بسم الله الرحمن الرحيم

Monday, July 26, 2010

Tafsir Ibnu Abbas Rodhiyallahu Anhuma Terhadap Ayat Hukum

Oleh
Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifulloh

". Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah.orang-orang yang kafir"[Al-Ma’ idah : 44]

Di antara syubhat yang dilontarkan oleh kelompok Khowarij dan orang-orang yang terpengaruh dengan pemikiran dan aqidah mereka di zaman ini ialah menyebarkan keragu-raguan terhadap keshohihan tafsir Ibnu Abbas Rodhiyallahu anhuma terhadap ayat hukum’ [1] dari surat Al-Ma’idah ayat ke 44.

lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma berkata : “Sesungguhnya kekufuran dalam ayat ini bukan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama, dia adalah kufur duna kufrin (kufur kecil yang tidak mengeluarkan pelakunya dan lslam)”. [Tafsir Ibnu Jarir 10/355]

Syubhat berikutnya yang mereka lontarkan, mereka menyatakan bahwa pendapat yang membagi kekufuran menjadi dua : “kufur akbar” dan “kufur duna kufrin” (kufur kecil) adalah pendapat Murjiah sebagaimana dikatakan oleh Abu Bashir di dalam sebagian dari bait-bait syairnya yang melecehkan para ulama Salafiyyin.

Mereka memandang kekufuran dengan perkataan yang melampaui batas, keimanan Murji’ah
Dan menyifatinya sebagai kufur duna kufrin.

[Bait-bait syair Abu Bashir di atas dinukil oleh Syaikh Robi’ bin Hadi al-Madkholi hafizhahullah di dalam makalah beliau yang berjudul Man Humul Khowarij Mariqun wal Murji’ah Mumayyi’un]

Sudah bisa ditebak tujuan penyebaran syubhat-syubhat di atas, mereka hendak melegalkan pemikiran para pendahulu mereka yang memahami secara serampangan ayat 44 surat al-Ma’idah di atas, lantas dengan pemahaman yang dangkal ini mereka kafirkan kaum muslimin dan mereka halalkan darah-darah kaum muslimin!

Mengingat syubhat ini banyak disebarkan akhir-akhir ini oleh kelompok-kelompok tertentu yang terpengaruh pemikiran Khowarij di tanah air, dalam bahasan kali ini kami berusaha menyingkapkan syubhat di atas dengan mengacu kepada tulisan-tulisan para ulama salafiyyin yang tidak diragukan lagi keteguhan langkah mereka di atas manhaj salaf.

METODE TAFSIR YANG SHOHIH.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullah berkata : “Jika ada yang bertanya apakah metode terbaik dalam menafsirkan al-Qur’an? Maka jawabannya adalah : Metode terbaik dalam menafsirkan al-Qur’an adalah al-Qur’an ditafsirkan dengan al-Qur’an, karena yang global di suatu ayat diperinci di ayat lain, dan jika ada yang diringkas dalam suatu ayat maka dijabarkan di ayat yang lainnya. Dan jika hal itu menyulitkan, wajib bagimu mencarinya di dalam sunnah Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam, karena Sunnah adalah syarah (penjelas) al-Qur’an. Bahkan al-Imam asy-Syafi’i rohimahullah berkata : ’Setiap hukum yang diputuskan oleh Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam adalah apa yang beliau pahami dari al-Qur’an.’

Alloh Sunhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Alloh wahyukan kepadamu, dan Janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena membela orang yang khianat” [An-Nisa’ :105]

Dan Alloh Sunhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” [An-Nahl : 44]

Dan karena inilah Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Dan ketahuilah sesungguhnya aku telah diberi al-Qur’an dan yang semisalnya (yaitu as-Sunnah) bersamanya.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi hal.33]…

Dan jika kita tidak menjumpai tafsir di dalam Kitab dan Sunnah, kita kembalikan hal itu kepada perkataan para sahabat Rodhiyallahu anhum karena mereka lebih mengetahui hal itu. Dengan sebab adanya hal-hal yang hanya dimiliki oleh mereka, seperti: Apa yang mereka saksikan dan diturunkannya al-Qur’an. Dan apa yang mereka miliki dan pemahaman yang sempurna, ilmu yang shohih, dan amal yang sholih; terutama ulama mereka seperti: Abu Bakar, Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Tholib, Abdulloh bin Mas’ud, dan Abdulloh bin Abbas, Rodhiyallahu anhum .

Dan jika engkau tidak mendapati tafsir di dalam al Qur’àn, tidak juga dalam As-Sunnah, dan tidak engkau jumpai pula dalam perkataan-perkataan sahabat Rodhiyallahu anhum maka sebagian besar para imam merujuk kepada perkataan-perkataan para tabi’in seperti Mujahid bin Jabr, Sa’id bin Jubair, Abul ‘Aliyah, Robi’ bin Anas, Atho’ bin Abu Robah, Hasan al-Bashni, Masruq, Sa’id bin Musayyib, Qotadah, dan yang lainnya dari para tabi’in” [Muqoddimah fi Ushuli Tafsir hal. 93-101 dengan sedikit ringkasan]

KEDUDUKAN TAFSIR IBNU ABBAS RODHIYALLAHU ANHUMA
Abdulloh bin Abbas Rodhiyallahu anhuma dikenal dengan julukan “Penerjernah al-Quran dengan barokah do’a Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam.

