kemudian mempelajari semua pendapat-pendapat yang ada; dari metode para ulama, metode yang dilakukan oleh pakar-pakar sufi, metode jam’iyyat khairriyyah (LSM), metode partai-partai Islam, metode berbagai organisasi yang ada, sampai pendapat-pendapat yang dilontarkan dalam kajian-kajian bidang da’wah, dan lainnya.
Individu muslim hendaknya mempelajari pemikiran gerakan islam yang asli, metode pelaksanaannya, dan pembentukannya serta langkah-langkahnya untuk melawan kemurtadan dan kekafiran dalam seluruh levelnya. Beberapa kajian yang sebaiknya ditelaah:
1. Minhajul-Inqilabil-Islami, karangan al-Maududi.
2. Ma’alim fith-Thariq, karangan Sayyid Quthb.
3. Waaqi’ul-Muslimiin wa Sabiilun-Nuhudh Bihim, karya al-Maududi.
4. Rasaa’il al-Ustadz asy Syahid Hasan Al Banna yang berisi: “al-Muktamar al Khamis”,
“Risaalatut-Ta’lim”, “Baik al-Amsi al Yaum”, “ar-Rasaa’il ats Tasalaasah”, dan “Da’watuna fi
Thaurin Jadiid”. Kemudian semua rasa’il al Ustadz Hasan Al Banna dan catatan-catatannya.
Lebih dikhususkan lagi bagian akhir dari risalah tersebut.
5. Silsilah Rasa’il, bagian usrah: “Adabul Usrah wal-Katibah”, “Nizhamul-Usrah”, “Nasyatuhu
wa Ahdaafuhu”, “Nahwa Jailin Muslim”.
6. Musykilaatud-Da’wah wad-Da’iyah, karangan Fathi Yakan.
7. Tadzkiratud-Du’aat, karangan al-Bahiy al-Khuli.
8. Nahwa Hukmin Islaami, karangan Muhammad Ali ad-Dhanawiy.
9. Al Ikhwaanul Muslimuun, Fi Harbil-Falisthiin.
10. Al Muqawamatus-Sirriyyah fi Qanaatis-Swiss.
Langkah pertama yang harus dimiliki oleh umat Islam dalam mempersatukan dan merekatkan hati umat, adalah menyamakan persepsi tentang langkah-langkah utama dalam proses pendidikan dan pengajaran.
Berikut ini beberapa buku karangan kami tentang Fiqhud-Da’awah. Juga buku mengenai membina dan mengaktifkan amal islami, yaitu:
1. Jundullah: Tsaqafatan wa Akhlaqan.
2. Min Ajli Khutwah Ilal-Amam ‘Ala Thariqil-jihadil-Mubarak.
3. Al-Madkhal Ila Da’watil-Ikhwanil-Muslimin.
4. Jaulaat fil-Fiqhain al-Kabiir wal-Akbar wa Ushuuluha.
5. Fi Afaaqit-Ta’liim.
6. Duruusun fil-Amalil-Islami al-Mu’ashir.
7. Jundullah Takhtiihan.
8. Hazihi Tajribatii wa Hadzihi Syahadatii.
9. Fushuulun fil-Imrah wal-Amiir.
K. CATATAN DAN SARAN
“Jika kalian melihat seseorang sering mendatangi masjid (untuk shalat), maka persaksikanlah tentang kelurusan imannya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Darimi)
Kembali ke masjid, meramaikannya dengan ilmu atau zikir kepada Allah SWT, dan mengadakan pengajian untuk kaum muslimin di masjid-masjid adalah awal dari usaha menghidupkan Islam
Suatu masjid, bila diorganisasi dengan baik oleh seorang ulama yang shaleh yang berjihad untuk membentuk sebuah kelompok, lalu di dalam kelompok tersebut dibagi individu-individu yang ditugaskan mempelajari suatu keilmuan Islam. Dan dibentuk halaqah-halaqah kajian. Jika para aktivis tersebut menguasai materi yang dipelajarinya, para pengajar mengganti dengan materi yang lain. Apabila telah selesai mengkaji pada suatu periode, diteruskan pada periode selanjutnya. Demikianlah individu mulim berpindah dari satu halaqah ke halaqah yang lain, dari satu marhalah ke marhalah yang lain, sehingga sempurnalah wacana kelimuan Islamnya. Setelah itu, jika seorang aktivis telah menguasai apa yang dipelajarinya, kepadanya dibebankan mengajarkannya di masjid tersebut atau di masjid yang lain.
Kami menganjurkan agar diadakan beberapa halaqah berikut ini, di masjid-masjid pada suatu tempat. Yaitu, Halaqah kajian ushuluts-tsalasah, halaqah pengajian Al Qur’an, halaqah pengajian hadits, halaqah kajian ushul fiqih, halaqah kajian aqaid, halaqah kajian fiqih, halaqah kajian dasar-dasar akhlak, halaqah kajian bahasa arab, halaqah kajian mengetahui konspirasi terhadap Islam, halaqah kajian sejarah Islam, halaqah kajian dunia Islam dan kekiniannya, halaqah kajian islam kontemporer, halaqah fiqih da’wah.
