بسم الله الرحمن الرحيم

Tuesday, July 13, 2010

BELAJAR DARI PERANG HUNAIN DAN PERANG BADAR


BELAJAR DARI PERANG HUNAIN DAN PERANG BADAR
Latar Belakang Peperangan
Penaklukkan kota Makkah terasa seperti tamparan keras bagi  pemuka  bangsa Arab. Berbagai kabilah di sekitar Makkah seakan-akan tak percaya apa yang menimpa diri mereka dan sulit untuk dihilangkan. Oleh sebab itu, ada beberapa kabilah yang menolak untuk tunduk kepada aturan  Islam. Diantara kabilah-kabialah yang masih  memiliki nyali  dan  memiliki kekuatan adalah dipelopori oleh beberapa suku dari Hawazin dan Tsaqib. Selain itu, ada beberapa suku lain yang berhimpun bersama mereka, seperti Nashr, Jusyam, Sa’d bin Bakr dan beberapa orang dari bani Hilal, yang berasal dari Qais dan Ailan. Suku-suku inilah yang masih merasa, bahwa dirinya masih layak dihormati dan tidak sudi untuk tunduk kepada peraturan-peraturan Islam setelah penaklukan kotah Makkah. Mereka semuanya berhimpun dibawa pimpinan Malik bin Auf An-Nashry. Mengambil keputusan untuk kembali memerangi kaum muslimin.
Keberangkatan Pasukan Musuh
Setelah komandan tertinggi Malik bin Auf, memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap kaum muslimin, maka dia memberangkatkan pasukannya sambil membawa seluruh harta benda, wanita dan anak-anak mereka hingga mereka tiba Authas sekaligus bermarkas di sana. Authas  adalah suatu lembah di Hawazin dekat Hunain, tapi tidak masuk wilaya huanain. Sementara Hunain adalah lembah yang berdekatan dengan Dzul-Majaz. Jaraknya dengan kota Makkah lebih kurang sepuluh mil ditempu dari Arofah.
Mata-Mata Dari Masing-Masing Pihak
Malik bin Auf mengirim beberapa anggotanya untuk mencari informasi tentang kaum muslimin, tetapi justru mereka bercerai berai. Setelah mereka kembali,  Malik bin Auf berkata,” Celaka kalian. ada apa dengan kalian?”
Mereka menjawab, “Kami berpapasan dengan sekumpulan laki-laki yang berpakain putih dan menunggangi kuda yang gagah. Demi Allah lebih baik kami mundur dari pada kami mendapatkan musibah. (sekumpulan laki-laki itu ada yang mengatakan malaikat)
Sementara pada saat yang sama Rasulullah juga mengutus Abu Hadrat al-Aslamy untuk menjadi mata-mata atas keberangkatan masuh, sekaligus memerentahkan kepadanya agar menyusup di tengah-tengah mereka. Dia pun ikut menysup sehingga ia dapat mengetahui seterategi yang mereka lakukan.
Rasululla Meninggalkan Makkah
Pada tanggal 6 Syawal, Rasululla SAW meninggalkan Makkah menuju Hunain, atau bertepatan hari kesembilan belas beliau memasuki kota Makkah. Dengan kadar kekuatan:
Berjumlah pasukan dua belas ribu orang. Sepuluh ribu yang pernah berangkat bersama beliau ketika penaklukan Kota Makkah dan sisahnya para sahabat yang baru memeluk Islam. Adapun dari segi peralatan perang, Rasulullah SAW meminjam seratus baju besi dan perlengkapan lainnya dari Shafwan bin Umayyah.
Ketika menuju Hunain, ada dua kejadian yang aneh, yang tidak pernah terjadi dalam banyak peperangan yang dilakukan oleh Rasululah SAW dan para sahabatnya.  Yaitu ketika mereka melewati sebuah pohon besar, yang disebut dengan pohon Dzatu Anwath. Dulu, sebelum orang-orang Arab masuk Islam, mereka biasa menjadikan pohon itu sebagai tempat menggantungkan pedang, menyembelih korban di dekatnya dan mengelilinginya. Dan tidak hanya sebatas itu, ada sebagian diantara mereka yang berkata kepada Rasulullah SAW, “Buatlah bagi kami Dzatu Anwath, sebagaimana dulu kami memiliki Dzatu Anwath itu”.
Mendengar ungkapan tersebut, Rasulullah SAW langsung berkata, “Allahu Akbar. Demi yang diri Muhammad ada di Tangan-Nya, kalian telah mengatakan seperti yang dikatakan kaum Musa, “Buatlah bagi kami sebuah sesembahan seperti sesembahan mereka”. Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang tidak mengetahui. Itu adalah jalan-jalan kehidupan, dan kalian benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian”.
Pasukan Islam Mendapatkan Serangan Secara Tiba-Tiba
Pada malam rabu tanggal 10 Syawal, pasukan Islam tiba di Hunain. Sementara pasukan Malik bin Auf sudah terlebih dahulu tiba di sana, ia tiba pada malam harinya. Ia memencarkan  pasukannya dan menempatkan mereka disetiap jalan masuk dicela-cela bukit, dan memerintahkan agar mereka melancarkan serangan kepada kaum muslimin apabila sudah mulai tampak.
Menjelang subuh Rasulullah mempersiapkan pasukan dengan menyerahkan bendera sekaligus memberikan tugas kepada mereka masing. Tepat pada waktu subuh suasana masih gelap. Rasulullah dan para sahabat tiba di lembah Hunai, mereka tidak mengetahui jika pasukan musuh sudah terlebih dahulu memsang strategi untuk menyerbu mereka di samping cela-cela bukit. Saat itulah kaum muslimin mendapatkan serangan secara mendadak, hingga membuat mereka mundur dan berlari kocar-kacir tanpa memperhatikan antara satu sama lain. 
Pada saat itulah tampak keberanian Rasulullah SAW, yang tidak ada tandingannya. Beliau sudah siapa memacu baghalnya kearah orang-orang kafir sambil bersabda, “Aku sang nabi, dan ini bukan dusta. Aku keturunan Abdul Muthalib.
Akan tetapi Abu Sufyan bin al-Harits segerah memegang tali kekang baghalnya dan al-Abbas memegang pelananya agar aghalnya tidak berlari. Lalu beliau turun dari punggung baghalnya, seraya berdo’a, “ Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu. (Syaikh Shafiyyurrman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, halaman 545)
Orang-orang muslimin kembali dan peperang kembali berkobar
Rasulullah SAW memerintahkan pamannya, al-Abbas (orang suaranya paling lantang) untuk memanggil para sahabat yang lari, agar meneruskan pertempuran. al-Abbas menuturkan, “ Demi Allah setelah itu, seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku seperti sekor induk sapi terhadap anaknya” Mereka menyaut, “kami mendengar seruanmu. Kami mendengar seruanmu” 
Kekalahan musuh
Tak seberapa lama setelah beliau melontarkan genggaman pasir, musuh-musuhnya mengalami kekalahan telak. Tidak kurang tujuh puluh orang dari Tsaqib mati terbunuh. Hal ini diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an surah At-Taubah 25, yang akan dibahas dibawa ini.
Pelajaran Dari Kekalahan Perang Hunain
  1. Karena ketertipuan kaum muslimin dengan jumlah yang banyak
Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an
لَقَد نَصَرَكُمُ اللَّهُ فى مَواطِنَ كَثيرَةٍ ۙ وَيَومَ حُنَينٍ ۙ إِذ أَعجَبَتكُم كَثرَتُكُم فَلَم تُغنِ عَنكُم شَيـًٔا وَضاقَت عَلَيكُمُ الأَرضُ بِما رَحُبَت ثُمَّ وَلَّيتُم مُدبِرينَ ﴿٢٥﴾ (25) 