“Ya Alloh, pahamkan dia dalam agama dan ajarilah dia tafsir” [Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad 1/328 dan dishohihkan sanadnya oleh Syaikh Ahmad Syakir]

lbnu Mas’ud Rodhiyallahu anhu berkata : “Sebaik-baik penerjemah al-Qur’an adalah lbnu Abbas” [Diriwayatkan oleh lbnu Jarir dalam Muqoddimah Tafsir-nya dengan sanad yang shohih]

TAFSIR IBNU ABBAS RODHIYALLAHU ANHUMA TERHADAP “AYAT HUKUM”
[1]. Al-Hafizh Ibnu Jarir Ath-Thobari Rohimahullah berkata dalam Tafsir-nya
(6/256). : Telah mengabarkan kepada kami Hannad dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Waki’ dan telah mengabarkan kepada kami lbnu Waki’ bahwasanya dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami bapakku dari Sufyan dari Ma’mar bin Rosyid dari lbnu Thowus dari bapaknya dari lbnu Abbas rodhiallahu anhu (tentang ayat) ... Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Al-Ma‘idah : 44), dia (lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma) berkata: “ini adalah kekufuran dan bukan kufur kepada Alloh, para malaikatNya, kitab-kitab-Nya, dan para rosul-Nya.”

Kami katakan: Para perowi riwayat ini adalah orang-orang yang tsiqoh (terpercaya) dan para imam, dan sanad inii dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rohimahullah dalam Silsilah Shohihah 6/113.

[2]. Al-Hakim Rohimahullah berkata dalam Mustadrok-nya (2/342) : Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Sulaiman al-Mushili dia berkata : Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Harb dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Hisyam bin Hujair dari Thowus dari lbnu Abbas RodhiYallahu anhu dia berkata: “Dia bukanlah kekufuran yang kalian [2] katakan, sesungguhnya dia adalah kekufuran yang tidak mengeluarkan dari Islam. (Ayat yang artinya:) .... Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orangorang yang kafir (Al-Ma ‘idah (51:44). ini adalah kufur duna kufrin”

Sesudah membawakan riwayat ini, al-Hakim rohimahulloh berkata : “Ini adalah hadits yang shohih sanadnya” dan disetujui oleh Dzahabi rohimahullah dalam Talkhis Mustadrok 2/342.

Syaikh Al-Albani rohimahullah berkomentar : “Keduanya berhak mengatakan hadits ini shohih atas syarat Bukhori dan Muslim karena memang demikian keadaannya.” [Silsilah Shohihah 6/113]

[3]. Al-Imam Ibnu Jarir rohimahullah berkata dalam Tafsir-nya (6/257) : Telah mengabarkan kepadaku Mutsanna dia berkata : Telah mengabarkan kepada kami Abdulloh bin Sholih dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Mu’awiyah bin Sholih dari Ali bin Abu Tholhah dari lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma tentang firman Allah ... Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Al-Ma ‘idah : 44); (lbnu Abbas Rodhiyallahu anhu berkata): “Barangsiapa yang juhud (mengingkari) apa yang diturunkan oleh Alloh maka sungguh dia telah kafir, dan barangsiapa yang mengakui apa yang diturunkan oleh Alloh dan tidak berhukum dengannya maka dia zholim lagi fasik.”

Kami katakan: Abdulloh bin Sholih dikatakan oleh lbnu Hajar: “Shoduq Katsirul Gholath Tsabt fi Kitabihi (shoduq, banyak salah kuat dalam kitabnya)’, Mu’awiyah bin Sholih dikatakan oleh lbnu Hajar dalam Taqrib: “Shoduq Lahu Auham (shoduq, memiliki beberapa kesalahan)”.

Ali bin Abu Tholhah dikatakan oleh lbnu Hajar dalam Taqrib: “Shoduq Qod Yukhti’u (shoquq, kadang salah)’ dia dikritik dalam riwayatnya dari lbnu Abbas rodhialLahu anhu oleh beberapa ulama seperti Duhaim dan lbnu Hibban bahwasanya Ali bin Abu Tholhah tidak pernah mendengar riwayat langsung dari lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma (Lihat Tahdzibut Tahdzib 7/339-341), tetapi hal
ini dijawab oleh Abu Ja’far an-Nuhas dan lbnu Hajar bahwa Ali bin Abu Tholhah mengambil riwayat tafsir dari lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma dengan perantaraan orang-orang yang tsiqoh seperti Mujahid dan lkrimah “ [Lihat Nasikh dan Mansukh hal 13 dan Al-Itqon 2/415]

Naskah tafsir lbnu Abbas dari riwayat Abdulloh bin Sholih dari Mu’awiyah bin Sholih dari Ali bin Abi Tholhah ini dijadikan rujukan oleh al-Imam Ahmad bin Hambal rohimahullah. dan banyak dibawakan oleh al-Imam Bukhori dalam Shohih-nya [Lihat asy-Syari’ah oleh Ajuri hal. 78, Tahdzibut Tahdzib 7/340, dan Fathul Bar! 8/438]

Riwayat Ali bin Abu Tholhah dihasankan oleh Suyuthi serta dishohihkan oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahabi [Lihat Al-Itqon 2/241 dan Mustadrok 3/23]

PARA ULAMA BERSANDAR KEPADA TAFSIR IBNU ABBAS RODHIYALLAHU ‘ANHUMA TENTANG “AYAT HUKUM”
Hal lain yang menunjukkan keshohihan tafsir lbnu Abbas Rodhiyallahu anhuma, para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah dari zaman tabi’in hingga zaman ini selalu bersandar kepada tafsir lbnu Abbas Rodhiyallahu anhu terhadap ayat hukum, sebgaimana di dalam nukilan-nukilan berikut ini.