Setiap halaqah harus ada penanggung jawabnya yang mempunyai spesialisasi dalam kajian tersebut. Mempelajari ilmu-ilmu tersebut tidak bisa dengan otodidak atau mengkaji sendiri, melainkan harus dilaksanakan di masjid karena lebih banyak berkahnya dan dapat bersatu dengan ikhwan lainnya.
Akhlak Serdadu Islam Rabbani
(JUNDULLAH Akhlaqan)
A. AKHLAK ISLAM
Dalam diri kaum muslimin yang hidup pada zaman keemasan Islam akan terlihat SEMUA akhlak yang sangat mulia. Adapun pada diri muslim yang hidup setelahnya, hanya didapati sebagian seginya menonjol dan bagian yang lainnya hampir tidak terlihat eksistensinya.
Muslim pada zaman keemasan Islam terlihat sangat alim, zahid, patuh, saling menolong, menjadi dai, pemberani, jujur, bijaksana, politikus, oranisatoris, beradab dan cerdas. Adapun muslim saat ini hanya memiliki akhlak yang setengah-setengah.
Seseorang akan mendapat predikat “tentara Allah SWT” bila telah memenuhi lima akhlak yang tercantum di dalam QS. Al Mujaadilah: 22, yaitu:
1. Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.
2. Bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min
3. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir.
4. Berjihad di jalan Allah
5. Tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
B. KARAKTER PERTAMA: Wala (Loyalitas)
Sifat pertama adalah mengkhususkan wala ‘loyalitas’ hanya kepada Allah SWT, Rasulullah dan orang mukmin. (An-Nisaa’:138-139), (Al Maaidah: 56), (At Taubah: 71), (Al Mumtahanah: 4), (Al kahfi: 102), ( At Taubah: 16)
Dan tidak memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir, munafiq, fasik ataupun menjadikan mereka sebagai teman karib tempat mencurahkan hati. (Al Maaidah: 51), (Al Maaidah: 57-58), (At Taubah: 23), (Ali Imran: 28)
Karakter-karakter orang munafik tercantum di (QS. 2: 11- 16), (QS. 4: 60-61), (QS.24: 27-50), (QS.9:67), (QS. 4: 140-141). Dan di dalam hadits Bukhari, sifat orang munafik ada 4, yaitu jika diberi kepercayaan dia berkhianat, jika berbicara berbohong, jika berjanji tidak ditepati dan jika bersaing akan berbuat curang. Di dalam hadits Muslim, sifat orang munafik adalah berleha-leha ketika tiba waktu shalat dan shalat dengan tergesa-gesa.
Fenomena-fenomena wala’ yang diharamkan:
1. Fenomena Pertama: Mengikat kontrak dengan orang kafir. (Al Hasyr: 11)
2. Fenomena Kedua: Membeberkan rahasia orang mukmin kepada orang kafir. ( Al
Mumtahanah: 1)
3. Fenomena Ketiga: Cinta kepada orang yang menentang Allah SWT. Al
Mujaadilah: 22)
4. Fenomena Keempat: Memilih pergaulan dengan orang kafir dan munafik. (An Nisaa:
140)
5. Fenomena Kelima: Taat. (Muhamamd: 25-26), (Al An’aam: 116), (Al Ahzab: 48), (Al
Kahfi: 28), (Ali Imran: 149-150)
6. Fenomena Keenam: Menirukan sesuatu. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mengikuti perilaku suatu kamu maka dia bagian dari mereka.” (HR. Ahmad)
C. KARAKTER KEDUA: MAHABBAH
Mahabbah ‘cinta’ seorang hamba kepada Allah SWT merupakan pengaruh alami yang timbul dari rasa syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya.
Pembahasan bagi yang ingin meniti jalan menuju cinta Allah SWT dibagi tiga, yaitu:
1. Orang-Orang Yang Dibenci Allah SWT
a. Condong pada kesesatan.
b. Menggunakan tradisi orang-orang pada zaman jahiliyah.
c. Membunuh manusia tanpa alasan yang benar.