            Sesungguhnya Allah Telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak Karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu Telah terasa sempit olehmu, Kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(at-Taubah: 25)
Dijelaskan dalam tafsir ibnu katsir, pada ayat ini, Allah SWT mengingatkan kepada kaum muslimin akan karunia yang dianugrakan kepada mereka dengan memberikan pertolongan dalam banyak peperangan yang mereka lakukan bersama Rasulullah SAW. Semua itu atas izin, pertolongan dan penetapan Allah SWT, tetapi bukan dari jumlah pasukan dan jumlah senjata yang mereka miliki. (Tafsir Ibnu Katsir, Jili 2, halman 328)
Jika kita perhatikan pada ayat diatas, maka sangat jelas bahwa, jumlah yang banyak itu bukan penentu untuk mendapatkan kemenangan, namun kemenanga itu ada ditangan Allah SWT, walaupu dalam peperang tersebut memiliki pasukan yang banyak dan peralatan yang lengkap.
Seberapa banyak kelompok yang sedikit, mampu mengalahkan jumlah yang banyak. Sebagaiman firman Allah Swt.
فَلَمّا فَصَلَ طالوتُ بِالجُنودِ قالَ إِنَّ اللَّهَ مُبتَليكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنهُ فَلَيسَ مِنّى وَمَن لَم يَطعَمهُ فَإِنَّهُ مِنّى إِلّا مَنِ اغتَرَفَ غُرفَةً بِيَدِهِ ۚ فَشَرِبوا مِنهُ إِلّا قَليلًا مِنهُم ۚ فَلَمّا جاوَزَهُ هُوَ وَالَّذينَ ءامَنوا مَعَهُ قالوا لا طاقَةَ لَنَا اليَومَ بِجالوتَ وَجُنودِهِ ۚ قالَ الَّذينَ يَظُنّونَ أَنَّهُم مُلٰقُوا اللَّهِ كَم مِن فِئَةٍ قَليلَةٍ غَلَبَت فِئَةً كَثيرَةً بِإِذنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصّٰبِرينَ ﴿٢٤٩﴾