1). Atho’ bin Abu Robah, seorang tabi’in, menyebut ayat 44-46 surat al-Ma’idah, dan berkata: “Kufrun duna kufrin (kufur kecil), fisqun duna fisqin (fasik kecil), dan zhulmun duna zhulmin (dzolim kecil)” [Diriwayatkan oleh lbnu Jarir dalam Tafsir-nya 6/256 dan dishohihkan sanadnya oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Shohihah 6/114]

2). Thowus bin Kaisan, salah seorang tabi’in, menyebut ayat hukum dan berkata :”Bukan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama” [Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya 6/256 dan dishohihkan sanadnya oleh Syaikh Al-Albani dalam SilsiIah Shohihah 6/114]

3). Al-Imam Ahmad bin Hanbal ditanya tentang maksud kufur dalam ayat hukum,
maka beliau berkata : “Kekufuran yang tidak mengeluarkan dan keimanan” [Majmu’ Fatawa 7/254]

4). Al-Imam Abu Ubaid Al-Qosim bin Salam membawakan tafsir lbnu Abbas dan Atho’ bin Abu Robah terhadap ayat hukum dan berkata : “Maka telah jelas bagi kita bahwa kekufuran dalam ayat ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, dan bahwasanya agamanya tetap eksis meskipun tercampur dengan dosa-dosa.” [Kitabul lman hal. 45]

5). Al-Imam Bukhori berkata dalam Shohih-nya (1/83) : “Bab Kufronil ‘Asyir wa Kufrun Duna Kufrin’ al-Haflzh Ibnu Hajar berkata :”Penulis (Al-Imam Bukhori) mengisyaratkan kepada atsar yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Kitabul Iman dari jalan Atho’ bin Abu Robah dan yang lainnya” [FathuI Bari 1/83]

6). Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari menyebutkan lima pendapat para ulama tentang tafsir ayat hukum kemudian berkata : “Pendapat yang paling utama menurutku adalah pendapat yang mengatakan bahwa ayat-ayat ini turun pada orang-orang kafir ahli kitab, karena ayat-ayat sebelum dan sesudahnya turun pada mereka, merekalah yang dimaksudkan dengan ayat-ayat ini, dan konteks ayat-ayat ini adalah khobar (kabar) tentang mereka, maka keberadaannyab sebagai kabar tentang mereka lebih utama.

Jika ada orang yang bertanya : Sesungguhnya Alloh Ta’ala mengabarkan secara umum seluruh orang yang tidak berhukum dengan hukum Alloh, bagaimana engkau menjadikan ayat ini khusus bagi ahil kitab?

Maka jawabannya adalah: Sesungguhnya Alloh Ta’ala mengabarkan secara umum dengan ayat ini tentang suatu kaum yang juhud (mengingkari) hukum Alloh di dalam Kitab-Nya. Alloh mengabarkan bahwasanya mereka kafir ketika meninggalkan hukum Alloh dengan cara seperti yang mereka lakukan (yaitu juhud). Demikian juga, setiap orang yang tidak berhukum dengan hukum Alloh karena juhud terhadapnya maka dia telah kafir terhadap Alloh. sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas Rodhiallahu anhuma” [Tafsir Ibnu Jarir 6/257]

7). Al-Imam Baihaqi berkata dalam Sunan Kubro (10/207): “Yang kami riwayatkan dari al-Imam Syafi’i dan para imam yang lainnya tentang para ahli bid’ah ini mereka maksudkan kufur duna kufrin (kufur kecil) sebagaimana dalam firman Alloh.

“Artinya : ..Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”(AI-Ma’idah : 44); lbnu Abbas Rodhiallahu anhumas berkata : Dia bukanlah kekufuran yang kalian (para Khowarij) katakan, sesungguhnya dia adaiah kekufuran yang tidak engeluarkan dari Islam. Ini adalah kufur duna kufrin.”

8). Al-Imam Ibnu Abdil Barr berkata dalam At-Tamhid (4/237) : “Telah datang dari lbnu Abbas Rodhiallahu anhuma bahwasanya dia berkata tentang hukum penguasa yang lancung, kufrun duna kufrin”.

9). Al-Imam Qurthubi berkata:”Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Alloh karena menolak al-Qur’an dan juhud (mengingkari) pada perkataan Rosul Shallallahu alaihi wa sallam maka dia kafir, ini adalah perkataan Ibnu Abbas Rodhiyallahu anhuma dan Mujahid” [Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an 6/190]

10).Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah menafsirkan ayat hukum di atas dengan mengatakan: “Yaitu seorang yang menghalalkan berhukum dengan selain hukum Alloh.” [Majmu’ Fatawa 3/268]

Beliau juga berkata: “Ketika datang dari perkataan salaf bahwasanya di dalam diri seseorang ada keimanan dan kemunafikan, maka demikian halnya perkataan mereka bahwasanya di dalam diri seseorang ada keimanan dan kekufuran ; kekufuran ini bukanlah kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari agama, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas Rodhiallahu anhuma dan para sahabatnya tentang tafsir firman Alloh.