d. Banyak gosip. (An Nisaa: 114), (Al Mujaadilah: 9)
e. Takabbur
f. Syirik (Ibrahim: 13-14)
g. Taat dan tunduk pada syetan, melakukan dosa-dosa besar dan kecil. (Ibrahim:22)
h. Dusta dan menentang ayat-ayat Allah. (Al An’aam: 157)
i. Menghukumi tanpa berlandaskan hukum Allah. (Al Maaidah: 45)
j. Berdusta/berbohong kepada Allah SWT. (Al An’aam: 21), (An Nahl: 116), (Al Baqarah: 140)
k. Melampaui batas dari ketentuan Allah (Al Baqarah: 229)
l. Mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan syariat Allah. (Al Qashash: 50)
m. Ayat-ayat Allah diperdengarkan namun ia tidak mengingat-Nya. (Al Kahfi:57)
n. Memfitnah, merendahkan dan mengolok-olok orang muslim. (Al Hujuraat: 11)
o. Mencari-cari kesalahan dan mengghibah orang muslim. (Al Hujuurat: 12)
p. Kekufuran. (Ali Imran: 105-106). Sebab-sebab dari sebuah perpecahan:
- Meninggalkan jalan Allah lalu mengikuti jalan-jalan setan. (al-An’aam: 153)
- Tidak disatukan oleh kebenaran dan melupakan sebagian ajaran Allah. (al-Maa’dah: 14)
- Tidak adanya kejernihan akal. (Ali Imran: 152)
- Tidak adanya persatuan hati di antara mereka tidak terdapatnya sifat zuhud dunia. (al-
Anfaal: 63)
2. Orang-Orang Yang Dicintai Allah SWT
a. Orang yang berbuat al-Ihsan.
(Ali Imran: 134), (Ali Imran: 147), (Az Zumar: 17-18), (An Nisaa: 36), (al Baqarah: 8).
b. Orang yang bertaubat.
(Al Baqarah: 222), (At Taubah: 108), (Ali Imran: 135-136)
c. Orang yang menyukai kebersihan ibadah.
d. Orang yang Mengikuti Rasulullah SAW. (QS. Al Ahzab: 21).
Dengan cara:
- Selalu mengharap rahmat Allah dan hari akhirat
- Selalu berzikir kepada Allah SWT (Al-Ma’tsurah, tahlil, tahmid, istighfar, shalawat, membaca
Ali Imran pada hari Jum’at, membaca Al Qur’an)
- Meneladani sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. (Shiddiq, amanah, fathanah, tabligh dan seluruh perilaku Rasulullah SAW)
e. Orang-orang yang saling mencintai dan bersaudara karena Allah.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan.
Satu, mahabbatullah adalah sebagai berikut.
- Cinta karena Allah SWT.
- saling mengunjungi karena Allah SWT.
- Memberi harta karena Allah SWT.
Dua, mahabbah karena Allah SWT hanya dapat terwujud jika terhindar dari motivasi untuk ambisi pribadi. (Al ‘Ashr: 1-3).
Tiga, persaudaraan karena Allah SWT tidak akan berlangsung lama kecuali jika dilandasi dengan takwa dan akhlak. (Az Zukhruf: 67), (Al Isra: 53)
Empat, Persaudaraan karena Allah SWT dapat berlangsung lama hanya dengan menjaga rahasia saudaramu, tidak ghibah, serta kamu tunaikan haknya.
f. Orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur. (Ash-Shaff: 4)
g. Orang yang bertaqwa.
1. Kedudukan dan Urgensi Taqwa dalam Islam.
Satu, Allah SWT berfirman (An Nisaa’:131). Dan wasiat Allah SWT kepada seluruh umat: (Asy Syu’ara: 10-11), (Asy Syu’ara: 123-124) (Asy Syu’ara: 161) (Asy Syu’ara: 123-124), (Al Baqarah: 183), (Al Baqarah: 188), (Al Baqarah: 179), (Asy Syuara: 108).
Dua, Allah SWT menjadikan takwa sebagai ukuran dekat dan jauhnya seseorang dari-Nya. (Al Hujurat: 13).
Tiga, surga yang luasnya seluas langit dan bumi hanya untuk orang yang bertaqwa. (Al Baqarah: 212), (Al Hijr: 45), (Al qamar: 54)
Empat, Orang bertaqwa senantiasa tertindas, sebagai sebuah sunnatullah. (Muhammad: 31), (Ali Imran: 142), (At Taubah: 16), (Al Qashash: 5-6)
Lima, Orang bertaqwa akan ditolong Allah, sebagai sebuah sunnatulah. (Al Fath: 23), (Faathir: 43). Syarat-syarat datangnya pertolongan Allah:
1. Persatuan. (Al Anfaal: 46)
2. Bergantung hanya pada Allah SWT. (At Taubah: 25)
3. Mendukung dan taat pada pemimpin selama dalam kebaikan. (Ali Imran: 152)
4. Beramal hanya mengharapkan ridha Allah SWT. (Muhammad: 7), (Al Qashash: 83)
5. Hendaknya jamaah mu’min mewujudkan tujuan-tujuan umu Islam pada saat
kemenangannya. (Al Hajj: 40-41)
6. Setiap individu muslim hendaknya saling membahu. (Al Maa’idah: 54)
2. Intisari dan Hakikat Taqwa
Pertama, universalitas Islam.
Kedua, taqwa adalah sebuah naluri yang merupakan sumber dari tingkah laku.