(249) "Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: ""Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku."" Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: ""Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."" Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: ""Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."""
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar."( Q.s Al- Baqarah : 249 )

Salah satu contoh pada ayat diatas yaitu peristiwa perang Badar. Dimana jumlah pasukan 313 hinga 317 orang dan memiliki peralatan yang sangat terbatas, mampu mengalahkan pasukan kafir, yang jumlah pasukannya 1000 hingga 1300-an dan memiliki peralatan yang sangat lengkap, itupun terjadi pada Bulan Ramadhan. Allah berfirman. (Syaikh Shafiyyurrman Al-Mubarakfuri, halaman 270)
وَلَقَد نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدرٍ وَأَنتُم أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُم تَشكُرونَ ﴿
١٢٣     )
Sungguh Allah Telah menolong kamu dalam peperangan Badar padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” ( Q.s Ali- Imran : 123 )
Peristiwa ini patutnya dijadikan pelajaran bagi kita kaum muslimin, khususnya yang ada di Indonesia. Yang selama ini dikenal dengan jumlah kaum muslimin terbanyak di dunia, namun jumlah yang banyak ini hampir tak berarti.  Apakah dalam kehidupan sehari-sehari sudah sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam ?,  justru kita lebih terburuk dibandingkan negara lain.  Korupsi merajalela dimana-mana.  Dan berapa banyak UU yang di perjuangkan oleh kaum muslimin namun sulit untuk di berlakukan di tengah-tengah masyarakat. UU fornograpi contohnya. Belum lagi ditambah maraknya aliran sesat dimana-mana. Mereka dengan bebas menyebarkan ajarannya di negeri yang mayoritas kaum muslimin ini.
Begitu juga dengan penomena yang terjadi di luar negara kita. Pembantaian besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap kaum muslimin, seperti di Palestina, Irak, Afganistan, Kasmir, dan tempat-tempat yang lainnya. Namun kaum muslimin terdiam begitu saja. Seperti yang terjadi di Palestina, ribuan rakyat sipilnya meninggal dunia, belum lagi yang cacat seumur hidup. Pertanyaanya adalah apakah di palestina dan sekitarnya kaum muslimin sedikit...?, tidak, justru disanan kaum muslimin, jika dihitung secara angka lebih banyak.
Syikh Musthofa Mansur, dalam bukunya Fikih Dakwah mengatakan, umat islam dewasa ini jumlahnya sangat banyak, tapi kualitas sangat rendah dibanding dengan kualitas umat Islam generasi pertama di zaman Rasululla SAW. Umat Islam sekarang ini tidak mampu mengubah suasana yang telah dirusak. (Fikih Dakwah, Syikh Musthofa Mansur (terjm), Jilid 1, halaman 23)
Peristiwa itu membenarkan hadits Rasulullah, yang berbunyi
Hampir-hampir umat (musuh Islam) mengerumuni kalian, sebagaimana orang-orang sedang makan mengerumuni makanan di atas nampan”, kemudian ada yang bertanya”,apakah itu disebabkan karena sedikitnya jumlah kami pada saat itu? Beliau menjawab “kalian saat itu banyak sekali, akan tetapi seperti buih dilautan. Sesungguhnya Allah Akan mencabut dari dada musuh-musuh kalian, dan sungguh Allah akan menanamkan dalam hati kalian penyakit al-wahn, lalu ada bertanya, apakah penyakit al-wahn itu?, beliau menjawab cinta dunia tapi takut akan kematian. 
Yang kedua, karena ada kecendrung untuk melakukan kesyirikan kepada Allah
Hal ini dapat kita lihat kejadian ketika di dekat pohon Dzatu Anwath, dimana ada sebagian mereka yang baru memeluk Islam berkata kepada Rasulullah, agar menjadikan pohon tersebut sebagai tempat menyembelih hewan korban, menggantungkan pedang, dan berkeliling disekitarnya, sebagaiaman yang mereka lakukan sebelum mereka masuk Islam.  Padahal Allah SWT telah berfirman
 وَلَو أَنَّ أَهلَ القُرىٰ ءامَنوا وَاتَّقَوا لَفَتَحنا عَلَيهِم بَرَكٰتٍ مِنَ السَّماءِ وَالأَرضِ وَلٰكِن كَذَّبوا فَأَخَذنٰهُم بِما كانوا يَكسِبونَ ﴿٩٦﴾ (96) 

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.