“Artinya : Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (Al-Ma’idah : 44); mereka berkata :”Dia adalah kekufuran yang tidak mengeluarkan dari IsIam” Perkataan ini diikuti oleh Imam Ahmad dan yang lainnya dari para Imam Sunnah.” [Majmu’ Fatawa 7/312]

11). lbnul Qoyyim membawakan tafsir Ibnu Abbas, Thowus, dan Atho’ bin Abu Robah terhadap ayat hukum dan berkata :”Hal ini jelas sekali dalam al-Qur’an bagi siapa saja yang memahaminya, karena Alloh menyebut kafir seorang yang berhukum dengan Selain hukum Alloh, dan menyebut kafir seorang yang mengingkari pada apa yang Dia turunkan pada Rosul-Nya ; dua kekufuran ini tidaklah sama” [Ash-Sholat wa Hukmu Tarikiha hal. 57]

12). Syaikh Al-Albani berkata: “Kesimpulannya, ayat hukum ini turun pada orang-orang Yahudi yang juhud (mengingkari) hukum Alloh. Barangsiapa yang ikut serta mereka dalam juhud, dia telah kafir dengan kufur i’tiqodi; dan barangsiapa yang tidak ikut serta mereka dalam juhud maka kufurnya amali, karena dia melakukan amalan mereka, maka dia telah berbuat kejahatan dan dosa, tetapi tidak keluar dari agama sebagaimana telah terdahulu (keterangannya) dari lbnu Abbas Rodhyiallahu anhuma” [Silsilah Shohihah 6/115]

13). Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin berkata : Adapun yang berhubungan dengan atsar Ibnu Abbas Rodhiallahu anhuma di atas, cukuplah bagi kita bahwa para ulama yang mumpuni seperti Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim dan selain keduanya telah menerimanya dengan baik, mereka membawakan dan menukilnya, maka atsar ini adalah shohih” [Ta’liq terhadap risalah Syaikh Al-Albani at Tahdzir min Fitnati Takfir hal. 69]

TAFSIR BASMALAH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


Firman Allah

Bismillahirrahmaanirrahiim

“Artinya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

Jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang dikerjakan. Misalnya anda membaca basmalah ketika hendak makan, maka takdir kalimatnya adalah : “Dengan menyebut nama Allah aku makan”.

Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus memiliki kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena keduanya adalah ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.

Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di belakang.

Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma Allah Azza wa Jalla.

Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang berfungsi membatasi makna. Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan dengan menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya dan untuk meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.

Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu) itu pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui masalah ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang dimaksud. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah “[1] Atau : “Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah” [2]

Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.

Lafzhul Jalalah (Allah).

Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).

Ar-Rahmaan

Yakni yang memiliki kasih sayang yang luas. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.

Ar-Rahiim

Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih saying tersebut. Di sini ada dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat Allah, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih sayang yang merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang disayangiNya, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahiim’. Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua Asma’ Allah yang menunjukkan Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya, yaitu hikmah yang merupakan konsekuensi dari sifat ini.

Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diriNya bersifat hakiki berdasarkan dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-Rahmah (kasih sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal sehat, seluruh nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita merupakan salah satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.

Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini. Mereka mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau kehendak memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal mereka mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata : “Alasannya, sifat kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan, kelemahan, ketundukan dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi Allah”.

Bantahan terhadap mereka dari dua sisi.

Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang tanpa disertai hal itu semua.

Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki makhluk. Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq Subhanahu wa Ta’ala adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negative dan cela sama sekali.

Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah lebih berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita saksikan kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan, berakhirnya masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lucunya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal, justru menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan argumentasi akal yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam menetapkan sifat kasih sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan yang diberikan kepada sebagian makhluk yang membedakannya dengan yang lain menurut akal menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu benar. Akan tetapi hal tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda adanya kasih sayang Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat diketahui oleh semua orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda bertanya kepada seorang awam tentang hujan yang turun tadi malam : “Berkat siapakah turunnya hujan tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat karunia Allah dan rahmatNya”

MASALAH

Apakah basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah ataukah bukan ?

Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr (dikeraskan bacaannya) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat tanpa membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah.

Sebagian ulama lain berpendapat, basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah. Namun ayat yang berdiri sendiri dalam Al-Qur’an.

Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash dan rangkaian ayat dalam surat ini.

Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca : “Segala puji bagi Allah”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Apabila ia membaca : “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia membaca : “Penguasa hari pembalasan”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”. Apabila ia membaca : “ Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Maka Allah menjawab : “Ini separoh untuk-Ku dan separoh untuk hamba-Ku”. Apabila ia membaca : “Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus”. Maka Allah menjawab : “Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta” [3]

Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyalahu ‘anhu, ia berkata : “Aku pernah shalat malam bermakmum di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum. Mereka semua membuka shalat dengan membaca : “Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamin” dan tidak membaca ; ‘Bismillaahirrahmaanirrahi
im” di awal bacaan maupun di akhirnya. [4]

Maksudnya mereka tidak mengeraskan bacaannya. Membedakan antara basmalah dengan hamdalah dalam hal dikeraskan dan tidaknya menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah.