Ketiga, Sifat-sifat orang bertaqwa di dalam Al Qur’an. (QS. 2: 1-5), (QS.2: 177), (QS. 3: 15-17), (QS.3: 133-136), (QS. Al Anbiyaa’: 48-49), (QS. Adz Dzaariyat: 16-19)
a). Definisi Pertama Orang yang bertaqwa. (QS. 2: 1-5) (Iman terhadap alam ghaib, shalat, infak, mengikuti Al Qur’an). Berikut ini sebagian fenomena dari solidaritas tanggung jawab dalam rangka menegakkan kitabullah.
1. Solidaritas keluarga. (Thaahaa: 132), (Maryam: 55), (Al Baqarah: 132), (Al Baqarah: 128).
2. Solidaritas terhadap kerabat. “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy Syu’araa: 214)
3. Solidaritas terhadap negara. “Sebaik-baik jihad adalah menegakkan kalimat hak terhadap penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud)
4. Solidaritas umum yang terjadi di masyarakat. (At Taubah: 71)
5. Solidaritas dalam negara. (Ali Imran: 110)
b) Definisi Kedua Orang-Orang yang Bertaqwa (Al Baqarah: 177).
(1). Memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta dan memerdekakan hamba sahaya.
(2). Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji.
Satu, janji kepada Allah yaitu pengakuan untuk menuhankan dan beribadah. (Al A’raaf: 172)
Dua, janji komitmen secara teori dan keilmuan terhadap syariat Islam. (Al Maaidah: 7), (Al Baqarah: 285)
Tiga, janji menepati kewajiban muamalah sesama manusia.
Empat, janji baiat kepada pemimpin yang hak atau khalifah.
Lima, menepati janji kepada non muslim, baik harbi maupun dzimmi ataupun muahid. (an Nahl:91)
(3). Sabar dalam kefakiran, sabar terhadap penyakit dan musibah, sabar dalam peperangan, sabar dalam Islam dan tetap tegar memegang nilai-nilainya di saat manusia menyimpang darinya, sabar dalam kehilangan harta dan keluarga.
c) Definisi Ketiga Orang-Orang yang Bertaqwa (Ali Imran: 15-17)
- Ash-shidqu terhadap Allah SWT (Al Ahzab: 23) dan dengan lidah.
- Al Qunut. (Ali Imran: 17)
- beristighfar pada waktu sahur. (Adz Dzaariyaat: 18)
d) Definisi Keempat Orang-Orang yang Bertaqwa. (Ali Imran: 133-136)
e) Definisi Kelima dari Orang-Orang yang Bertakwa. (Al Anbiyaa: 48-49)
Satu, Takut akan azab Tuhannya. (Al Ahzab: 39), (Al A’raf: 99), (Az Zumar: 23), (Al Hasyr: 21)
Dua, Takut akan tibanya hari kiamat. (Ath-Thuur: 16-27)
f) Definisi Keenam Orang-Orang yang Bertakwa (Adz Dzaariyaat: 16-19)
Satu, memiliki ihsan.
Dua, Menyedikitkan waktu tidur malamnya.
Tiga, Shalat malam dan istighfar di waktu pagi.
Empat, Memberi kepada orang miskin.
3. Jalan untuk Mencapai Taqwa
Pada hakikatnya, takwa merupakan malakah ‘sifat yang kokoh’ dalam hati. Jika malakah bersemayam dalam hati, jasad akan menempuh jalan dan metode Allah SWT.
a) Jalan Pertama.
Membaca Kitab disertai tadabbur. (Shaad: 29), (Thahaa: 113), (Al Hajj: 46).
(1) Kadar Wirid. Waktu minimal khatam, adalah tiga hari. Batas pertengahan adalah seminggu.
(2) Etika Tilawah: Perhatikan tajwid dan bersenandung dengan pilu dan sedih.
(3) Majelis untuk Mendengarkan.
(4) Wirid hafalan
b) Jalan Kedua.
Mujahadah meraih petunjuk. (Al Ankabuut: 69), dengan cara:
(1) Iman kepada Allah (At-Taghaabun: 11) dengan cara zikir dan pikir (Ali Imran: 190-191) dan amalan zikir pikir yang paling baik adalah membaca Al Qur’an (Yaasiin: 69) dan sebaiknya dibaca pada waktu malam (Al Muzzammil: 6).
(2) Menyibukkan jiwa selamanya dengan taklif (tugas-tugas agama). Beruntunglah orang-orang yang beriman (Al Mu’minuun: 1- 9)
c) Jalan ketiga.
Berpuasa (Al Baqarah: 183-185), yaitu puasa wajib dan puasa sunnah (puasa senin dan kamis, puasa tiga hari dalam setiap bulan, puasa enam hari di bulan syawal, hari arafah, asyura serta sebelum dan setelahnya.
d) Jalan Keempat.
Ma’rifatullah (Al Baqarah: 21).
(1) Mengetahui zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan nama-nama-Nya.