[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit At-Tibyan – Solo]
________
Foot Note
[1]. Hadits riwayat Al-Bukhari, dalam kitab Al-Idain, bab : Ucapan Imam dan makmum ketika khutbah ‘ied, no. (985). Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam kitab Al-Adhahi, bab : Waktu Udhiyah no. (1), (1960)
[2]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam kitab Adz-Dzabaih wa Ash-Shaid, bab : Sabda Nabi, “Sembelihlah dengan menyebut asma Allah”. no. (5500). Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam kitab Al-Adhahi, bab : waktu Udhhiyah, no. (2). (1960)
[3]. Hadits riwayat Muslim dalam kitab Shalat, bab : Kewajiban membaca Al-Fatihah di setiap raka’at no. (38) (395)
[4]. Hadits riwayat Muslim dalam kitab Shalat, bab : Argumentasi orang-orang yang berpendapat bacaan basmalah tidak dikeraskan, no. (52) (399)

(Intisyaru ad-Da'wah fil Ardhi). Precolumbian Muslims in the Americas

Precolumbian Muslims in the Americas
By Dr. Youssef Mroueh, Preparatory Commitee for International Festivals
to celebrate the millennium of the Muslims arrival to the Americas (1996 CE)
Numerous evidence suggests that Muslims from Spain and West Africa arrived to the Americas at least five centuries before Columbus. It is recorded,for example, that in the mid-tenth century, during the rule of the Ummayyed Caliph Abdul-Rahman III (929-961 CE), Muslims of African origin sailed westward from the Spanish port of DELBA(Palos) into the "Ocean of darkness and fog". They returned after a long absence with much booty from a "strange and curious land". It is evident that people of Muslim origin are known to have accompanied Columbus and subsequent Spanish explorers to the New World.
The last Muslim stronghold in Spain, Granada, fell to the Christians in 1492 CE, just before the Spanish inquisition was launched. To escape persecution, many non-Christians fled or embraced Catholicism. At least two documents imply the presence of Muslims in Spanish America before 1550 CE. Despite the fact that a decree issued in 1539 CE by Charles V, king of Spain, forbade the grandsons of Muslims who had been burned at the stake to migrate to the West Indies. This decree was ratified in 1543 CE, and an order for the expulsion of all Muslims from overseas Spanish territories was subsequently published. Many references on the Muslim arrival to Americas are available. They are summarized in the following notes:
A: HISTORIC DOCUMENTS:
1. A Muslim historian and geographer ABUL-HASSAN ALI IBN AL-HUSSAIN AL-MASUDI (871-957 CE) wrote in his book Muruj adh-dhahab wa maadin aljawhar (The meadows of gold and quarries of jewells) that during the rule of the Muslim caliph of Spain Abdullah Ibn Mohammad(888-912 CE), a Muslim navigator, Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad, from Cortoba, Spain sailed from Delba (Palos) in 889 CE, crossed the Atlantic, reached an unknown territory(ard majhoola) and returned with fabulous treasures. In Al-Masudi's map of the world there is a large area in the ocean of darkness and fog which he referred to as the unknown territory (Americas).(1)
2. A Muslim historian ABU BAKR IBN UMAR AL-GUTIYYA narrated that during the reign of the Muslim caliph of Spain, Hisham II (976-1009CE), another Muslim navigator, Ibn Farrukh, from Granada, sailed from Kadesh (February 999CE) into the Atlantic, landed in Gando (Great Canary islands) visiting King Guanariga, and continued westward where he saw and named two islands, Capraria and Pluitana. He arrived back in Spain in May 999 CE.(2)
3. Columbus sailed from Palos (Delba), Spain. He was bound for GOMERA (Canary Islands)-Gomera is an Arabic word meaning 'small firebrand' - there he fell in love with Beatriz BOBADILLA, daughter of the first captain general of the island (the family name BOBADILLA is derived from the Arab Islamic name ABOU ABDILLA.).Nevertheless, the BOBADILLA clan was not easy to ignore. Another Bobadilla (Francisco) later, as the royal commissioner, put Columbus in chains and transferred him from Santo Dominigo back to Spain (November 1500 CE). The BOBADILLA family was related to the ABBADID dynasty of Seville (1031-1091 CE). On October 12, 1492 CE, Columbus landed on a little island in the Bahamas that was called GUANAHANI by the natives. Renamed SAN SALVADOR by Columbus. GUANAHANI is derived from Mandinka and modified Arabic words. GUANA (IKHWANA) means 'brothers' and HANI is an Arabic name.Therefore the original name of the island was 'HANI BROTHERS'. (11) Ferdinand Columbus, the son of Christopher, wrote about the blacks seen by his father in Handuras: "The people who live farther east of Pointe Cavinas, as far as Cape Gracios a Dios, are almost black in color." At the same time, in this very same region, lived a tribe of Muslim natives known as ALMAMY. In Mandinka and Arabic languages, ALMAMY was the designation of "AL-IMAM"or "AL-IMAMU", the leader of the prayer,or in some cases, the chief of the community,and/or a member of the Imami Muslim community. (12)