(2) Mengenal shamadi-Nya (ketergantungan segala sesuatu pada-Nya) (Faathir: 41)
(3) Mengenal Qidam-Nya dan Baqa-Nya. Dia mustawin ‘bersemayam’ di atas arasy-Nya. (As Yuura: 11), (Al Ikhlas: 1-4)
(4) Mengenal sifat ilmu-Nya (Al An’am: 80)
(5) Mengetahui DiaMaha Memperbuat yang diinginkan (Yaasiin: 82)
(6) Mengetahui Dia Maha Mendengar dan Melihat (Luqman: 28)
(7) Mengetahui Dia Mutakallim (Maha Berbicara) (An Nisaa: 164)
(8) Mengetahui sifatnya adalah qadim azali.
(9) Mengetahui bahwa Allah bisa mencintai, bisa marah, dan membenci, bisa memberi karunia, bisa membalas dendam, dan bisa mengasihi, disa memberi sangsi.
(10) Mengetahui Allah memiliki asmaul husna. (Al A’raaf: 180)
h. Orang-Orang Yang Adil. (Al Maa’idah: 42)
Aspek-aspek keadilan yang diperintahkan
1) Adil dalam memutuskan perkara, meski terhadap orang kafir. (Al Maa’dah: 42)
2) Adil sebagai mediator berdamai. (Al Hujuurat: 9-10)
3) Adil kepada orang kafir yang dalam perjanjian damai. (Al Mumtahanah: 8)
4) Adil menetapkan hukum. (An Nisaa’: 58)
5) Adil dalam bersaksi. (An Nisaa’:135)
6) Adil dalam bermuamalah. (AL Baqarah: 282-283)
i. Orang-Orang Yang Profesional
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang profesional.” (HR. Thabrani)
j. Orang-Orang Yang Sabar (Ali Imran: 146) dan Tawakal (Ali Imran: 159)
3. Mahabbah atau Kecintaan Manusia Terhadap Allah SWT
(‘Dan Mereka (Kaum itu) Mencintai-Nya.”)
Mahabbah (Al Baqarah: 165) adalah:
1) Kecenderungan dengan hati yang sangat meluap cintanya.
2) Mengutamakan yang dicintai.
3) Keserasian dengan yang dicinta.
4) Kesesuaian hati dengan Tuhan.
5) Menganggap banyak yang sedikit dari-Nya, dan menganggap sedikit yang banyak dari dirinya.
Esensi Mahabbah: kamu merelakan seluruh milikmu kepada yang kamu cintai, sehingga tidak ada sesuatu yang tersisa untuk dirimu.
Kita mencintai Allah, Rasulullah SAW, para nabi, para sahabat, tabi’in, dst.
D. KARAKTER KETIGA DAN KEEMPAT: BERSIKAP LEMAH LEMBUT TERHADAP ORANG-ORANG MUKMIN DAN BERSIKAP KERAS TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR
1. Karakter Ketiga: Sikap Lemah Lembut terhadap Orang-Orang Mu’min Serta Fenomena-Fenomenanya
Sikap lemah lembut dan rendah hati terhadap orang-orang beriman merupakan dampak rahmat atau kasih sayang terhadap mereka. (At Taubah: 128), (Asy Syu’araa: 215-21), (Al Hijr: 88)
Fenomena kasih sayang terhadap orang-orang mukmin:
a. Memaafkan dan memohonkan ampun, serta bermusyawarah dengan mereka. (Ali Imran:159)
b. Tawadhu terhadap mereka.
c. Menghilangkan hal-hal yang bisa menyakiti mereka.
d. Berjumpa dengan mereka dengan senyum berseri dan berbicara dengan perkataan yang baik.
e. Meringankan kesulitan, menghilangkan kesusahan, dan menolong orang yang sangat membutuhkan pertolongan.
f. Bersikap ramah atau lemah lembut terhadap mereka.
g. Senang melakukan yang mereka senangi (berupa kebaikan)
h. Menghormati tamu, membei kegembiraan, jangan iri, jangan saling benci dan jangan tanaajusy.
i. Menegakkan hak-hak mereka
j. Tidak menakut-nakuti (mengintimidasi), tidak mendatangkan bahaya, atau menipu mereka.
k. Tidak merasa gembira karena musibah atau penderitaan yang menimpanya, dan tidak membencinya.
l. Memperhatikan urusan mereka, serta empati kepada mereka.
m. Di medan perang, kita memerangi yang menindas mereka dan memberikan bantuan kepada mereka.
n. Mendukung dan bertempur bersama mereka.
o. Membantu menghilangkan kezaliman dari mereka, jika mereka dikuasai dalam bentuk apapun. Dan memberi pelayanan kepada orang-orang beriman.
2. Karakter Keempat: Sikap Keras Terhadap Orang-Orang Kafir dan Fenomena-Fenomenanya
Dunia Islam terbagi dua kawasan: kawasan perang (darul harb) dan daerah Islam (darul Islam).
a. Di wilayah Perang (At Taubah: 123), (Muhammad: 4), (at Taubah: 29), (Al Anfaal: 39)
b. Di Wilayah Daarul Islam
Untuk kafir zimmi, mereka harus membayar jizyah dan mereka harus tunduk kepada hukum-hukum kita. Dan untuk kafir harbi yang tidak minta proteksi kita, maka darah dan hartanya halal. Jika ia kafir harbi yang meminta proteksi kita, maka hukumnya sesuai dengan hukum proteksi.
Orang-orang murtad yang harus dihukum adalah (1) orang zindiq, (2) peramal, (3) orang kafir, (4) penganut paham libertinisme, (5) munafik, (6) orang yang ingkar sebagian hal-hal yang dogmatis, (7) penyamun, (8) budak nafsu, (9) tukang sihir, (10) orang kafir yang mencela nabi.
E. KARAKTER YANG KELIMA: BERJIHAD DI JALAN ALLAH TANPA MERASA GENTAR DARI CELAAN ORANG (“MEREKA BERJIHAD DI JALAN ALLAH TANPA MERASA TAKUT CELAAN ORANG YANG MENCELA”)
Kaum komunis, kapitalis, Zionis, Freemansonry, misionaris, orang-orang salib, serta negara-negara besar dan kecil, semuanya membidikkan anak panah kepada jundullah. Akan tetapi jundullah terus berlalu dalam jihad rabbaninya, tidak gentar dengan celaan dan kecaman orang- orang yang mencela. ( Al Maa’idah: 54), (Al Ahzab: 23).
Jihad yang murni hanya dapat terwujud dengan ilmu dan amar ma’ruf nahi munkar. (Ali Imran: 110)
Lima jenis jihad yang diisyaratkan dalam Al Qur’an atau dalam sunnah (At Taubah: 122)
1. Jihad dengan Lidah (Jihad Lisani)
Pertama, tabligh dan menegakkan hujjah terhadap orang-orang kafir, munafik dan fasik. (Al Furqaan: 52), (Ali Imran: 187), (An Nahl: 125).
Kedua, memberi nasihat dan mengingatkan. (Ad Dzaariyaat: 55), (Qaf: 35)
Ketiga, mengumpat dan mencekam dnegan kata-kata yang kasar (bila dengan lemah lembut tak mempan). (Al Anbiyaa’: 67)
Catatan untuk jihad lisani.
Pertama, mulailah dengan yang terpenting baru yang penting. Akidah sebelum ibadah.
Kedua, luruskan niat karena Allah.
Ketiga, melakukan studi lapangan tentang penyimpangan.
Keempat, Perangkat dan Sarana Jihad Lisani.
a. Menerbitkan Buku-Buku Islami
b. Majalah, Surat Kabar dan Buletin
c. Pidato, Ceramah, Kuliah atau Pengajian Umum di Masjid dan di Rumah
d. Da’wah Individual, Kunjungan, Rihlah (Rekreasi), dan Pengajian (Halaqah)
2. Jihad Pendidikan dan Pengajaran (Ta’limi) (Al Maa’idah: 78-79), (At Taubah: 122)
Akhlak atau etika-etika dasar dalam memberikan pendidikan yang sehat:
a. Mengambil Al Qur’an dan sunnah (Ali Imran: 79)
b. Memahami ilmu fiqih, ilmu tauhid dan ilmu akhlak.
c. Sejarah Islam
d. Memperhatikan urusan kaum muslimin.
e. Mengetahui konspirasi musuh-musuh Islam
f. Mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu bahasa Arab.
g. Studi-studi keislaman modern.
h. Ushul yang tiga, Allah, Rasul dan Islam.
Sarana-Sarana Jihad Ta’limi
a. Kursus-kursus pendidikan yang jangka waktunya disesuaikan dengan orang-orang.
b. Pengajian-pengajian ilmiah di rumah maupun di masjid secara rutin.
c. Menelaah secara pribadi.
d. Belajar bersama antara dua orang.
e. Membuka sekolah-sekolah agama
f. Membuat kelas-kelas pengajaran umum di dalam masjid.
g. Mengadakan rihlah atau rekreasi, yang menghimpun antara ilmu, dakwah, dan amal.
h. Mengadakan acara perkemahan atau camping, yang didalamnya diadakan pemusatan latihan.
i. Menciptakan klub-klub pengetahuan keislaman.
j. Pendidikan agama di sekolah-sekolah
3. Jihad dengan Tangan dan Jiwa
Dua bentuk Jihad tangan:
1. Berjihad dengan tangan di muka bumi Islam
2. Berjihad dengan tangan di luar bumi Islam
a. Berjihad dengan Jiwa di Daarul Islam (Secara Internal)
(Al Ahzab: 60-62), (At Taubah: 73)
Orang-orang munafik, orang-orang yang punya penyakit dalam hati, dan orang-orang yang menyebarkan berita bohong, berada dalam darul Islam. Ancaman pembunuhan tersebut menunjukkan bahwa boleh melakukan jihad terhadap mereka.
Rasulullah SAW membolehkan setiap mukmin berjihad melawan mereka dengan tangan mereka. Sebagaimana juga membolehkan pada setiap mukmin memberantas kemungkaran dengan tangan.