4. A renowned American historian and linguist, LEO WEINER of Harvard University, in his book, AFRICA AND THE DISCOVERY OF AMERICA (1920) wrote that Columbus was well aware of the Mandinka presence in the New World and that the West African Muslims had spread throughout the Caribbean, Central, South and North American territories, including Canada,where they were trading and intermarrying with the Iroquois and Algonquin Indians. (13)
B: GEOGRAPHIC EXPLORATIONS:
1. The famous Muslim geographer and cartographer AL-SHARIF AL-IDRISI (1099- 1166CE) wrote in his famous book Nuzhat al-mushtaq fi ikhtiraq al-afaq (Excursion of the longing one in crossing horizons) that a group of seafarers (from North Africa) sailed into the sea of darkness and fog (The Atlantic ocean) from Lisbon (Portugal), in order to discover what was in it and what extent were its limits. They finally reached an island that had people and cultivation...on the fourth day, a translator spoke to them in the Arabic language. (3)
2. The Muslim reference books mentioned a well-documented description of a journey across the sea of fog and darkness by Shaikh ZAYN EDDINE ALI BEN FADHEL AL-MAZANDARANI. His journey started from Tarfaya (South Morocco) during the reign of the King Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286-1307CE) 6th of the Marinid dynasty, to Green Island in the Caribbean sea in 1291 CE (690 HE). The details of his ocean journey are mentioned in Islamic references, and many Muslim scholars are aware of this recorded historical event..(4)
3. The Muslim historian CHIHAB AD-DINE ABU-L-ABBAS AHMAD BEN FADHL AL-UMARI (1300-1384CE/700-786HE) described in detail the geographical explorations beyond the sea of fog and darkness of Mali's sultans in his famous book Massaalik al-absaar fi mamaalik al-amsaar (The pathways of sights in the provinces of kingdoms).(5)
4. Sultan MANSU KANKAN MUSA (1312-1337 CE) was the world renowned Mandinka monarch of the West African Islamic empire of Mali. While travelling to Makkah on his famous Hajj in 1324 CE, he informed the scholars of the Mamluk Bahri sultan court (An-Nasir Nasir Edin Muhammad III-1309-1340 CE) in Cairo, that his brother, sultan Abu Bakari I (1285-1312CE) had undertaken two expeditions into the Atlantic ocean. When the sultan did not return to Timbuktu from the second voyage of 1311 CE, Mansa Musa became sultan of the empire. (6)
5. Columbus and early Spanish and portuguese explorers were able to voyage across the Atlantic (a distance of 2400 Km's) thanks to Muslim geographical and navigational information. In particular maps made by Muslim traders, including AL-MASUDI (871-957CE) in his book Akhbar az-zaman (History of the world) which is based on material gathered in Africa and Asia (9). As a matter of fact, Columbus had two captain of muslim origin during his first transatlantic voyage: Martin Alonso Pinzon was the captain of the PINTA,and his brother Vicente Yanez Pinzon was the captain of the NINA. They were wealthy, expert ship outfitters who helped organize the Columbus expedition and prepared the flagship, SANTA MARIA. They did this at their own expense for both commercial and political reasons. The PINZON family was related to ABUZAYAN MUHAMMAD III (1362-66 CE), the Moroccan sultan of the Marinid dynasty (1196-1465CE). (10)
C: ARABIC (ISLAMIC) INSCRIPTIONS:
1. Anthropologists have proven that the Mandinkos under Mansa Musa's instructions explored many parts of North America via the Mississippi and other rivers systems. At Four Corners, Arizona, writings show that they even brought elephants from Africa to the area.(7)
2. Columbus admitted in his papers that on Monday, October 21,1492 CE while his ship was sailing near Gibara on the north-east coast of Cuba, he saw a mosque on top of a beautiful mountain. The ruins of mosques and minarets with inscriptions of Quranic verses have been discovered in Cuba,Mexico,Texas and Nevada. (8)
3. During his second voyage, Columbus was told by the indians of ESPANOLA (Haiti), that black people had been to the island before his arrival. For proof, they presented Columbus with the spears of these African muslims. These weapons were tipped with a yellow metal that the indians called GUANIN, a word of West African derivation meaning 'gold alloy'. Oddly enough, it is related to the Arabic word 'GHINAA' which means 'WEALTH'. Columbus brought some GUANINES back to Spain and had them tested. He learned that the metal was 18 parts gold (56.25%), 6 parts silver (18.75%) and 8 parts copper (25%), the same ratio as the metal produced in African metalshops of Guinea. (14)