Para fuqaha Hanafiah mengatakan bahwa setiap orang yang melihat seorang muslim berzina, maka halal baginya untuk membunuhnya.
An-Nashihi memfatwakan wajibnya membunuh setiap orang yang menyakiti atau merusak.
Menurut Syarah al-Wahbaniyah, bisa juga dengan mengasingkan pelakunya dari kampung itu, atau dengan menyerang rumah atau tempat tinggal para pelaku kekerasan.
Ibnu Abidin menjelaskan beberapa hal yang terdapat dalam konteks dalam syarahnya sbb:
Orang yang mengambil hak orang lain secara terang-terangan, perampok jalanan, semua perbuatan dosa besar(tukang sihir, pencuri, homoseksual, perampok jalanan, tabarruj (wanita berpakaian seronok)
Syaikhul Ibnu Taimiyyah dalam risalah Ahkam as-siyasah membolehkan dibunuhnya orang yang mendatangi para penguasa dengan kerusakan.
Pengarang Ihya Ulumuddin (yakni al Ghazali), seorang ulama Syafi’I, ketika berbicara tentang tingkatan ihtisab (tugas pengawasan dan pencegahan kemungkaran), mengatakan sebagai berikut.
Tingkatan kelima: mengubah kemungkaran dengan tangan. Etikanya ada dua yaitu, pertama, tidak turun langsung selama ia mampu melimpahkannya kepada petugas dan kedua, membatasi yang perlu.
Tingkatan keenam: mengancam dan menggertak.
Tingkatan ketujuh: memukul langsung dengan tangan dan kaki, tanpa penghunusan senjata.
Tingkatan kedelapan: jika tidak mengalahkan orang itu sendiri, ia membutuhkan bantuan orang-orang yang bersenjata.
Imam yang hak adalah imam yang konsisten terhadap hukum-hukum Islam dalam dirinya dan menerapkan kepada umat kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
b. Berjihad dengan Tangan dan Jiwa dalam Peperangan
Jihad ini diterangkan secara rinci dalam buku serial al-Asas fil-Manhaj. Kaidah-kaidahnya sbb:
1. Orang-orang muslim bertugas menaklukkan dunia secara keseluruhan terhadap hukum Allah.
2. Sesuatu yang “wajib” tidak sempurna, maka ia juga wajib hukumnya.
3. Penaklukan dengan persatuan umat Islam untuk mendirikan kekhalifahan. Caranya, dengan wajib berjihad.
4. Wajib mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan bagi gerakan penaklukan dunia.
5. Fardhu ‘ain berjihad dengan jiwa di setiap wilayah islam yang diserang maupun di wilayah tetangga yang berdekatan.
6. Wajib memanfaatkan cakrawala da’wah karena jalan untuk menaklukan dunia pada kekuasaan Allah sangat panjang.
4. Jihad Politik
Jenis-jenis pemerintahan ada tiga, yaitu sbb:
a. Pemerintahan Islam yang Adil
Kita wajib tunduk dan patuh, setia dan memeliharanya.
b. Pemerintahan Islam yang Zalim
Kewajiban kita terhadapnya adalah menasihati dan meluruskannya.
c. Pemerintahan yang Kafir
Dalam pemerintahan ini, kita mempunyai banyak kewajiban. (At Taubah: 73)
Beberapa bentuk jihad yang termasuk dalam jenis pemerintahan.
a. Jihad Politik dalam Negara Islam yang Adil
Pemerintahan Islam yang adil adalah pemerintahan yang para pemimpin dan aparatnya adalah orang-orang muslim yang konsisten dengan Islam. Yaitu suatu model pemerintahan yang dimaksud dalam QS. Al Hajj: 41. Dalam pemerintahan ini kita wajib memberi nasihat dan bersahabat, memberi loyalitas dan berkorban (An Nisaa’: 59)
b. Jihad Politik dalam Negara Islam yang Menyimpang
Apabila amir dan pemerintahannya masih tetap mengakui Allah dalam kekuasaan-Nya dan tidak mengakui syariat lain selain syariat-Nya, maka mereka adalah orang yang fasik. Batas yang memisahkan kita dengan mereka adalah shalat. Jika mereka masih konsisten dengan shalat, kita tidak memeranginya.
Jika kita tidak mampu memecat dengan cara damai, dan ia melaksanakan shalat, maka sistem jihad poltik kita sbb:
1. Kita setia terhadap mereka, dengan cara menasihati mereka. Bila tidak, pasif terhadap mereka dari segi pergaulan dan keakraban.
2. Melakukan protes, nasihat dan kritik.
3. Mengawasi aparatur negara
4. Proaktif dalam jihad lisani dan jihad ta’limi, membentuk opini umum syariat Islam.
5. Pengaturan gerakan jihad tangan untuk mencegah kemungkaran, tanpa harus berkonfrontasi dengan pemerintah.
6. Menanjak sedikit demi sedikit ke arah Islam, sampai membawa pemerintahan mereka kembali kepada keadilan yang sempurna.
c. Jihad Politik dalam Negara Kuffar
Saat muslim tinggal dalam darul Islam yang diperintah orang-orang kafir, maka muslim wajib berperang untuk mencopot rezim kafir. Bila tidak mampu, muslim harus mempersiapkan jalan-jalan untuk bisa lepas.
Aspek-aspek ijtihad yang keliru:
1. Pendapat bahwa wajib mendirikan lembaga-lembaga sosial namun melarang anggotanya terlibat dalam aktiitas keislaman, seperti aktivitas politik.
Bantahan: (Al Hujuurat: 10), (Al Maaidah: 2)
2. Perkumpulan yang anggotanya terisolasi dari kaum muslimin.
Bantahan: Hal ini dapat memecah belah sehingga terjadilah sepuluh ulama, sepuluh tubuh.
3. Tidak turut campur urusan politik.
Bantahan: Bila kita bermukim di sebuah negara yang belum berdiri pemerintahan Islam maka diwajibkan atas setiap muslim secara fardhu ‘ain untuk berusaha menegakkannya dan perlunya partai politik Islam yang berdasarkan akidah Islamiyah.
4. Kaum muslimin harus mempunyai blok-blok atau kubu-kubu politik yang memiliki pemikiran yang jelas.
Bantahan:
a. Hukum-hukum Islam sebagian jelas dan sebagian tidak bisa dicapai kecuali dengan ijtihad. Ijtihad hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kriteria.
b. Dalam masalah khilafiyah, seseorang tidak boleh memaksakan pada umat secara keseluruhan untuk mengambil salah satu pendapat, kecuali khalifah.
c. Bukan hak seseorang atau kelompok untuk mengadopsi suatu pendapat karena dapat menimbulkan perpecahan umat.
5. Sudut pandang yang mengakui adanya multifraksi Islam.
Bantahan:
a. (An Nisaa’: 103)
b. Pengelompokan dapat menimbulkan ketidaksempurnaan dari berbagai aspek dan harus ada kepemimpinan yang satu.
6. Sudut pandang bahwa kita kini ada dalam era Makkiyah, sehingga tanpa fase jihad dan pergolakan.
Bantahan:
Era Makkiyah adalah fase yang paling keras dan pergolakan. Dan Islam kini telah lengkap dan sempurna sehingga wajib melaksanakan Islam secara utuh.
7.
a. Sudut pandang negatif bahwa kaum muslimin sedang krisis kepemimpinan sehingga kita tidak usah bekerja dan berusaha.
Bantahan:”Jika mereka bertiga, maka hendaklah salah seorang dari mereka diangkat menjadi pemimpin.” (HR. Abu Dawud). Jadi kepemimpinan akan selalu ada.
b. Islam telah terpuruk jadi kita kini cukup beribadah dan akidah saja.
Bantahan: Islam adalah akidah, ibadah dan metode hidup. Dan hadits dari Rasulullah SAW akan datangnya kekhalifahan kembali. Maka setiap generasi muslim wajib berjihad sampai Islam tegak.
c. Sudut pandang frustasi dan putus asa, mereka menyerah dan melupakan firman Allah (Ar Ra’d: 11), (Muhammad: 4), (Muhammad:31), (Ail Imran: 160), (Ali Imran: 140)
Bukanlah pengabdian pada tanah air semata yang menjadi tujuan, melainkan pengabdian pada Islam dalam tanah air adalah yang menjadi tujuan. Seseorang yang mengabdi pada Islam, ia juga telah mengabdi pada negara dan tanah air.
Kita tidak boleh menutupi keislaman kita, di saat kita mampu menampakkannya.
5. Jihad Harta
Jihad Ta’limi, jihad lisani, jihad dengan tangan, jihad politik, semuanya membutuhkan jihad harta. (At Taubah: 111)
Kesanggupan orang-orang muslim itu bertingkat-tingkat. Di antara mereka ada yang hanya sanggup berjihad dengan hartanya, ada yang mampu berjihad dengan jiwanya, ada yang sanggup dengan ilmunya, ada yang sanggup hanya dengan lidahnya, ada yang sanggup berjihad secara politik dan ada yang sanggup melakukan semua jihad.
SARAN-SARAN
1. Agar umat Islam mempelajari buku ini dengan pelajaran yang berkesinambungan dalam suatu kursus pelatihan dalam jangka waktu tertentu. Ilmu, realisasi dan amal.
2. Setiap kelompok dari kalangan kaum muslimin mengadakan muktamar secara rutin dan disepakati program gerakan jihad dalam jangka waktu. Gerakan jihad lisani, ta’limi, jihad dengan tangan, jihad politik dan jihad harta.
Kelima sifat jundullah ini akan memegang solusi problematika umat Islam secara keseluruhan. Di antaranya problema berdirinya negara Yahudi di Palestina. Janji Allah tercantum di QS. Al Israa’: 4-8, dan ini menjadi bagian dari tugas yang harus dikerjakan oleh hizbullah.
****
No comments:
Post a Comment