4. In 1498 CE, on his third voyage to the new world, Columbus landed in Trinidad. Later, he sighted the South American continent, where some of his crew went ashore and found natives using colorful handkerchiefs of symmetrically woven cotton. Columbus noticed that these handkerchiefs resembled the headdresses and loinclothes of Guinea in their colors, style and function. He refered to them as ALMAYZARS. ALMAYZAR is an Arabic word for 'wrapper','cover','apron' and/or 'skirting' which was the cloth the Moors (Spanish or North African Muslims) imported from west Africa (Guinea) into Morocco, Spain and Portugal. During this voyage, Columbus was surprised that the married women wore cotton panties (bragas) and he wondered where these natives learned their modesty. Hernan Cortes, Spanish conqueror, described the dress of the Indian women as 'long veils' and the dress of Indian men as 'breechcloth painted in the style of Moorish draperies'. Ferdinand Columbus called the native cotton garments 'breechclothes of the same design and cloth as the shawls worn by the Moorish women of Granada'. Even the similarity of the children's hammocks to those found in North Africa was uncanny.(15)
5. Dr. Barry Fell (Harvard University) introduced in his book 'Saga America-1980' solid scientific evidence supporting the arrival, centuries before Columbus, of Muslims from North and West Africa. Dr. Fell discovered the existence of the Muslim schools at Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe and Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) and Tipper Canoe(Indiana) dating back to 700-800 CE. Engraved on rocks in the arid western U.S, he found texts, diagrams and charts representing the last surviving fragments of what was once a system of schools - at both an elementary and higher level. The language of instruction was North African Arabic written with old Kufic Arabic scripts. The subjects of instruction included writing, reading, arithmetic, religion, history, geography, mathematics, astronomy and sea navigation. The descendants of the Muslim visitors of North America are members of the present Iroquois, Algonquin, Anasazi, Hohokam and Olmec native people..(16)
6. There are 565 names of places (villages, towns, cities, mountains, lakes, rivers,.. etc. ) in U.S.A. (484) and Canada (81) which derived from Islamic and Arabic roots. These places were originally named by the natives in precolumbian periods. Some of these names carried holy meanings such as: Mecca-720 inhabitants (Indiana), Makkah Indian tribe (Washington), Medina-2100 (Idaho), Medina-8500 (N.Y.), Medina-1100, Hazen-5000 (North Dakota), Medina-17000/Medina-120000
(Ohio), Medina-1100 (Tennessee), Medina-26000 (Texas), Medina-1200 (Ontario), Mahomet-3200 (Illinois), Mona-1000 (Utah), Arva-700 (Ontario)...etc. A careful study of the names of the native Indian tribes revealed that many names are derived from Arab and Islamic roots and origins, i.e. Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin, Cherokee, Cree, Hohokam, Hupa, Hopi, Makkah, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, Zuni...etc..
Based on the above historical, geographical and linguistic notes, a call to celebrate the millennium of the Muslim arrival to the Americas, five centuries before Columbus, has been issued to all Muslim nations and communities around the world. We hope that this call will receive complete understanding and attract enough support.
FOOTNOTES:
(1)See ref 4 (2)See ref. 9 (3)See ref. 3 (4)See ref. 1, 2 and 5 (5)See ref. 6 (6)See ref. 14 (7)See ref. 21 and 22 (8)See ref. 15 (9)See ref. 4 (10)See ref. 15 (11)See ref. 15 (12)See ref. 6 (13)See ref. 20 (14)See ref. 16 (15)See ref. 7 (16)See ref. 10 &12
REFERENCES:
1. AGHA HAKIM, AL-MIRZA Riyaadh Al-Ulama(Arabic),Vol.2 P.386/Vol.4 P.175
2. AL-AMEEN, SAYED MOHSIN Aayan Ash-Shia(Arabic),Vol.7 P.158/Vol 8
P.302-3
3. AL-IDRISSI Nuzhat Al-Mushtaq fi Ikhtiraq Al-Afaaq(Arabic)
4. AL-MASUDI Muruj Adh-Dhahab (Arabic), Vol. 1, P. 138
5. AL-ASFAHANI, AR-RAGHIB Adharea Ila Makarim Ash-Shia,Vol.16,P.343
6. CAUVET, GILES Les Berbers de L'Amerique,Paris 1912,P.100-101
7. COLUMBUS, FERDINAND The Life of Admiral Christopher Columbus,Rutgers
Univ.Press, 1959,
P.232
8. DAVIES, NIGEL Voyagers to the New World,New York 1979
9. ON MANUEL OSUNAY SAVINON Resumen de la Geografia Fisica...,Santa Cruz
de Tenerife, 1844
10. FELL,BARRY Saga America, New York 1980
11. FELL,BARRY America BC, New York 1976
12. GORDON,CYRUS Before Columbus,New York 1971
13. GYR,DONALD Exploring Rock Art,Santa Barbara 1989
14. HUYGHE,PATRICK Columbus was Last,New York 1992
15. OBREGON ,MAURICIO The Columbus Papers,The Barcelona Letter of 1493,
The Landfall
Controversy, and the Indian Guides, McMillan Co.,New York 1991
16. THACHER,JOHN BOYD Christopher Columbus,New York 1950,P.380
17. VAN SETIMA,IVAN African Presence in Early America,New Brunswick,NJ
1987
18. VAN SETIMA,IVAN They Came Before Columbus,New York 1976
19. VON WUTHENAU,ALEX Unexpected Facts in Ancient America,New York 1975
20. WEINER,LEO Africa and the Discovery of America,Philadelphia
1920,Vol.2 P.365-6
21. WILKINS,H..T. Mysteries of Ancient South America,New York 1974
22. WINTERS,CLYDE AHMAD Islam in Early North and South
America,Al-Ittihad,July 1977,P.60
Firman Allah:
“Awalam yasi-ru- fil ardhi” (QS. ARRUUM (30) : 9) - artinya: Tidakkah mereka menjelajah bumi?

Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 - 961), Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum emigram Muslimin gelombang pertama.

Granada, benteng pertahanan terakhir ummat Islam jatuh pada 1492. Pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut.

Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu. Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan di kayu-sula. Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara serius. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano. Ketiga meluputkan diri dengan hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok emigran gelombang kedua di negeri baru itu.

Paus Sixtus V (Menjabat dari 24 April 1585 - 27 Agustus 1590)

Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu.

Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis adanya emigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543 (dekrit kedua). Tidak kurang rujukan yang tersedia untuk menunjukkan kedatangan Muslimin gelombang pertama ke Amerika pada zaman pra-Columbus, antara lain seperti berikut.

1. Dokumen Historis

1.1 ABUL-HASSAN ALI IBN AL-HUSSAIN AL-MASUDI (871-957 CE) seorang pakar sejarah dan geografi menulis dalam bukunya “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar” (Hamparan Emas dan Tambang Permata) bahwa pada waktu pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Quthuba (Cordova), berlayar dari Delba (Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan. Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh majhul. [AL-MASUDI: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]

1.2 LEO WEINER dari Harvard University, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar seluas Caribbean, Amerika Tengah dan Utara termasuk Canada. Mereka berdagang dan kimpoi-mawin dengan Indian dari puak Iroquois dan Algonquin.

2. Eksplorasi Geografis

2.1 Geografer dan pembuat peta AL-SYARIF AL-IDRISI (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan mereka mempergunakan bahasa Arab.

2.2 Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan ABUL-HASSAN AL-MASUDI yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang kapten Muslimain pada waktu pelayarannya yang pertama menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslimain itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal PINTA, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal NINA. Keduanya adalah hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera SANTA MARIA. Bersaudara Pinzon ini berkeluarga dengan ABUZAYAN MUHAMMAD III (1362-66), Sultan Marocco dari dinasti Marinid (1196-1465). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Martín Alonso Pinzón
Vicente Yáñez Pinzón

3. Prasasti dalam Bahasa Arab

3.1 Para anthropologis mendapatkan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa emigran itu membawa juga gajah dari Afrika. [WINTERS,CLYDE AHMAD: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977,P.60]

3.2 Columbus menuliskan bahwa pada hari Senin 21 Oktober 1492 sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan diberbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

3.3 Dr. Barry Fell dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiyah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800. [FELL,BARRY: Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa Barbara, 1989]

WaLlahu a’lamu bisshawab

*** [H.Muh.Nur Abdurrahman]
Disadur dari suber aslinya PRECOLUMBIAN MUSLIMS IN THE AMERICAS, By Dr. Youssef Mroueh
http://www.themodernreligion.com/ht/precolumbus.html

Firman Allah:
“Awalam yasi-ru- fil ardhi” (QS. ARRUUM (30) : 9) - artinya: Tidakkah mereka menjelajah bumi?

Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 - 961), Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum emigram Muslimin gelombang pertama.

Granada, benteng pertahanan terakhir ummat Islam jatuh pada 1492. Pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut.

Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu. Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan di kayu-sula. Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara serius. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano. Ketiga meluputkan diri dengan hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok emigran gelombang kedua di negeri baru itu.

Paus Sixtus V (Menjabat dari 24 April 1585 - 27 Agustus 1590)

Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu.

Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis adanya emigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543 (dekrit kedua). Tidak kurang rujukan yang tersedia untuk menunjukkan kedatangan Muslimin gelombang pertama ke Amerika pada zaman pra-Columbus, antara lain seperti berikut.

1. Dokumen Historis

1.1 ABUL-HASSAN ALI IBN AL-HUSSAIN AL-MASUDI (871-957 CE) seorang pakar sejarah dan geografi menulis dalam bukunya “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar” (Hamparan Emas dan Tambang Permata) bahwa pada waktu pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Quthuba (Cordova), berlayar dari Delba (Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan. Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh majhul. [AL-MASUDI: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]

1.2 LEO WEINER dari Harvard University, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar seluas Caribbean, Amerika Tengah dan Utara termasuk Canada. Mereka berdagang dan kimpoi-mawin dengan Indian dari puak Iroquois dan Algonquin.

2. Eksplorasi Geografis

2.1 Geografer dan pembuat peta AL-SYARIF AL-IDRISI (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan mereka mempergunakan bahasa Arab.

2.2  dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan ABUL-HASSAN AL-MASUDI yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang kapten Muslimain pada waktu pelayarannya yang pertama menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslimain itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal PINTA, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal NINA. Keduanya adalah hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera SANTA MARIA. Bersaudara Pinzon ini berkeluarga dengan ABUZAYAN MUHAMMAD III (1362-66), Sultan Marocco dari dinasti Marinid (1196-1465). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Martín Alonso Pinzón
Vicente Yáñez Pinzón

3. Prasasti dalam Bahasa Arab

3.1 Para anthropologis mendapatkan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa emigran itu membawa juga gajah dari Afrika. [WINTERS,CLYDE AHMAD: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977,P.60]

3.2 Columbus menuliskan bahwa pada hari Senin 21 Oktober 1492 sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan diberbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

3.3 Dr. Barry Fell dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiyah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800. [FELL,BARRY: Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa Barbara, 1989]

WaLlahu a’lamu bisshawab

*** [H.Muh.Nur Abdurrahman]
Disadur dari sumber aslinya PRECOLUMBIAN MUSLIMS IN THE AMERICAS, By Dr. Youssef Mroueh
http://www.themodernreligion.com/ht/precolumbus.html

Biografi dan Karomah Syuhada Jihad Bosnia